Share

Bab 17. Cerita Nizar Abdullah

Bab 17. Cerita Nizar Abdullah

"Siapa, Ma?"

"Nizar."

Jawaban singkat, tetapi berhasil membuat jantungku dag dig dug tak menentu. "Tunggu sebentar, Ma, bilangin."

Setelah mama pergi, aku langsung melepas gulungan rambut, lalu menjemur handuk putih ukuran kecil itu di dekat jendela. Rambut masih sedikit basah, tetapi sudah mepet kalau harus mengeringkannya dengan hair dryer.

Setelah mengganti pakaian dengan memakai daster rumahan sepanjang gamis, aku menyambar jilbab senada dalam lemari, lalu memakainya langsung tanpa ciput karena rambut tidak akan kelihatan juga.

Beres. Aku keluar kamar setelah lima menit berlalu, tanpa memakai bedak dan handbody. Benar-benar alami dan kuharap Nizar tidak pernah memandang ke arahku.

Menyibak tirai pemisah ruang tamu dan ruang tengah, aku menunduk. Jantung berdegup tidak normal. Jika hal ini berlangsung lama, takutnya bisa bahaya.

"Nizar, ada apa?"

Lelaki itu menunduk. "Tahu nggak, dulu itu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status