共有

BAB 5

作者: Pena_Receh01
last update 最終更新日: 2024-02-21 11:59:10

"Lelet banget sih! Mau cosplay jadi keong," sinis Devano.

Lelaki itu memandang dengan tatapan tajam ke arah temannya,  sedangkan pria yang menyandang dokter pribadi keluarga Devano ini hanya menghela napas.

"Dia yang harus diperiksa?" tanya dokter itu.

Devano hanya menggerakan kepala ke atas dan ke bawah membuat lelaki yang berstatus dokter itu segera mendekati Kania. Pria ini lekas memeriksa wanita terbaring di ranjang, lalu menganggukan kepala.

"Dia belum makan, maghnya kambuh. Nanti kukasih resep obatnya," lontar sang dokter.

Mendengar hal tersebut, lelaki yang berkuasa di sini memandang Kania lalu dokter ini. Ia memiringkan kepala lalu segera menyelimuti Kania kembali, membuat orang yang baru memeriksa wanita itu mengerutkan kening.

"Gak mual pas bersentuhan kulit sama dia?"

Lelaki itu langsung mendongak menatap temannya, wajah Devano sangat datar membuat orang sulit menebak apa yang dipikirkan pria tersebut.

"Ya! Dan cuma dia yang bisa disentuh."

Azka semakin mengerutkan kening membuat Devano yang melihat mendengkus. Dia segera mendaratkan bokong di sofa, diikuti lelaki yang berseragam dokter ini.

"Suka sama dia?" tanya Azka.

Lelaki pemilik kediaman ini langsung menatap sinis Azka, lalu pria yang di tatap iti hanya memamerkan senyuman.

"Mana mungkin! Cuma ... gak tau kenapa cuma sama dia gak ngerasain reaksi itu," balas Devano.

Azka menatap Devano dengan pandangan tak percaya, membuat yang di tatap merasa kesal. Lelaki itu langsung berdiri dan menarik baju sang teman dan menarik pakaian pria ini.

"Pergi sana! Dan ... jangan lupa belikan obat yang kau sebut itu!"

Pria yang berseragam dokter itu menatap tak  percaya, sedangkan Devano membalas dengan wajah datar.

"Devano ... aku temanmu lho, lagian aku itu seorang dokter! Bukan pengsuruhmu," lontar Azka.

"Ya udah iya, nanti dibeliin. Huh ... yang kaya lebih berkuasa," lanjut Azka.

Devano langsung menutup pintu mendapati lanjutan perkataan Azka. Membuat lelaki itu terkejut lalu menggerutu sambil melangkah pergi. Sedangkan pria yang di dalam kamar sendiri ini, kembali menatap Kania yang terbaring di ranjang dengan mata tertutup rapat.

"Lupa kalau cewek ini punya penyakit itu."

Setelah berkata demikian, lelaki dengan perawakan kekar ini memilih mengunci pintu kembali. Lalu lekas memasuki bilik mandi untuk membersihkan diri, mengingat dia disentuh wanita yang ada di klub malam itu membikin kembali mual.

"Sialan!" maki lelaki itu.

Dia segera mengguyur tubuh dengan air dingin, lalu setelah membersihkan diri segera keluar dari ruangan tersebut bertepatan Kania membuka mata. Melihat hal ini, Devano memilih memakai pakaian di sana membikin perempuan yang berada di sana menjerit lemah dan lekas menutup mata.

"Udah bangun bukan, telepon pembantu di sini buat nyiapin makanan untukmu!" perintah Devano.

Kania masih terus memejamkan mata, membuat Devano yang melihat merasa kesal.

"Enggak Tuan, saya tidak lapar. Saya pengen pulang Tuan, tolong lepaskan saya," sahut Kania.

Lelaki ini baru selesai memakai celana, ia langsung berbalik saat mendengar permintaan Kania. Seringai muncul di bibir pria tersebut, lalu bersidekap memandang perempuan yang terbaring ini.

"Apa yang kamu bilang? Bisa ulangi lagi!"

