หน้าหลัก / Romansa / Mengandung Benih CEO / Bab. 24. Kenapa kamu selalu marah?

แชร์

Bab. 24. Kenapa kamu selalu marah?

ผู้เขียน: My_ndrati
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2024-05-23 08:00:35

Arsenio langsung membelalakkan matanya ketika mendengar pertanyaan dari Vino. Dia pun bingung harus menjawab apa. Dia malah menatap tajam wajah Vino.

Vino menyadari Arsenio seperti marah terhadapnya. "Maaf, Pak jika pertanyaan saya sangat lancang. Saya hanya penasaran saja. Kenapa, Pak ...."

"Karena anakmu sangat lucu dan tampan," jawab Arsenio lalu tersenyum.

Vino merasa tidak puas dengan jawaban Arsenio. Dia menghela napas pelan dan lagi-lagi memperhatikan wajah Arsenio dengan seksama.

"Wajahnya benar-benar mirip dengan Giovanni," batin Vino lalu menggelengkan kepalanya dan malah melamun.

Arsenio mengerutkan keningnya karena melihat Vino malah melamun sambil memperhatikan wajahnya. "Kamu kenapa? Ada yang salah dengan wajahku?"

Suara Arsenio mengagetkan lamunannya. "Maaf, maaf, Pak Arsenio saya jadi melamun."

"Hhhmm ...."

<
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทล่าสุด

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 63. Sepertinya aku mau melahirkan

    "Apa?!" kaget Arsenio, "Papa masuk rumah sakit?" "Iya, Arsen. Papa tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah menerima telepon," jelas Bu Martha lalu menangis. "Mama tenang, ya. Mudah-mudahan Papa tidak apa-apa. Mama doakan Papa. Ya sudah Arsen tutup teleponnya. Arsen harus pulang," tandas Arsenio lalu menggeser ikon berwarna merah. "Papa kenapa, Sayang?" tanya Adelia yang sedari tadi menyimak pembicaraan Arsenio. "Sepertinya Papa kena serangan jantung. Kita harus ke Singapura, Sayang. Maafkan aku liburannya jadi seperti ini." Arsenio menatap wajah sang istri dengan wajah sendu. "Iya, Sayang. Aku tidak apa-apa. Sudah sepantasnya kita pulang. Ayo, kita harus siap-siap." Adelia menarik Arsenio untuk berjalan. Arsenio tersenyum. "Terima kasih, Sayang," ucap Arsenio. *** Arsenio dan Adelia sudah ada di penerbangan menuju

  • Mengandung Benih CEO   Bab 62. Kamu harus aku hukum

    "Pagi, Sayang." Arsenio memperhatikan wajah Adelia yang baru membuka matanya. Adelia tersenyum lalu berucap. "Pagi juga, Sayang." Arsenio kemudian mengecup bibir sang istri. "Kamu nyenyak sekali tidurnya?" Adelia mengangguk lalu tersenyum. Arsenio membalas senyuman sang istri. "Ayo, bangun kita sarapan bareng." Arsenio beranjak dari atas ranjang. Adelia bangun dari tidurnya kemudian menggeliatkan badan. *** "Indah sekali!" Adelia memperhatikan menara eiffel yang menjulang tinggi. "Aku benar-benar berasa mimpi berada di sini." Adelia menoleh ke arah Arsenio kemudian kembali memperhatikan menara eiffel. "Nanti kita ke sini lagi, Sayang bersama anak-anak. Mereka pasti senang." Arsenio merangkul pundak Adelia. "Hah! Ke sini lagi?" kaget Adelia. "Hhhmmm ...." Arsenio memperhatikan wajah Adelia dari samping. Adelia menoleh lalu terse

