Home / Romansa / Mengandung Benih CEO / Bab. 3. Istrimu tidak menunda kehamilan, 'kan?

Share

Bab. 3. Istrimu tidak menunda kehamilan, 'kan?

Author: My_ndrati
last update Last Updated: 2024-03-27 22:05:01

Setelah Adelia membaca berkas tersebut. Dia tiba-tiba membelalakkan matanya.

"Ini ... ini benaran setengah milyar? Saya dibayar setengah milyar untuk menikah kontrak dengan Pak Arsenio." Adelia terhentak kaget karena melihat angka yang begitu fantastis.

"Iya, betul, Nona Adelia Anda dibayar setengah milyar oleh Pak Arsenio," sahut Bagas, "dan di situ pun tertulis Pak Arsenio tidak akan melakukan kontak fisik dengan Anda, seperti yang Anda inginkan dan Pak Arsenio pun tidak menginginkan hal itu. Kecuali jika di depan Bu Martha. Anda tidak mungkin berjauh-jauhan. Kalian harus bersikap romantis layaknya suami istri," jelas Bagas.

Sementara Arsenio hanya terdiam tidak bergeming, dia hanya memperhatikan Adelia. Sesekali menyunggingkan senyumnya karena melihat ulah Adelia.

Adelia kemudian menganggukkan kepalanya setelah mendengar ucapan Bagas. "Dasar orang kaya malah buang-buang uang demi menikah kontrak," batin Adelia, "ya, sudah saya akan menandatanganinya." Adelia mengambil bolpen di atas meja.

***

Adelia sedang berada di rumahnya, dia memperhatikan Bu Wulan yang sedang menjahit. Dia lalu mengambil kursi plastik dan duduk di depan Bu Wulan. Sementara Bu Wulan sangat serius menjahit.

"Bu mulai besok Adelia mau bekerja di rumah Bu Martha, ya. Adelia juga tidurnya di kediaman Bu Martha." Adelia berucap dengan sangat hati-hati sambil memperhatikan sang bunda menjahit.

"Kerja apa lagi, Adel? Bukannya kamu sudah kerja di toko online?" Bu Wulan menoleh kepada Adelia lalu kembali fokus menjahit.

"Iya, Bu, Adel masih kerja di toko online. Yang di Bu Martha kerjanya mulai jam enam sore. Lagian kerjanya cuma bersih-bersih rumah doang kok, Bu." Adelia meyakinkan sang bunda.

"Kamu tidak capek? Sudahlah tidak usah, Adel?" ucap Bu Wulan.

"Tidak akan capek kok, Bu. Adel juga sudah janji sama Bu Martha kalau Adel mau kerja di rumahnya. Lagian Bu Martha baik kok, orangnya." Adelia menatap wajah Bu Wulan.

"Ya, sudah terserah kamu. Tapi kalau kamu capek berhenti jangan dipaksakan."

"Oke, siap, Bu." Adelia mengangkat satu tangan seperti akan memberi hormat.

Bu Wulan menggelengkan kepalanya sambil memperhatikan wajah Adelia.

***

Adelia sudah berada di rumah Arsenio. Dia sedang bermain ponsel. Tidak lama kemudian Arsenio menghampiri Adelia.

"Oh, iya aku mau mengingatkanmu, ingat sesuai perjanjian kamu itu siapa. Kamu terlahir dari orang kaya dan pekerjaanmu adalah seorang desainer pakaian," perintah Arsenio.

"Iya, Pak Arsenio saya masih ingat kok," ucap Adelia.

"Aku hanya tidak mau kamu lupa, repot urusannya. Sebentar lagi aku akan menjemput mama ke bandara. Kamu tidak usah ikut tunggu di rumah saja," pinta Arsenio.

"Iya, tenang saja aku tidak akan ikut, lagian buat apa aku ikut," ucap Adelia.

"Ya, siapa tahu kamu ingin ikut denganku. Oh, iya di depan mamaku kamu harus panggil aku sayang. Jangan keceplosan panggil aku Pak Arsenio," perintah Arsenio.

"Baiklah," jawab Adelia.

"Ya sudah aku pergi dulu." Arsenio beranjak meninggalkan Adelia.

"Mudah-mudahan mamanya Pak Arsenio baik. Aku tidak mau kaya di novel-novel mertua julid sama menantu," monolog Marsya setelah Arsenio tidak terlihat.

***

Arsenio sedang dalam perjalanan menuju rumahnya.

"Kamu ya, Arsen giliran Mama desak-desak baru kamu menikah," kesal Bu Martha, "dan kenapa menikahnya mendadak tidak dirayakan lagi? Kamu ini bikin malu Mama saja," kesal Bu Martha.

Arsenio menoleh ke arah Bu Martha lalu fokus menyetir kembali. "Iya, maaf, Ma. Sudahlah, Ma yang terpenting sekarang omongan, Mama tuh terbantahkan. Aku ini lelaki normal bukan seperti apa yang, Mama bicarakan," ujar Arsenio.