Nada suara lelaki itu memang seperti biasa, tetapi terdengar sangat menusuk. Kania menelan ludah mendengar hal ini, lalu memberanikan diri mengutarakan keinginannya.

"Saya pengen pulang Tuan, tolong lepasin saya."

Devano dengan langkah lebar mendekati Kania dengan badan bertelanjang dada. Mendengar langkah kaki, wanita itu memberanikan diri mengintip lalu melotot kala mendapati sang majikan mendekat. Dia berusaha bangkit dengan tubuh lemas, dan turun dari ranjang.

"Beraninya kamu meminta pulang! Kalau saya biarin kamu pulang, ngapain tadi nyariin kamu," ketus lelaki itu.

Tangan lelaki ini memegang leher Kania lalu memojokan wanita tersebut ke dinding.

"Arghhh ... sakit Tuan."

Lelaki ini malah semakin mengencangkan cengkramannya lalu menaikan tubuh Kania. Membuat kaki perempuan tersebut tidak menapak lantai.

"Sa-ya, gak bisa. Na-fas, Tu-an," kata Kania.

Pemilik kediaman ini sama sekali tidak menggubris, ia masih asing memandang wajah kesakitan Kania. Lalu setelah merasa cukup segera di lepaskan, membuat wanita itu terbatuk-batuk.

"Masih berani meminta hal yang mustahin saya kabulkan?" tanya lelaki itu.

Kania tidak menjawab, dia hanya memegang leher yang masih terasa sakit. Mendapati tak ada jawaban, Devano langsung menarik dagu wanita ini agar menatapnya.

"Dengar gak!"

Kania menganggukan kepalanya, ia memilih menghentikan permintaannya dulu. Menuruti perkataan Devano, karena jika memberontak lagi. Mungkin nyawa yang selanjutnya melayang.

"Naik ke ranjang, nanti pembantu bakal bawa makanan. Makan itu! Saya gak ingin liat kamu kaya gini, lemah banget," seru Devano.

Lelaki itu langsung bangkit lalu melangkah pergi ke ruang ganti untuk mengambil pakaiannya. Setelah merasa diri rapi, pria tersebut lekas keluar tak lupa mengunci pintu. Agar Kania tidak bisa pergi, mendengar suara terkunci. Wanita ini hanya mengembuskan napas letih dan mulai menitihkan air mata lalu memeluk lutut.

"Kenapa aku harus begini, kenapa ...."

"Ibu juga kenapa menjualku, menjadikan aku buat menebus hutang."

Wanita ini segera diam saat melihat kedatangan Devano, dengan langkah lemas melangkah ke ranjang. Melihat hal tersebut, lelaki itu hanya menatap datar dan memilih mendaratkan bokong ke kursi lalu menaruh laptop di meja.

"Tuan, ini makanan dan minumannya," ujar seorang pembantu.

Melihat Devano yang meliriknya lalu mengangguk segera memberikan makanan pada Kania.

"Di mana Sella? Apa dia baik-baik aja?" tanya Kania.

Mendengar pertanyaan itu wanita yang berstatus pembantu ini bingung. Devano segera memerintahkan pelayan tersebut untuk pergi.

"Ngapain kamu mikirin orang lain, mendingan cepat habisin makanan itu. Habis itu minum obat, bentar lagi sampe," lontar Devano.

Kania tidak menjawab, wanita itu segera menyuapkan makanan yang tak pernah ia makan sepanjang hidupnya. Karena fokus mencari nafkah, bahkan kebanyakan perempuan ini hanya mengkonsumsi mie instan.

"Walau makanan ini enak, tapi keadaanku yang gak enak."

Wanita itu berkata dalam hati, sedangkan Devano yang tidak mendapatkan jawaban segera menoleh. Menatap Kania yang sangat lahap membuat ia menyeringai dan memilih fokus melakukan pekerjaan kembali.

"Dasar miskin!"

Mendengar ucapan Devano, wanita itu menoleh. Tetapi kembali melahap makanan lagi, tidak memprotes memang ucapan lelaki tersebut benar adanya.

"Setelah makan, telepon aja pembantu. Biar bekas piringnya di ambil," ujar Devano.

