Share

BAB 9

Waktu terus bergerak tanpa jeda, seolah berlomba dengan detak jantung manusia. Hanya saja ia tak ikut berhenti kala para makhluk meninggal. Devano tengah berdiri di ambang pintu, menatap rintik hujan yang mengguyur bumi dan atap kediaman seluruh wilayah yang dikuasai. Pandangan mata begitu dingin sekaligus tajam, seperti dari tatapannya keluar sebuah benda tajam yang siap menghunus lawan.

Lelaki ini sesekali melirik jam yang melingkar di pergelangan tangan, menatap benda kecil yang terus berputar menandakan waktu terus berjalan. Hawa dingin menusuk kulit tidak membuat lelaki ini mengubah riak wajah. Helaan napas kasar terdengar saat melihat bawaan yang baru sampai.

"Maaf, Tuan. Saya terlambat, saya bingung memilih pakaian buat Kania, karena tak tau ukuran badannya. Pas mau nanya, Tuan sudah mematikan sambungan telepon."

Devano memiringkan kepala menatap bawaannya, apalagi mendengar suara pria itu yang terdengar gemetar membuat lelaki ini hanya memandang sinis.

"Kauu menyalahkanku! Ce
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status