" Iya, iya. Ya Mama cuma takut saja kalau kamu pencinta sesama jenis. Mau di taruh di mana muka Mama kalau kamu ternyata pencinta sesama jenis."

"Mama ini ada-ada saja, pikiran, Mama terlalu jauh." Arsenio menggelengkan kepalanya.

Bu Martha lalu tertawa mendengar ucapan sang anak. "Oh, iya menantu Mama bagaimana cantik tidak? Anak Mama, 'kan tampan berarti pasanganmu harus cantik dong," ucap Bu Martha.

"Ya, cantiklah, Ma. Arsen yakin Mama pasti suka sama istri Arsen," ucap Arsenio.

"Mama jadi pengen cepat-cepat bertemu sama menantu Mama. Oh iya, Arsen kamu harus cepat-cepat kasih cucu buat Mama. Istrimu tidak menunda kehamilan, 'kan?"

"Tidak ... tidak kok, Ma. Buat apa istriku harus menunda kehamilan," kata Arsenio sedikit gugup.

"Bagus Mama suka itu. Pokoknya Mama akan berdoa buat kamu supaya istrimu cepat hamil."

"Iya, Ma," sahut Arsenio, "Aku jadi merasa bersalah karena telah berbohong sama Mama. Maafkan Arsenio, Ma. Arsen terpaksa melakukan hal ini," batin Arsenio.

***

Arsenio sudah datang bersama sang bunda. Adelia menyambut kedatangan Bu Martha sambil tersenyum. Dalam hati dia merasakan gugup karena takut ketahuan.

"Jadi ini mantu Mama? Cantik sekali kamu." Bu Martha memegang dagu Adelia lalu cium pipi kiri kanan.

"Terima kasih, Ma. Ayo, Ma. Mama pasti kecapean. Mama istirahat, ya." Adelia memegang lengan Bu Martha dan mengajak masuk Bu Martha.

"Iya, Mama istirahat dulu di kamar. Biar Adel yang mengantar Mama ke kamar," timpal Arsenio.

"Sudah tidak apa-apa. Mama pengen ngobrol-ngobrol sama kalian berdua. Kalian, 'kan pengantin baru. Jadi Mama pengen ngobrol-ngobrol sama pasangan pengantin baru."

"Mama tidak capek? mendingan, Mama istirahat dulu saja," pinta Arsenio.

"Tidak usah, Arsen. Pokoknya Mama pengen ngobrol sama kalian. Siapa tahu kalian butuh solusi dari Mama."

"Solusi? Maksudnya solusi apa, Ma?"Arsenio merasa bingung.

"Itu masalah bercinta."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Ulyana
Wah sepertinya bu Martha suka sama Adelia. Hayoloh Arsen, buruanlah khilaf ya hahaha
goodnovel comment avatar
Fika R
kocak juga bu Martha, untung kamu Del
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Mengandung Benih CEO   Bab. 63. Sepertinya aku mau melahirkan

    "Apa?!" kaget Arsenio, "Papa masuk rumah sakit?" "Iya, Arsen. Papa tiba-tiba tidak sadarkan diri setelah menerima telepon," jelas Bu Martha lalu menangis. "Mama tenang, ya. Mudah-mudahan Papa tidak apa-apa. Mama doakan Papa. Ya sudah Arsen tutup teleponnya. Arsen harus pulang," tandas Arsenio lalu menggeser ikon berwarna merah. "Papa kenapa, Sayang?" tanya Adelia yang sedari tadi menyimak pembicaraan Arsenio. "Sepertinya Papa kena serangan jantung. Kita harus ke Singapura, Sayang. Maafkan aku liburannya jadi seperti ini." Arsenio menatap wajah sang istri dengan wajah sendu. "Iya, Sayang. Aku tidak apa-apa. Sudah sepantasnya kita pulang. Ayo, kita harus siap-siap." Adelia menarik Arsenio untuk berjalan. Arsenio tersenyum. "Terima kasih, Sayang," ucap Arsenio. *** Arsenio dan Adelia sudah ada di penerbangan menuju

  • Mengandung Benih CEO   Bab 62. Kamu harus aku hukum

    "Pagi, Sayang." Arsenio memperhatikan wajah Adelia yang baru membuka matanya. Adelia tersenyum lalu berucap. "Pagi juga, Sayang." Arsenio kemudian mengecup bibir sang istri. "Kamu nyenyak sekali tidurnya?" Adelia mengangguk lalu tersenyum. Arsenio membalas senyuman sang istri. "Ayo, bangun kita sarapan bareng." Arsenio beranjak dari atas ranjang. Adelia bangun dari tidurnya kemudian menggeliatkan badan. *** "Indah sekali!" Adelia memperhatikan menara eiffel yang menjulang tinggi. "Aku benar-benar berasa mimpi berada di sini." Adelia menoleh ke arah Arsenio kemudian kembali memperhatikan menara eiffel. "Nanti kita ke sini lagi, Sayang bersama anak-anak. Mereka pasti senang." Arsenio merangkul pundak Adelia. "Hah! Ke sini lagi?" kaget Adelia. "Hhhmmm ...." Arsenio memperhatikan wajah Adelia dari samping. Adelia menoleh lalu terse

