Share

BAB 6

Author: Pena_Receh01
last update Last Updated: 2024-03-14 10:02:20

Mendengar ucapan Erna, Rentenir itu langsung mengomeli wanita tersebut.

"Sialan! Kenapa gak bilang kalau dia punya Tuan Devano, ha! Mau ngebunuh saya, kamu!" sentak lelaki itu.

Erna mengeryitkan kening mendengar omelan lelaki tua itu. Begitupun Dania, wanita yang usia tidak jauh dari Kania dia menatap sang Ibu.

"Maksud Tuan, gimana? Saya gak paham. Tuan Devano? Siapa. Kania punya dia? Maksudnya gimana sih," lontar Erna.

Mendapati ucapan Erna, lelaki lawan bicara wanita itu mendengkus.

"Gak perlu banyak omong! Kamu tanyakan aja sama anakmu itu, dia dibawa Tuan Devano sekarang. Dan hutangmu udah dilunasi sama dia," sungut pria tua itu.

Dia langsung mematikan sambungan telepon, membuat Erna yang memanggil berdecak. Ia memilih mendaratkan bokong di kursi, diikuti Dania ikut duduk si samping wanita ini.

"Sini, Bu! Aku dengerin perkataan pria tua itu," pinta Dania.

Wanita itu langsung menyerahkan benda pipih tersebut. Memang ia saat menelepon segera merekam pembicaraan, untuk bukti agar untuk meminta mahar.

"Apa? Devano? Devano Arthur Rafandra bukan? Kalau iya, gila! Serius dia kenal sama Kania," pekik anak Erna.

Erna langsung memandang putrinya, ia mengerutkan kening lalu membulatkan mata.

"Maksud kamu, Devano yang kaya raya itu? Yang bahkan punya puluhan turunan gak bakal habis-habis?" tanya Erna.

Perempuan itu langsung menganggukan kepala, Erna segera melemparkan tatapan tak percaya.

"Jangan-jangan dia kerja jadi pembantu di rumah Tuan Devano lagi," ujar Dania.

"Gak mungkin kan kalau dia itu pacarnya Tuan Devano, gak pantes banget. Pantesnya jadi upik abu," lanjut wanita itu.

"Atau enggak dia jadi lacurnya Tuan Devano, tapi kabar simpang siur kalau Tuan Devano gak pernah deket sama cewek. Bahkan dia kaya punya alergi kalau deket cewek suka langsung muntah," cerocos Dania.

Wanita muda tersebut mengacak-acak rambutnya, ia sangat pusing dengan menerka-nerka hubungan Kania dan Devano. Mendengar ucapan sang putri, seringai Erna muncul perempuan ini segera menatap anaknya.

"Dania!"

Ia segera menatap sang Ibu karena panggilan lumayan kencang, padahal mereka sangat dekat. Tidak perlu bersuara begitu besar bukan?

"Ada apa, Bu. Gak usah teriak-teriak juga kali, kita di rumah bukan di hutang! Lagian Nia gak tuli," gerundel wanita itu.

Erna membalas dengan senyuman lebar, membuat Dania sedikit ngeri melihat hal tersebut.

"Kenapa Ibu senyum sampe segitunya," kata sang anak.

Erna langsung menarik putrinya duduk kembali, lalu tangan wanita itu memegang paha sang putri.

"Gini, Nia. Kita coba ke rumah Tuan Devano itu, kita cari tau apa yang dia lakuin ke Kania. Kalau misalnya dia mau pake Kania kan kita bisa minta tambahan uang ke dia, nanti kita bisa pergi jalan-jalan dan semuanya pokoknya," terang Erna.

Dania terdiam sebentar, melihat sang anak yang sangat lama berpikir membuat Erna mengerutkan kening.

"Kenapa kamu begitu? Biasanya kamu cepat banget kalau soal uang, apalagi yang jadi tumbal itu Kania," ujar Erna.

Helaan napas terdengar dari bibir Dania, wanita itu memandang sang Ibu dan memegang lengan perempuan tersebut.

"Tapi kalau misalnya Kania di jadiin istrinya gimana, Bu," kata Dania.

Erna semakin sumringah memdengar perkataan putrinya.

"Ya bagus dong, kita nanti makin gampang morotin uang cowok itu," balas Erna.

Dania langsung menghempaskan tangan sang Ibu, membuat Erna semakin mengerutkan kening. Bahkan alis wanita itu sampai menyatu.

"Ibu, mah ... gak ngerti banget, kalau misalnya dia jadi istrinya Tuan Devano, aku gak rela. Aku juga mau jadi istrinya Tuan Devano, Bu ...."

Erna menganggukan kepala, ia juga jadi berpikir jika putri kesayangannya jadi istri Devano. Pasti hidup mereka bakal serba enak, membuat wanita itu memandang Dania.

"Kalau gitu, pas ke rumahnya. Coba kamu goda aja, kamu kan lebih cantik dari Kania, pasti dia kepincut sama putri cantik Ibu, ini," lontar Erna.

