Share

2. Homeless

Dengan tergesa Leanna tiba di depan stasiun TV VO-Channel. Leanna segera menanyakan perihal karyawan yang dibutuhkan untuk bagian wardrobe sesuai instruksi kakek yang Leanna lupa namanya. Menurut resepsionis, Leanna harus langsung bertemu dengan Pak Chandra, General Manager di stasiun TV tersebut. Resepsionis itu pun akhirnya mengantarkan Leanna menuju ruangan sang GM untuk proses wawancara.

Setelah bertemu Pak Chandra dan melalui wawancara singkat yang terkesan seperti hanya sebuah formalitas semata, akhirnya Leanna diterima bekerja di stasiun TV tersebut tanpa syarat apa pun. Leanna akan mulai bekerja esok hari dan itu membuatnya sungguh senang sekali. Setidaknya kesulitan keuangannya bisa teratasi.

Dengan riang gembira Leanna melangkahkan kakinya menuju rumah sakit tempat sang kakek dirawat. Leanna ingin mengucapkan terima kasih pada kakek untuk apa yang terjadi padanya hari ini. Sambil membawa seikat bunga warna-warni, Leanna menyusuri koridor rumah sakit menuju ruang rawat sang kakek. Karena terlalu senang Leanna berjalan sambil tersenyum sendiri dan tak memperhatikan jalan di depannya. Tanpa sengaja dia menabrak seorang dokter yang berpapasan dengannya. Leanna pun mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah dokter tersebut dan segera meminta maaf padanya. Untuk sesaat, Leanna tertegun saat menatapnya. Paras dingin yang memikat itu berhasil membuat jantung Leanna bermaraton di dalam rongganya. Namun sayangnya sang dokter terlihat angkuh dan tak peduli. Pria itu hanya mengangguk sekilas dan langsung melanjutkan langkahnya pergi begitu saja meninggalkan Leanna yang masih diam terpaku di tempatnya.

"Sepertinya wajah dokter itu familiar. Di mana ya aku pernah melihatnya?" gumam Leanna pelan. "Tapi dokter itu sama sekali tak terlihat ramah. Pasiennya apa tidak ketakutan melihat dokter seperti itu?" gerutu Leanna pada akhirnya setelah dokter itu menjauh.

Leanna kembali melanjutkan langkahnya menyusuri lorong hingga tiba di sebuah pintu berwarna hijau dengan kaca kecil dibagian atasnya, tempat sang kakek dirawat. Dengan perlahan Leanna mengetuk pintu ruangan tersebut. Ternyata Kakek sedang membaca sebuah surat kabar di tempat tidurnya. Sang kakek pun tersenyum melihat kedatangan Leanna dan tampaknya keadaan beliau sudah lebih baik dari sebelumnya.

"Bagaimana keadaan Kakek?" tanya Leanna sambil meletakkan bunga yang dibawanya ke dalam vas bunga yang ada di meja di samping ranjang Kakek.

"Baik Nak, tapi belum diperbolehkan pulang sama dokter Ardant."

"Oh ya Kek, terima kasih ya. Berkat Kakek, akhirnya aku dapat pekerjaan," kata Leanna riang.

"Tak perlu berterima kasih pada Kakek. Mungkin Tuhan yang sudah mengabulkan doamu, Nak!"

"Iya juga ya, Kek. Hmm ... Kakek, sejujurnya ruangan Kakek ini bagus sekali. Memang biayanya tidak mahal ya, Kek?" tanya Leanna polos.

Kakek pun tertawa mendengar pertanyaan Leanna yang polos itu. "Kalau itu sih urusan cucu Kakek!"

"Wuah ... berarti cucu Kakek orang yang hebat, ya?" ujar Leanna kagum.

"Iya benar, cucu Kakek itu memang orang yang hebat. Coba saja kalau tadi dia ketemu kamu, pasti dia suka dengan wanita seperti kamu. Cucu Kakek baru saja dari sini tadi."

"Aaah ... Kakek bisa saja! Mana mungkin orang hebat seperti cucu Kakek suka wanita seperti aku," kata Leanna sambil tersenyum.

Leanna menemani Kakek hingga malam tiba dan akhirnya pamit pulang setelah malam mulai larut. Besok pagi sekali dia harus sudah mulai bekerja di tempat yang baru. Namun ternyata masalah datang tanpa diduga. Setibanya di rumah kontrakannya yang sederhana, ibu pemilik kontrakan sudah menunggu Leanna di depan pintu rumahnya sambil bersedekap dengan raut wajah tak mengenakkan.

"Ke mana saja kamu? Aku sudah menunggumu dari tadi!" kata ibu itu jengkel sambil berkacak pinggang.

"Ya ampun. Maaf ya, Bu. Untuk uang sewa bulan ini baru bisa aku bayar akhir bulan ini," kata Leanna yang baru ingat kalau hari ini adalah waktunya bayar uang sewa rumah.

"Aduh maaf ya Leanna, kamu itu sudah menunggak bayaran selama tiga bulan. Saya sudah capek memberitahumu terus. Lagipula rumah ini sudah disewa orang lain. Ini barang-barangmu. Mulai hari ini rumah ini kusewakan pada orang yang mampu membayar sewanya," kata ibu pemilik rumah ketus sambil menyerahkan barang-barang Leanna.

"Kumohon, Bu! Tunggu sampai akhir bulan ini saja. Pasti akan aku bayar. Aku janji! Tolonglah, Bu! Aku baru saja dapat pekerjaan hari ini," rengek Leanna memohon perpanjangan waktu.

"Sudahlah Leanna. Sebaiknya kamu cari tempat lain saja," kata ibu pemilik rumah kemudian pergi begitu saja meninggalkan Leanna bersama koper-kopernya yang bergeletakan di jalanan.

Dengan sedih Leanna menarik koper-koper miliknya menyusuri jalanan sepi menuju rumah Stella sahabatnya. Karena hanya Stella satu-satunya orang yang terlintas dipikirannya saat ini. Berharap Stella dapat menolongnya mendapatkan tempat untuk tidur malam ini.

"Please .... Hanya untuk sebulan saja. Aku akan mencari tempat tinggal baru," kata Leanna memohon pada Stella untuk mengizinkannya tinggal di rumah Stella.

"Mana bisa begitu. Sebentar lagi aku dan Daniel akan segera menikah. Dalam hitungan minggu kami akan tinggal bersama. Aku tak mungkin menerimamu di sini," kata Stella lagi.

"Kalau begitu hanya 2 malam. Bisa, kan? Boleh ya boleh ya???" pinta Leanna lagi seraya memohon. Stella mengerutkan keningnya dan berpikir sejenak.

"Oke oke ... baiklah. Kamu boleh menginap di sini selama dua malam. Setelah itu kamu harus lekas menemukan tempat tinggal yang baru. Oke?" kata Stella akhirnya setuju karena tak tega melihat temannya yang terus memohon.

"Oke, sip!" kata Leanna sambil mengangkat kedua ibu jarinya kemudian memeluk sahabatnya itu dengan sayang.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status