  • Mengandung Benih CEO   Bab 61 Menua bersama

    "Saya terima nikah dan kawinnya Adelia Indriani binti Indra Hardiansyah dengan maskawin tersebut dibayar tunai!" Arsenio berucap dengan lantang. "Bagaimana para saksi?" "Sah! Sah!" jawab serempak yang hadir. "Alhamdulillah." Arsenio dan Adelia kini sudah berstatus menjadi istri dari Arsenio Arfandra. Mereka begitu senang karena acara ijab qabul berjalan dengan lancar. *** Adelia dan Arsenio sedang berdiri di kursi pelaminan. Mereka mengadakan pernikahan di hotel mewah dengan sangat glamour dan juga meriah. Tidak henti-hentinya mereka menebar senyum ke setiap tamu yang datang. Penampilan Adelia begitu cantik dan elegan. Dia memakai gaun berwarna putih gading. Di bagian lengan ada manik-manik berwarna emas dan bagian model leher berbentuk huruf V. Dibagian sekeliling rok ada renda-renda berwarna emas. Penampilan Arsenio pun begiu tampan. Dia memakai setelan jas b

  • Mengandung Benih CEO   Bab 60 Jantungku lagi tidak aman

    Arsenio sudah kedatangan kedua orangtuanya. Mereka sedang duduk disofa ruang televisi. Waktu menunjukkan pukul empat sore. "Kamu yakin akan menikahi Adelia?" tanya Pak Arka. "Yakin dong, Pa. Kalau tidak yakin mana mungkin waktu itu Arsen ke singapura." "Ingat kalau kamu sudah menikahinya. Jangan macam-macam! Sayangi istrimu!" perintah Pak Arka. "Pasti dong, Pa. Arsen akan menyayangi dan mencintai Adelia sepenuh hati." "Kesenangan dia tuh. Mentang-mentang Papa setuju." Bu Martha tiba-tiba muncul sambil membawa dua cangkir kopi lalu menyimpannya di atas meja kemudian duduk di samping sang suami. Arsenio tertawa lalu mengambil secangkir kopi lalu menyesapnya. "Kapan kamu siap?" tanya sang ayah. Arsenio langsung menyemburkan kopi di dalam mulutnya lalu menyimpan kopi di atas meja dan mengambil tissue untuk mengusap mulutnya. "Papa benaran mengizinkanku menikah de

  • Mengandung Benih CEO   Bab 59. Dia mantanku

    Rangga membelalakkan matanya ketika mendengar ucapan Arsenio. "Iya, Rangga. Arsen calon suamiku." "Memangnya suamimu kenapa?" bingung Rangga. "Eemm, suami ...," jawab Adelia dan tidak bisa melanjutkan kalimatnya. "Sudah meninggal satu setengah tahun lalu karena kecelakaan," timpal Arsenio. Rangga langsung menganggukkan kepalanya beberapa kali. "Aku turut berduka cita, Adelia." Rangga memperhatikan wajah cantik Adelia. "Iya terima kasih," ucap Adelia, "Oh, iya. Mana istrimu? Kamu sama istrimu, 'kan?" "Aku sudah bercerai dengan istriku," jawab Rangga lalu berbicara dalam hati. "Seandainya saja aku tahu suamimu meninggal. Aku akan mendekatimu lagi. Ternyata ada yang sudah mendahuluiku, padahal aku sudah bercerai dengan istriku. Aku menyesal telah meninggalkanmu." "Maaf, Rangga aku tidak tahu." "Sudah tidak apa-apa," timpal Rangga lalu memperhatika

  • Mengandung Benih CEO   Bab 58 Me time dan juga quality time

    "Apa kamu bilang? Maksudmu apa, Adelia? Kenapa kamu berkata seperti itu?" Arsenio menatap tajam Adelia dengan wajah kesal. "Mamamu tidak setuju, 'kan? Kalau aku menikah denganmu. Kalau aku menikah denganmu tidak mungkin aku tidak bertemu mamamu. Bagaimana nanti sikap mamamu sama aku jika kamu sudah menjadi suamiku? Aku sudah membayangkan bagaimana nanti perlakuan mamamu terhadapku." "Sudahlah, Adelia. Aku tahu mamaku tidak setuju dengan hubungan kita. Kamu tidak usah memikirkan sejauh itu. Aku yakin mamaku tidak akan begitu. Lambat laun mamaku pasti akan mengerti," ujar Arsenio. "Bagaimana aku tidak memikirkan mamamu, Arsen. Di saat aku menyetujui pernikahan kita justru mamamu malah begitu dan aku merasa takut," timpal Adelia. "Aku sudah bilang. Kamu jangan pedulikan sikap mamaku kepadamu. Jangan berpikiran yang aneh-aneh tentang mama. Kamu tenang saja, oke!" Arsenio menatap mata Adelia penuh harap. "Bagai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status