Dania langsung tersenyum sumringah, wanita itu segera memeluk sang Ibu. Lalu ia segera menadahkan tangan membuat, perempuan ini menatap bingung.

"Uang, Bu ... aku kan mau tampil maksimal di depan Tuan Devano, aku harus ke salon sama beli baju," ujar Dania.

Wajah Erna langsung masam dengar permintaan putrinya, ia menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Gak ada uang, Nia. Uang ini buat makan kita hari ini."

Dania cemberut mendengar itu, ia menghentakan kaki dan kembali duduk di sofa dengan tangan bersidekap.

"Ibu, mah ... masa aku kaya gini ketemu Tuam Devano, dia kan pria kaya. Pasti selalu ketemu cewek cantik seksi yang perawatannya ratusan juta, aku kalau gini doang malu dong. Ayo dong, Bu ... lagian kalau aku berhasil dapetin Tuan Devano, Ibu juga yang enak nanti."

Ibu wanita itu langsung terdiam, ia menghela napas lalu mengeluarkan dompet. Membuat Dania tersenyum sumringah, perempuan tersebut dengan cepat merampas benda yang dipegang Ibunya.

"Dania! Ih ... kenapa dia ambil semua, nanti kita makan gimana huh ...!"

Dania menyerahkan dompet sang Ibu, ia segera menaruh lima lembar berwarna mereka ini di saku.

"Ini aja kurang Bu buat ke salon, ya Ibu nanti minta transfer dong ke Kania. Kan dia gajian, kan."

Setelah berkata demikian, Dania langsung pergi meninggalkan Ibunya di kediaman. Wanita itu mendengkus mendengar perkataan sang anak, lalu ia memilih lekas menelepon Kania.

"Lah, padahal berdering. Kenapa gak di angkat sih! Sialan," maki wanita itu.

Dia terus menelepon Kania, tetapi masih tidak diangkat. Akhirnya berinisiatif untuk menjual perhiasan miliknya, sambil terus menggerutu kala mencari barang tersebut.

"Ini semua gara-gara, dia! Kenapa coba segala gak diangkat," cerocos Erna.

Wanita ini berada di kamar, sejak tadi memandang perhiasan miliknya. Aksesori ini hasil dari mengumpulkan dari uang yang dikirimkan Kania.

"Pokoknya awas aja nanti kalau ketemu," sungut wanita itu.

Dia segera memasukan satu perhiasan di tas, lalu lekas menaruh ke lemari lagi. Jika saja Dania tau, mungkin wanita itu sudah merampasnya tadi. Beruntung saat membeli ini, tidak diketahui putri kesayangannya itu.

Sedangkan di tempat lain, kini Kania terus melamun memandang sekitar. Kamar lelaki yang mengurung memang sangat luas, hanya kepala pelayan yang boleh membersihkan tempat ini, bawahan yang lain pria tersebut harus segera pergi setelah melakukan tugas.

"Apa yang harus aku lakuin," batin Kania.

Wanita itu kini beralih ke Devano yang begitu fokus menatap berkas lalu laptop. Melihat pemandangan tersebut, bahkan Kania sangat pusing apalagi yang melakukannya.

"Kenapa dia terus di sini! Aku jadi gak bisa gerak buat nyari cara pergi dari kamar ini," keluh Kania dalam hati.

Devano melihat riak wajah Kania yang berubah-ubah membuat lelaki itu hanya tersenyum sinis.

"Jangan berpikir kamu bisa kabur dari kamar ini, kamu gak akan bisa keluar sebelum menuruti perintahku!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 113 [TAMAT]

    Devano terperanjak mendengar seruan sang istri kala selesai menutup pintu, percakapan mereka tidak terdengar ke luar. Lelaki itu segera memandang wajah cemburu Kania dan membelai penuh kasih sayang. “Apa yang dipikirkan otak kecilmu itu, jangan bicara sembarangan,” tegur lelaki itu. Dia mendorong kening Kania membuat sang empu mengerucutkan bibirnya, lelaki itu segera menyalakan kemudi lalu Kania spontan memegang lengannya membuat dia menoleh. “Ada apa lagi,” kata Devano dengan nada malas. Perempuan itu masih memajukan bibirnya, dia bahkan berani menunjuk pipi sang suami sampai jari wanita tersebut menyentuh wajah Devano. “Kamu pasti berbohong, karena kamu sedikit lagi mau sembuh. Kamu mau mencari wanita lain yang lebih pantas denganmu,” sungut perempuan tersebut. Devano memutarkan bola mata mendengar ucapan sang istri, ia memilih mematikan mesin kendaraan lagi dan tangannya memilih menggengga