Kania kembali tidak bersuara, membuat Devano kesal. Lelaki itu segera bangkit, lalu mendekati wanita tersebut dan lekas mencengkram kuat pipi dekat rahang membuat sang empu meringis.

"Kalau aku bicara, jawab! Jangan diem aja, apa kamu mau kubuat tidak bisa bicara," sungut Devano.

Sedangkan di kediaman lain, Erna segera menghubungi rentenir yang membawa Kania. Setelah nada tersambung terdengar, dia saling pandangan pada Dania dengan senyuman merekah di bibir.

"Gimana, Bos! Udah unboxing Kania bukan, dia masih perawan kan. Kapan kirim maharnya ke sini," cerocos Erna.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB I [TAMAT]

    Beberapa tahun kemudian, kediaman yang bagai istana milikDevano setiap saat terasa begitu ramai. Suara langkahtergesa terdengar, pintu yang dibanting dan nada tinggiseorang remaja memenuhi koridor."Iris, apa yang kamu lakukan!" teriak Fiona.Gadis remaja itu baru berumur enam belas tahun, barumemasuki sekolah menengah keatas. Rupanya cantik sepertiKania tetapi memilih karakter keras Devano. Perempuantersebut keluar dari kamar dengan wajah murka sambilmenarik kasar lengan Iris."Maaf Kakak, aku cuma ...," ucapannya terhenti karenadisela Fiona."Sudah! Kamu memang gak pernah merasa bersalahsedikitpun," omel gadis tersebut sambil menunjuk wajahadiknya.Felix yang baru saja selesai mandi segera keluar dari kamar,lelaki itu hanya melilitkan handuk di pinggangnyamenampilkan dada pria tersebut, bahkan tangan lelaki inisibuk mengeringkan rambut."Ada apa, Fiona ... kamu ini masih pagi sudah marah-marahaja," gerutu Felix."Kenapa kamu memarahi Iris, kasihan dia," lanjut priater

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB H

    Mendengar perkataan sang suami, jemari Kania yang bergerak untuk bermain dengan Iris berhenti. Wanita tersebut tidak langsung menoleh menatap lelaki yang menikahinya, ia menarik napas dalam dan mengembuskan sedikit kasar. Tetapi masih menjaga agar tidak mengusik bayi kecil dalam pangkuannya. "Devano ...." Ucap Kania pelan, hampir tanpa suara. Wanita itu langsung memanggil nama suaminya, ia menarik napas kembali karena merasa lelah, berusaha menguatkan hati karena luka yang ditoreh sang kekasih. Lelaki itu mendekat satu langkah lalu berhenti, tangannya memegang pakaian sendiri. Seakam takut menyentuh apapun sebelum mendapatkan izin. “Aku cuma ingin kamu aman,” ucapnya lagi.Suara lelaki itu pecah perlahan. "Saat itu. Aku lihat kamu hampir ...."Devano tak sanggup melanjutkan perkataannya, gambaran Kania begitu lemah. Keluar darah dan jantung hampir berhenti begitu menghantui. Perempuan tersebut menoleh, pandangannya tidak marah, hanya dipenuhi rasa lelah membuat dada Devano seaka

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB G

    Dua hari berlalu, semenjak keluar dari ruang persalinan. Saat bertemu dengan Devano, Kania selalu mendiamkan lelaki itu. Kini pria tersebut tengah mengurus kepulangan sang istri, walau pikirannya berkelana mendapatkan sikap demikian."Mama, Mama sama Papa bertengkar?" tanya Fiona.Kania yang sedang memberikan asi pada putrinya segera menoleh menatap Fiona, tatapan gadis itu penuh penyelidikkan. "Enggak kok, Sayang. Perasaan kamu aja," elak Kania."Mah," panggil Felix dengan suara serak. Lelaki kecil itu bangun dari tidurnya, ia berbaring di sofa dan segera mendudukkan tubuh. "Iya," balas perempuan tersebut.Dia menjawab tanpa menoleh memandang anaknya, karena fokus ke Iris yang berhenti menyusu."Mama sangat fokus ke adik ya, kami diabaikan," lontar pria kecil itu spontan. Felix memang terkenal dengan sikap yang terbuka, ia akan mengeluarkan pemikirannya langsung. Mendengar itu Kania spontan menoleh, dia memandang kedua anak kembarnya lalu menggeleng."Enggaklah, Mama juga perhati

