Share

2. Homeless

Author: Ayu Anggun
last update Huling Na-update: 2023-08-25 11:01:09

Dengan tergesa Leanna tiba di depan stasiun TV VO-Channel. Leanna segera menanyakan perihal karyawan yang dibutuhkan untuk bagian wardrobe sesuai instruksi kakek yang Leanna lupa namanya. Menurut resepsionis, Leanna harus langsung bertemu dengan Pak Chandra, General Manager di stasiun TV tersebut. Resepsionis itu pun akhirnya mengantarkan Leanna menuju ruangan sang GM untuk proses wawancara.

Setelah bertemu Pak Chandra dan melalui wawancara singkat yang terkesan seperti hanya sebuah formalitas semata, akhirnya Leanna diterima bekerja di stasiun TV tersebut tanpa syarat apa pun. Leanna akan mulai bekerja esok hari dan itu membuatnya sungguh senang sekali. Setidaknya kesulitan keuangannya bisa teratasi.

Dengan riang gembira Leanna melangkahkan kakinya menuju rumah sakit tempat sang kakek dirawat. Leanna ingin mengucapkan terima kasih pada kakek untuk apa yang terjadi padanya hari ini. Sambil membawa seikat bunga warna-warni, Leanna menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang rawat sang kakek. Karena terlalu senang Leanna berjalan sambil tersenyum sendiri dan tak memperhatikan jalan di depannya. Tanpa sengaja dia menabrak seorang dokter yang berpapasan dengannya. Leanna pun mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah dokter tersebut dan segera meminta maaf padanya. Untuk sesaat, Leanna tertegun saat menatapnya. Paras dingin yang memikat itu berhasil membuat jantung Leanna bermaraton di dalam rongganya. Namun sayangnya sang dokter terlihat angkuh dan tak peduli. Pria itu hanya mengangguk sekilas dan langsung melanjutkan langkahnya pergi begitu saja meninggalkan Leanna yang masih diam terpaku di tempatnya.

"Sepertinya wajah dokter itu familiar. Di mana ya aku pernah melihatnya?" gumam Leanna pelan. "Tapi dokter itu sama sekali tak terlihat ramah. Pasiennya apa tidak ketakutan melihat dokter seperti itu?" gerutu Leanna pada akhirnya setelah dokter itu menjauh.

Leanna kembali melanjutkan langkahnya menyusuri lorong hingga tiba di sebuah pintu berwarna hijau dengan kaca kecil dibagian atasnya, tempat sang kakek dirawat. Dengan perlahan Leanna mengetuk pintu ruangan tersebut. Ternyata Kakek sedang membaca sebuah surat kabar di tempat tidurnya. Sang kakek pun tersenyum melihat kedatangan Leanna dan tampaknya keadaan beliau sudah lebih baik dari sebelumnya.

"Bagaimana keadaan Kakek?" tanya Leanna sambil meletakkan bunga yang dibawanya ke dalam vas bunga yang ada di meja di samping ranjang Kakek.

"Baik Nak, tapi belum diperbolehkan pulang sama dokter Ardant."

"Oh ya Kek, terima kasih ya. Berkat Kakek, akhirnya aku dapat pekerjaan," kata Leanna riang.

"Tak perlu berterima kasih pada Kakek. Mungkin Tuhan yang sudah mengabulkan doamu, Nak!"

"Iya juga ya, Kek. Hmm ... Kakek, sejujurnya ruangan Kakek ini bagus sekali. Memang biayanya tidak mahal ya, Kek?" tanya Leanna polos.

Kakek pun tertawa mendengar pertanyaan Leanna yang polos itu. "Kalau itu sih urusan cucu Kakek!"

"Wuah ... berarti cucu Kakek orang yang hebat, ya?" ujar Leanna kagum.

"Iya benar, cucu Kakek itu memang orang yang hebat. Coba saja kalau tadi dia ketemu kamu, pasti dia suka dengan wanita seperti kamu. Cucu Kakek baru saja dari sini tadi."

"Aaah ... Kakek bisa saja! Mana mungkin orang hebat seperti cucu Kakek suka wanita seperti aku," kata Leanna sambil tersenyum.

Leanna menemani Kakek hingga malam tiba dan akhirnya pamit pulang setelah malam mulai larut. Besok pagi sekali dia harus sudah mulai bekerja di tempat yang baru. Namun ternyata masalah datang tanpa diduga. Setibanya di rumah kontrakannya yang sederhana, ibu pemilik kontrakan sudah menunggu Leanna di depan pintu rumahnya sambil bersedekap dengan raut wajah tak mengenakkan.

"Ke mana saja kamu? Aku sudah menunggumu dari tadi!" kata ibu itu jengkel sambil berkacak pinggang.

"Ya ampun. Maaf ya, Bu. Untuk uang sewa bulan ini baru bisa aku bayar akhir bulan ini," kata Leanna yang baru ingat kalau hari ini adalah waktunya bayar uang sewa rumah.