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 112

    Li Jiazhen segera pergi setelah selesai dengan urusannya, tidak ingin menyulut amarah Devano lagi. Kini hanya sepasang suami istri ini yang ada di ruangan, kekasih Kania melangkah kaki menuju dispenser air lalu menyalakan unruk mengisi air di gelas dan meneguk hingga tandas. Sang perempuan tersebut mengikuti, tetapi lelaki ini sama sekali tak mengeluarkan suara. Terlihat jelas dari wajah tidak ingin diganggu sedikitpun."Sayang ….""Kamu marah?" tanyanya pelan.Lelaki ini hanya melirik tanpa menjawab pertanyaan Kania, padahal wanita itu sudah sangat jelas tau jika sang suami tengah berperang dengan emosi yang bergejolak."Pergilah! aku bakal lembur, kamu pulang aja."Devano secara halus mengusir sang istri, mendengar hal ini Kania menggeleng. Perempuan itu segera memeluk suaminya yang berjalan menuju sofa, membuat sang empu menghentikan langkah."Maafkan aku, Sayang. Lain kali aku gak bakal berbicara dengan pria itu kalau diajak

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 111

    Karyawan itu tidak menanggapi ucapan Devano, dia langsung berlari lalu memeluk suami Kania. Mata pria tersebut membulat sempurna karena terkejut, ia berusaha melindungi minuman yang dibawa agar tidak tumpah.“Tuan … terima kasih!”seru lelaki tersebut.Setelah tersadar akan pandangan mata Devano, ia segera melepaskan pelukkan lalu menjauh. Menundukkan kepala tidak berani memandang wajah pemilik perusaaan ini.“Di mana sikapmu yang tadi? Kenapa sangat cepat lenyap,” ucap Devano datar.Pria ini semakin menunduk, sedangkan yang lain hanya memandang nanar. Mereka segera melakukan pekerjaan kembali kala Devano melirik semua. “Sudahlah, aku tidak mau menakutimu lagi. Selamat karena sudah menjadi Ayah, doakan istriku juga. Semoga dia lancar sampai anakku lahir,” ujar Devano.Karyawan itu mengangguk lalu mengucapkan terimakasih dan mendoakan istri Devano yang dibalas senyuman pria tersebut. Beberapa orang yang melihat memandang tak perca

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 110

    Devano mendengar ucapan karyawannya langsung mendelik, ia kembali memandang ke depan.“Kalau kamu ada kesalahan lagi aku gak akan mengeluarkanmu begitu saja dari ruangan, aku aku keluar mau menjemput istriku di luar. Oh ya, siapkan minuman untuk dia, eh jangan! Biar saya aja yang buat, kamu cepat pergi beli susu untuk ibu hamil,” seru Devano.Setelah berkata demikian lelaki itu kembli bergegas melangkah, sedangkan karyawan yang diperintahkan mulutnya terbuka lebar. Ia benar-benar tidak mengenali Devano, sikap sangat berbeda dengan dulu. Bahkan sekarang ada rasa toleransi, dia merasa bersyukur akan kehadiran yang datang ke hidup sang Bos.“Ah, iya! Aku harus segera pergi membeli susu ibu hamil,” pekik pria tersebut.Dia langsung berlari untuk melakukan kerjaannya, se

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 109 [PART 2]

    William terperanjak mendengar suara Devano, membuat ia spontan menginjak pedal gas. Beruntung Kania sudah memakai sabuk pengaman dan berpegangan sebagai jaga-jaga. Bahkan handphone yang dipegang perempuan tersebut sampai terjatuh, lelaki sedang berganti profesi jadi supir ini lekas mematikan mesin dan membantu mengambil ponsel sang majikan.“Tu-Tuan,” kata William terbata-bata kala melihat layar handphone.Pria yang dipanggil Tuan itu memasang wajah datar kala mendengar suara William, sedangkan Kania segera mengambil handphone lalu segera mengganti jadi kamera depan.“Sayang, kamu mengejutkan kami,” tegur Kania.Lelaki itu hanya mendengkus mendengar teguran sang istri, ia memalingkan wajah menyembunyikan riak kekesalan.“Iya, maafkan aku. Aku hanya terkejut karena William melajukan kendaraan sangat kencang,” seru Devano.Me

  • Mengandung Benih Majikanku   BAB 109 [PART 1]

    Waktu terus bergerak sangat cepat, kini kehidupan sepasang suami istri itu sangat harmonis. Tetapi kadang Kania sangat jengkel pada Devano karena terlalu oper protektif pada dia. Bahkan untuk ke dapur aja tidak diperbolehkan, katanya takut sesuatu hal buru terjadi."Yasmin … aku sangat bosan," keluh Kania.Bibirnya mengerucut tanda sangat kesal, sedangkan Yasmin paham akan perasaan keduanya. Satu sisi Devano takut sesuatu terjadi, karena pas usia kandungan perempuan itu empat bulan, Kania sempat hendak terjatuh di dapur akibat ada minyak yag tumpah. Bahkan karena hal tersebut, beberapa pelayan dipecat begitupun yang tak menyukai wanita hamil ini."Tuan begitu karena sangat menyayangimu, takut kamu kenapa-napa," balas Yasmin.Kania menganggukkan kepala mengiyakan perkataan Yasmin, tetapi ia juga kembali cemberut karena merasa terkekang di sangkar emas milik sang suami. Sedangkan sahabat perempuan tersebut, sebenarnya mereka percakapan dan segera m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status