  • Mengandung Benih CEO   Bab 61 Menua bersama

    "Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Indriani binti Indra Hardiansyah dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Arsenio berucap dengan lantang. "Bagaimana para saksi?" "Sah! Sah!" jawab serempak yang hadir. "Alhamdulillah." Arsenio dan Adelia kini sudah berstatus menjadi istri dari Arsenio Arfandra. Mereka begitu senang karena acara ijab qabul berjalan dengan lancar. *** Adelia dan Arsenio sedang berdiri di kursi pelaminan. Mereka mengadakan pernikahan di hotel mewah dengan sangat glamour dan juga meriah. Tidak henti-hentinya mereka menebar senyum ke setiap tamu yang datang. Penampilan Adelia begitu cantik dan elegan. Dia memakai gaun berwarna putih gading. Di bagian lengan ada manik-manik berwarna emas dan bagian model leher berbentuk huruf V. Dibagian sekeliling rok ada renda-renda berwarna emas. Penampilan Arsenio pun begiu tampan. Dia memakai setelan jas b

  • Mengandung Benih CEO   Bab 60 Jantungku lagi tidak aman

    Arsenio sudah kedatangan kedua orangtuanya. Mereka sedang duduk disofa ruang televisi. Waktu menunjukkan pukul empat sore. "Kamu yakin akan menikahi Adelia?" tanya Pak Arka. "Yakin dong, Pa. Kalau tidak yakin mana mungkin waktu itu Arsen ke singapura." "Ingat kalau kamu sudah menikahinya. Jangan macam-macam! Sayangi istrimu!" perintah Pak Arka. "Pasti dong, Pa. Arsen akan menyayangi dan mencintai Adelia sepenuh hati." "Kesenangan dia tuh. Mentang-mentang Papa setuju." Bu Martha tiba-tiba muncul sambil membawa dua cangkir kopi lalu menyimpannya di atas meja kemudian duduk di samping sang suami. Arsenio tertawa lalu mengambil secangkir kopi lalu menyesapnya. "Kapan kamu siap?" tanya sang ayah. Arsenio langsung menyemburkan kopi di dalam mulutnya lalu menyimpan kopi di atas meja dan mengambil tissue untuk mengusap mulutnya. "Papa benaran mengizinkanku menikah de

  • Mengandung Benih CEO   Bab 59. Dia mantanku

    Rangga membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Arsenio. "Iya, Rangga. Arsen calon suamiku." "Memangnya suamimu kenapa?" bingung Rangga. "Eemm, suami ...," jawab Adelia dan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Sudah meninggal satu setengah tahun lalu karena kecelakaan," timpal Arsenio. Rangga langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Aku turut berduka cita, Adelia." Rangga memperhatikan wajah cantik Adelia. "Iya terima kasih," ucap Adelia, "Oh, iya. Mana istrimu? Kamu sama istrimu, 'kan?" "Aku sudah bercerai dengan istriku," jawab Rangga lalu berbicara dalam hati. "Seandainya saja aku tahu suamimu meninggal. Aku akan mendekatimu lagi. Ternyata ada yang sudah mendahuluiku, padahal aku sudah bercerai dengan istriku. Aku menyesal telah meninggalkanmu." "Maaf, Rangga aku tidak tahu." "Sudah tidak apa-apa," timpal Rangga lalu memperhatika

  • Mengandung Benih CEO   Bab 58 Me time dan juga quality time

    "Apa kamu bilang? Maksudmu apa, Adelia? Kenapa kamu berkata seperti itu?" Arsenio menatap tajam Adelia dengan wajah kesal. "Mamamu tidak setuju, 'kan? Kalau aku menikah denganmu. Kalau aku menikah denganmu tidak mungkin aku tidak bertemu mamamu. Bagaimana nanti sikap mamamu sama aku jika kamu sudah menjadi suamiku? Aku sudah membayangkan bagaimana nanti perlakuan mamamu terhadapku." "Sudahlah, Adelia. Aku tahu mamaku tidak setuju dengan hubungan kita. Kamu tidak usah memikirkan sejauh itu. Aku yakin mamaku tidak akan begitu. Lambat laun mamaku pasti akan mengerti," ujar Arsenio. "Bagaimana aku tidak memikirkan mamamu, Arsen. Di saat aku menyetujui pernikahan kita justru mamamu malah begitu dan aku merasa takut," timpal Adelia. "Aku sudah bilang. Kamu jangan pedulikan sikap mamaku kepadamu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh tentang mama. Kamu tenang saja, oke!" Arsenio menatap mata Adelia penuh harap. "Bagai

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status