Share

6. Diruda Paksa

Airin bahkan hampir kehilangan napas dengan wajah memerah. Wanita itu sama sekali tidak bisa menghirup oksigen.

Lampu mobil yang mati membuat Airin tidak bisa mengenali wajah para pelaku.

“Hantam saja biar dia berhenti memberontak.” Salah satu dari mereka berucap.

Plak! Wajah Airin digampar dengan sangat kuat. Membuat wanita malang itu langsung kehilangan kesadaran. Tampak darah segar keluar dari lubang hidungnya. Sudut bibirnya pecah, pipinya bengkak dan biru lebam.

Salah satu dari lelaki itu menjilat wajah Airin. Lidahnya dengan kasar menghapus darah yang mengalir dari hidung wanita itu. Seakan cairan merah itu berupa sirup manis baginya.

“Kalung ini sepertinya mahal.” Kalung berlian yang Airin kenakan ditarik dengan kasar. Lalu, dikantongkan.

“Sepertinya dia anak orang kaya. Kita bisa kesusahan jika membebaskannya. Sebaiknya dia kita bunuh saja.” Salah satu dari mereka berucap.

Ponsel yang berada di dalam tas Airin berdering. Tertulis nama sang bapak mertua di sana. Tampaknya lelaki itu memiliki insting yang kuat hingga bisa merasakan jika bahaya sedang mengancam jiwa menantunya.

“Lempar saja ke luar.” Salah satu dari mereka berujar.

Lelaki bertubuh gelap yang memegang tas Airin sejak tadi, membuang benda itu keluar lewat jendela mobil setelah mengambil barang berharga yang ada di sana selain ponselnya.

Mobil terus melaju. Mereka membawa Airin ke hutan tepi jalan yang jarang dilewati oleh kendaraan. Saat tiba di tempat tujuan, tubuh lemah Airin diseret paksa keluar dari mobil. Seakan ia tidak berharga, tubuhnya diseret begitu saja hingga mereka menemukan tempat yang pas untuk melakukan eksekusi.

Airin terbangun dengan kepala yang begitu berat karena pusing. Pandangannya sangat gelap, ia tidak bisa melihat apa pun karena tempat itu sangat minim cahaya.

“Arght!” Wanita berkulit putih itu berteriak sekuat tenaga ketika seseorang bertubuh tegap menindih tubuhnya. Ia tidak tahu kapan ia ditelanjangi karena ia tidak sadarkan diri.

Mendengar teriakan Airin, dengan spontan lelaki itu memukul wajahnya dengan sangat kuat. Rahangnya bahkan bergeser karena pukulan yang terlalu keras. Hal itu membuat Airin kembali tidak sadarkan diri.

“Bodoh! Kau bisa membunuhnya sebelum kita puas menikmati tubuhnya! Akan lebih nikmat jika dia melakukan perlawanan ketika kita sedang menikmatinya!” Salah satu dari tiga pria itu berkomentar.

“Aku tidak sengaja melakukannya karena dia berteriak sangat kuat.” Lelaki itu membela diri.

“Minggir kau!” Mereka mulai berselisih di sana.

“Aku yang harus mencobanya lebih dulu, sepertinya dia masih perawan.”

“Aku yang akan mencobanya lebih dulu!”

“Jangan karena wanita sialan ini kita jadi bertengkar. Kita bisa gantian.” Lelaki yang lain menengahi perselisihan.

“Kau benar.”

Mereka bertiga mulai menikmati tubuh Airin secara bersamaan.

“Sialan, dia sudah tidak perawan.” Lelaki itu berkomentar setelah tiga jarinya ia loloskan ke organ intim wanita itu.

“Perawan atau tidak tidak masalah. Tubuhnya cukup seksi. Aromanya membuatku ingin segera menyetubuhinya. Jika kau tidak ingin, biar aku saja yang melakukannya lebih dulu.”

“Aaaah, nikmat sekali.” Lelaki itu bergumam. Ia mulai menikmati sendiri setiap gerakan yang ia lakukan. Sementara kedua tangannya berada di dada Airin. Ia remas kedua gumpalan lemak itu dengan cukup kasar. Ia putar dan ia pelintir dengan mata terpejam.

Airin merasakan sakit yang luar biasa ketika mulutnya dibuka dengan kasar. Rahangnya yang bergeser membuat ia merasakan ngilu yang tidak terkira ketika salah satu dari mereka menyodok mulutnya hingga tenggorokan. Airin merasa mual, ia ingin muntah ketika mencium bau pesing dan merasakan hal yang tidak enak memenuhi tenggorokan. Namun, tidak ada yang bisa ia lakukan selain pasrah.

“Aaaah.” 

Airin seakan boneka, wanita itu mereka jadikan pemuas nafsu bersama.

Tubuh mungilnya dibalik dengan kasar hingga ia tengkurap.

Di sisi lain, lelaki bertubuh tegap itu menjambak rambutnya dari belakang hingga kepalanya mendongak. Ia merasa begitu sakit diperlakukan seperti itu, tapi kini ia tengah berada di ambang batas sadar dan pingsan. Sehingga ia tidak bisa melakukan perlawanan. Bahkan untuk bersuara pun ia tidak bisa karena rahangnya yang bergeser, juga mulutnya yang berisi penuh oleh senjata laras panjang milik para pelaku.

Bugh!

Beberapa hantaman keras mendarat di punggung Airin. Telapak sepatu yang begitu kasar itu bahkan meninggalkan bekas ketika kulit punggungnya yang bersih dan putih dihantam dengan kuat oleh kaki besar mereka.

Airin sempat muntah darah dan kejang-kejang untuk beberapa saat hingga ia lemas tak berdaya. Denyut nadinya melemah, ia tengah berada di ambang kematian sekarang.

“Sepertinya dia sudah mati.”

“Cuih! Neraka adalah tempatmu!” Airin kembali diludahi.

“Ayo pergi sebelum ada yang melihat kita berada di sini.”

Mobil jeep abu-abu itu melesat pergi meninggalkan hutan yang begitu gelap dengan Airin yang tengah terbaring lemah di sana. Wanita itu jatuh koma tanpa ada yang tahu kondisinya sama sekali.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status