"Aduh maaf ya Leanna, kamu itu sudah menunggak bayaran selama tiga bulan. Saya sudah capek memberitahumu terus. Lagipula rumah ini sudah disewa orang lain. Ini barang-barangmu. Mulai hari ini rumah ini kusewakan pada orang yang mampu membayar sewanya," kata ibu pemilik rumah ketus sambil menyerahkan barang-barang Leanna.

"Kumohon, Bu! Tunggu sampai akhir bulan ini saja. Pasti akan aku bayar. Aku janji! Tolonglah, Bu! Aku baru saja dapat pekerjaan hari ini," rengek Leanna memohon perpanjangan waktu.

"Sudahlah Leanna. Sebaiknya kamu cari tempat lain saja," kata ibu pemilik rumah kemudian pergi begitu saja meninggalkan Leanna bersama koper-kopernya yang bergeletakan di jalanan.

Dengan sedih Leanna menarik koper-koper miliknya menyusuri jalanan sepi menuju rumah Stella sahabatnya. Karena hanya Stella satu-satunya orang yang terlintas dipikirannya saat ini. Berharap Stella dapat menolongnya mendapatkan tempat untuk tidur malam ini.

"Please .... Hanya untuk sebulan saja. Aku akan mencari tempat tinggal baru," kata Leanna memohon pada Stella untuk mengizinkannya tinggal di rumah Stella.

"Mana bisa begitu. Sebentar lagi aku dan Daniel akan segera menikah. Dalam hitungan minggu kami akan tinggal bersama. Aku tak mungkin menerimamu di sini," kata Stella lagi.

"Kalau begitu hanya 2 malam. Bisa, kan? Boleh ya boleh ya???" pinta Leanna lagi seraya memohon. Stella mengerutkan keningnya dan berpikir sejenak.

"Oke oke ... baiklah. Kamu boleh menginap di sini selama dua malam. Setelah itu kamu harus lekas menemukan tempat tinggal yang baru. Oke?" kata Stella akhirnya setuju karena tak tega melihat temannya yang terus memohon.

"Oke, sip!" kata Leanna sambil mengangkat kedua ibu jarinya kemudian memeluk sahabatnya itu dengan sayang.

****

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   78. Asisten Pribadi

    Mungkin untuk sebagian orang, menikahi pria kaya dan tampan adalah sebuah kesempurnaan hidup. Namun Leanna tidak merasa seperti itu. Menikah dengan Reynald terasa seperti mengemban sebuah tugas yang berat, seperti apa yang Safira katakan sebelumnya. Anak di dalam kandungannya bahkan sudah mendapatkan tanggung jawab besar jauh sebelum dia dilahirkan.Awalnya mungkin Leanna tidak terlalu memikirkan hal ini. Namun begitu membuka mata keesokan paginya, dia benar-benar menyadari kalau hidupnya tidak akan semudah itu. Baru saja membuka matanya dan raut wajah penuh kekhawatiran dapat terlihat jelas dari beberapa orang yang kini memenuhi ruang rawatnya.“Kamu tidak apa-apa, Nak?” tanya Kakek Antony. “Kenapa kamu membiarkan istrimu kelelahan?” kata Kakek Antony pada Reynald begitu melihat pria itu masuk ke dalam ruang rawatnya.“Kamu juga kenapa tidak mengatakan lebih awal kalau Leanna di rawat di sini?” kata Kakek Antony pada Fiona yang terlihat merengut tidak terima disalahkan.“Justru aku y

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   77. Kekhawatiran

    Setelah kepanikan dan kehebohan di sepanjang lorong menuju poli obstetri dan ginekologi tadi, Leanna akhirnya langsung dapat penanganan dari Dokter Vira. Setelah melakukan banyak pemeriksaan Leanna akhirnya dipindahkan ke ruang perawatan untuk beristirahat selagi menunggu hasil pemeriksaan yang sudah dilakukannya barusan.Meskipun nyeri di perut Leanna sudah berkurang dan wanita itu pun kini sudah terlihat mulai nyaman berbaring di ranjangnya, tetapi Safira dan Fiona masih terlihat penuh kekhawatiran.“Benar sudah tidak sakit?” tanya Safira lagi. “Kalau memang masih sakit nanti kupanggilkan Dokter Vira lagi,” kata Safira.“Kamu belum makan, kan? Kamu mau makan apa biar kupesankan,” kata Fiona tak kalah paniknya.“Sebaiknya kalian juga duduk sebentar. Memangnya tidak lelah berlari-lari seperti tadi?” kata Leanna yang mulai pusing melihat kedua wanita cantik itu berjalan hilir mudik di depan ranjangnya.“Kalau perutmu masih terasa sakit, kamu tarik napas yang panjang saja, ya,” kata Safi

