Share

Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke
Mendadak Terbangun Sebagai Putri Seorang Duke
Penulis: This_liaau

Bab 1 (orang-orang asing)

"Ke mana lagi aku harus pergi?" gumam seseorang terdengar jelas di telinga Ruby.

Ruby menoleh. Menatap ke sekeliling. Kosong. Di mana dia sekarang? Semuanya terlihat gelap, petir mulai menyambar hingga kilatnya membuat Ruby terpekik. Tubuhnya basah kuyup. Ia menggigil.

"Yang Mulia! Anda benar-benar mencintai nona Zalina?" lagi, suara itu menyapa telinga Ruby hingga menjalarkan sakit ke seluruh tubuh.

Sekali lagi, Ruby mengedarkan pandangan. Mencari sumber suara yang sepertinya begitu dekat. Hingga ia menemukan sosok gadis yang basah kuyup. Sama seperti dirinya. Dengan gaun yang kotor, gadis itu menangis. Terduduk di tepi danau yang tertelan dalam kegelapan.

"Iya," jawab seseorang. Kali ini bukan suara gadis, akan tetapi suara berat milik seorang laki-laki. Lagi-lagi Ruby memutar tubuhnya untuk mencari sumber suara. Apa ada orang lain selaim dirinya dan gadis itu?

Namun, nihil. Ia tak menemukan seorang pun. Ruby lagi-lagi berpaling ke arah gadis yang berada di tepi danau. Keadaannya kini makin parah. Dia berdiri dengan gaun sobek-sobek. Kemudian berteriak di tengah kilatan dan suara petir.

"YANG MULIA, SAYA YANG AKAN MUNDUR. Saya harap ... anda berbahagia bersama kekasih anda." Ucapnya seraya membungkuk ke arah danau.

"Tidak ada lagi tempat untuk kembali selain kematian." Lirih gadis itu kemudian melompat ke danau. Ruby memejam saat suara percikan air memenuhi telinganya. Dingin kembali menyergap. Tubuh Ruby kaku luar biasa. Ia merasa terombang ambing.

Di saat ia membuka mata, dirinya sudah berada dalam air. Ruby berusaha mengayuh walaupun kakinya sulit untuk bergerak. Tangannya berusaha menggapai rumput untuk menyelamatkan diri. Akan tetapi, ombak membawanya jauh.

"T-tolonghh, fuhh!" cicit Ruby saat giginya bergelatuk menahan dingin yang menusuk.

"S-siapapun, t-tolong!" pandangan Ruby mulai melemah. Kepalanya berat luar biasa. Hingga ia pasrah saat kegelapan menyergapnya dan membawanya ke alam bawah sadar.

***

Ruby mengerjap saat cahaya terang menerpa wajahnya. Gadis itu memiringkan tubuhnya agar terhindar dari sinar matahari. Akan tetapi, suatu ingatan muncul dan membuat matanya terbuka lebar. Sial! Sudah jam berapa sekarang?

Ah, bolos saja lah.

Dengan tenang, Ruby kembali memejamkan mata. Mempererat pelukannya pada selimut tebal dan nyaman. Sesaat, gadis itu terbuai, hingga kemudian ia menyadari sesuatu. Sejak kapan selimutnya jadi senyaman ini? Serta ... ia tidak pernah punya kasur.

Gadis itu bangkit lalu matanya membola melihat sekitar, "apa-apaan? Di mana ini?"

Ruby kontan memegang kepalanya yang tiba-tiba berdenyut. Mata kucingnya mengamati sekitar. Asing. Ruangan yang didominasi warna emas ini terlihat menyeramkan dan mewah sekaligus. Presensinya di kelilingi oleh kain tipis seperti kelambu dengan rajutan yang khas melambangkan sesuatu.

"Aku tidak diculik, 'kan?" gumamnya merasa aneh. Tidak mungkin. Ia, 'kan bukan anak orang kaya.

"Nona sudah bangun?" pekik seorang gadis membuat Ruby menoleh.

"Saya mohon izin untuk memanggilkan tabib untuk memeriksa anda, nona." Dia membungkuk hormat sebelum meninggalkan Ruby sendirian. Lagi.

"Tabib?" gumam Ruby. Apa zaman sekarang masih ada yang namanya tabib? Dan apa katanya tadi? Nona?

Ada apa dengannya? Siapa dia?

Tidak lama kemudian, datang satu rombongan dipimpin oleh laki-laki dengan jubah bangsawan berwarna putih memeriksa keadaannya. Ruby sendiri hanya termenung menatap sekitar. Menatap orang-orang asing yang setia menunduk.

Peluh terasa merembes di pelipis Ruby. Ia merasa, sedikit gugup. Seperti sedang tertangkap basah.

"Syukurlah, anda bangun dan selamat, nona. Ini sebuah keajaiban bagi negeri ini," katanya tulus penuh kegembiraan yang bersinar dari mata.

"Hah? Maksudnya?" Ruby mengernyitkan dahi dengan ekspresi rumit di wajahnya. Menatap setengah baya itu dengan ringisan sembari memegang kepalanya yang berdenyut sakit.

"Maksud saya, syukurlah Yang Mulia lekas menemukan anda," katanya lagi tidak memberi pencerahan bagi Ruby.

"Yang Mulia? Siapa Yang Mulia? Memangnya aku kenapa?" tanya Ruby begitu menggebu. Menatap semua orang yang juga tengah menatapnya bingung.

"Tunggu-tunggu!" Ruby berdiri kemudian berlari ke arah cermin yang ada di ruangan kuno itu. Menatap wajahnya yang tak memiliki perubahan. Hidung, bibir, dan kening tipisnya, masih sama.

Berarti ia tidak transmigrasi, 'kan? Ini pasti lelucon.

"Nona? Apa nona ... baik-baik saja?" tanya pria setengah baya itu lagi. Semua orang menatap Ruby dengan kebingungan. Bahkan Ruby sendiri pun tengah dilanda kebingungan.

"TENTU SAJA TIDAK!" teriak Ruby pada semua orang. Dadanya kembang kempis. "Ini pasti prank, 'bukan? Orang kaya suka melakukan hal ini. Ayo katakan padaku di mana kameranya? Serius, jika kalian berkata jujur aku akan akting dua kali. Katakan!"

Semua orang yang ada di sana semakin tegang. Terlihat dari wajah mereka yang tak ada bedanya dengan Ruby. Horor. Ruby gemetar. Apa mereka tidak paham? Ia tidak berbicara dengan bahasa hewan kan? Kenapa? Semua orang menatapnya demikian?

Ini menakutkan.

"Arghh!" Ruby menggenggam rambutnya yang terasa sakit.

"Nona!"

"Nona pingsan, cepat!"

Itulah hak terakhir yang Ruby dengar sebelum semuanya menjadi gelap.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status