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB F

    Devano mengendap-endap saat memasuki kamar, lampu di ruangan itu mati. Hanya cahaya kecil dari benda memancarkan keterangan. "Kamu ngapain," seru Kania. Wanita itu duduk di kursi roda, berada di sisi kanan ranjang. Deretan sekat berdiri dengan bingkai emas melengkung begitu anggun dan mewah. Menyembunyi tempat untuk pemilik kamar berbincang sebelum terlelap di kasur empuk atau kedatangan buah hati yang suka tiba-tiba ingin tidur bersama. Mendengar suara sang istri, Devano terhentak lalu menoleh ke asal bunyi. "Sayang!" pekik Devano terkejut. Lelaki itu langsung mendekati sang istri dengan gelagat yang aneh, membuat Kania memicingkan matanya. "Kamu bikin kaget aja, kenapa kamu bangun," lanjut pria itu berbicara. Kania mendelik wanita itu tidak bergerak mendekati suaminya, ia memilih menunggu lelaki tersebut untuk berdiri di hadapan dia. "Jangan mengalihkan pertanyaanku," tegur Kania atau lebih tepatnya menyindir. "Habis dari mana kamu? Kenapa pergi gak bilang-bilang sama aku."

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB E

    Devano keluar kediaman pukul 23:00, lelaki itu nampak begitu dingin seperti tidak memiliki perasaan. Melangkah mantap menuju tempat dimana penculik anaknya berada, tangan pria tersebut terkepal mengingat luka dialami kedua buah hati yang dilahirkan Kania. "Beraninya dia! Menyakiti anak-anakku," ucapnya penuh penekanan. "Kalian harus mendapatkan ganjaran berkali-kali lipat!" Aura pria ini bagai membakar sekitar, membuat setiap tempat yang ada keberadaannya begitu panas membara. "Ayo cepat!" perintah Devano setelah duduk di kendaraan roda empat. Mendengar perkataan Devano, sang bawahan segera mengangguk patuh. Hawa yang dikeluarkan lelaki itu begitu kuat dan dominan. Waktu terus berjalan, sampai kendaraan roda empat ini akhirnya sampai tujuan. Lampu lorong bawah tanah yang redup, menyinari tempat tersebut saat Devano sudah berada di ruang bawah tanah. Sinar kekuningan dari lampu memantul di lantai beton yang lembab. Suara langkah lelaki itu bergema dengan langkah pelan, seperti se

  • Mengandung Benih Majikanku   BONUS BAB D

    "Dua." "Papa ...!" teriak Fiona dengan suara nyaring. Mendengar suara sang putri, Devano langsung menoleh ke asal sumber. Matanya menangkap Fiona dengan ditahan oleh seorang pria, pisau berada di dekat leher gadis tersebut. "Papa ... Fiona, takut," rengek gadis tersebut. Wajahnya yang angkuh tidak terlihat, kini dia tengah menjadi gadis kecil yang begitu ketakutan. Tubuh mungilnya bergetar, mata berlinang, pandangan lurus ke arah sang Ayah. "Papa," ucap Felix dengan nada lemah. Dunia Devano seakan berhenti, sosok yang selama ini kokoh, dingin dan tak tergoyahnya terlihat tampak retak. Rahang lelaki itu mengeras, kedua tangan m3ngepal sampai buku jari memutih dan napas memburu. “Beraninya kalian memperlakukan anak-anakku sampai begini,” suara lelaki itu rendah, sedikit bergetar akibat amarah dan begitu membuat alarm semua orang tanda bahaya. Mendapati ancaman Devano begitu mengerikan terdengar kw telinga, penculik yang memegang Felix dan Fiona menguatkan cengkeraman dan lebih m

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status