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   76. Semua Panik

    Sudah beberapa hari ini Fiona lebih sering berada di butik Leanna dengan setumpuk buku referensi pernikahan yang dibawanya. Menghabiskan hari sambil berceloteh tentang model gaun seperti apa yang cocok untuk gaun pengantinnya. Dekorasi seperti apa yang bagus untuk acara pernikahannya kelak, hingga jenis dan warna bunga yang bagaimana yang bagus digunakan untuk menghiasi ballroom tempat acaranya nanti. Leanna sampai pusing sendiri menanggapi semua celotehan Fiona tentang rencana pernikahannya tersebut. Belum lagi ketika Fiona bertanya beberapa pilihan konsep pernikahan yang ada di buku referensi tersebut. Leanna sampai bingung harus pilih yang seperti apa. Karena semua konsep yang Fiona usulkan semuanya memiliki keunikan tersendiri. “Kalian sedang apa?” tanya Safira yang tiba-tiba datang. Wanita itu membuka kacamata hitamnya kemudian ikut duduk di sebelah Fiona. “Merencanakan pernikahan,” jawab Leanna singkat. “Pernikahan siapa?” tanya Safira bingung. Leanna hanya melirik ke arah Fi

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   75. Makan Malam Keluarga

    Tuan Darwin duduk di samping Kakek Antony kemudian kedua orang tua Kennard dan Kennard yang duduk persis di samping Fiona. Mereka semua saling menyapa dengan anggukan dan senyuman singkat kepada Kakek Antony. “Bukankah kamu yang meminta Kennard untuk membawa serta kami sekeluarga?” balas Tuan Darwin sambil menatap Kakek Antony tajam. Yang menurut Leanna seperti harimau yang sedang menakut-nakuti mangsanya. “Tentu, kalau cucumu itu ingin mendapatkan cucu perempuanku yang berharga.” “Kalau begitu, apakah kamu sudah bersedia menyerahkan cucu perempuanmu yang berharga itu pada cucuku?” tanya Tuan Darwin yang kali ini dengan senyuman tipis di bibirnya. “Mengingat sudah berapa lama kita berteman, seharusnya kamu tahu jelas apa jawabanku, kan, Win?” balas Kakek Antony lagi sambil menatap Tuan Darwin lekat-lekat. “Baiklah! Kita tidak perlu berbasa basi seperti ini lagi. Bagaimana kalau langsung menetapkan tanggal pernikahan untuk mereka saja?” kata Tuan Darwin yang saat ini raut wajahnya

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   74. Persiapan Sebelum Perang

    Belaian lembut di pipi Leanna pun membangunkan wanita itu dari tidur lelapnya. Sebuah kecupan bahkan mendarat di bibir Leanna saat wanita itu membuka mata. Reynald kemudian menatapnya dalam-dalam sambil merapikan beberapa anak rambut yang jatuh di pipi Leanna. “Pagi,” sapa Reynald saat Leanna sudah sadar sepenuhnya. “Hari ini sudah tidak ada seminar, tapi sepertinya kita harus lekas pulang,” kata Reynald dengan nada suara lembut. “Pulang?” “Hmm. Kamu lupa kalau nanti malam ada pertemuan antara keluarga kita dengan keluarga Raharjo?” “Nanti malam? Ah, iya. Acaranya Fiona?” “Betul. Awalnya saya ingin mengajakmu jalan-jalan di sekitar sini, tapi tadi pagi sekali Fiona menelepon untuk mengingatkan saya tentang pertemuan keluarga ini.” “Ah, benar juga. Tidak mudah membuat Tuan Darwin mau datang mengurus masalah Fiona dan Kennard. Kita tidak boleh mengacaukannya.” “Tentu. Karena itu … ayo lekas bangun, Sayang,” kata Reynald sambil mengusap pipi Leanna kemudian tersenyum dan menatap is

  • Mengejar Cinta Dokter Dingin   73. Pasangan Yang Serasi

    “Memangnya kenapa?” tanya Reynald.“Jawab saja, Mas. Kita ini pasangan serasi atau bukan?”“Memangnya menurut kamu, kalau pasangan serasi itu seperti apa?” Reynald kembali balik bertanya.“Wajahnya cantik dan ganteng. Kelihatan sangat saling mencintai. Kompak dalam hal apa pun,” ucap Leanna menyebutkan isi salah satu artikel yang pernah di bacanya di media sosial.“Nah, itu kamu sudah tahu jawabannya.”“Apa?” Leanna justru bingung dengan jawaban yang diberikan Reynald.“Sudah jam 7, saya dan Steven harus kembali ke ruang seminar. Kalau kamu masih mau jalan-jalan lagi bersama Safira tidak apa-apa. Nanti minta Pak Sugio saja yang antarkan.”“Eh, tapi –”Reynald bangkit berdiri sambil mengusap puncak kepala Leanna dengan penuh rasa sayang kemudian tersenyum pada Leanna sebelum beranjak pergi. Begitu juga dengan Steven. Pria itu pun ikut bangkit berdiri menyusul Reynald.“Jangan lupa meneleponku kalau sudah selesai!” kata Safira sambil menatap Steven dengan tatapan tidak rela berpisah.“O

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status