Share

3. Penyanyi Romantis Dan Dokter Yang Dingin

Pagi-pagi sekali Leanna telah tiba di studio stasiun TV VO-Channel. Setelah menghadap Bu Carissa atasannya langsung di bagian wardrobe untuk diberikan beberapa pengarahan, Leanna diperbolehkan langsung bekerja dengan tim wardrobe-nya. Akan tetapi sebelum menuju ruang tim wardrobe, Leanna mengganti pakaiannya dengan seragam baru yang lengkap dengan nametag namanya sendiri. Pakaian serba hitam itu semakin terlihat elegan melapisi tubuhnya yang mungil. Kini Leanna sudah siap bekerja.

Saat melintasi lorong antar ruang divisi, suasana tak nyaman sempat Leanna rasakan. Ada beberapa orang yang terus menatapnya heran, sinis bahkan ada juga yang penasaran. Beberapa sempat saling berbisik ketika Leanna berjalan melewati mereka. Entah apa yang sebenarnya terjadi, tetapi menurut yang sekilas Leanna dengar bahwa dirinya bisa bekerja di stasiun TV ternama ini karena rekomendasi dari sang residen Direktur. Karena tidak sembarang orang bisa dengan mudahnya bekerja di perusahaan sebesar ini.

Walaupun penasaran tentang kebenaran berita itu, tetapi akhirnya Leanna memilih tak menghiraukan hal tersebut dan fokus bekerja dengan giat. Meskipun beberapa kali staff lainnya ada yang sengaja mempersulit pekerjaannya dengan berbagai macam keluhan. Bahkan ada beberapa yang dengan sengaja membuat Leanna harus lari ke sana kemari hanya untuk membeli kopi bagi para seniornya.

"Jangan dipikirkan, ya! Mereka memang suka seenaknya saja," kata salah satu staff wardrobe bernama Nindy. "Tak perlu kamu pedulikan mereka." Wanita manis itu hanya tersenyum ramah mengingatkan Leanna.

"Iya, terima kasih."

"Ini ... kamu harus mengantarkan pakaian Arvian dan Dokter Reynald, kan? Acara mereka sebentar lagi akan dimulai," kata Nindy mengingatkan.

"Ah, iya. Baiklah, aku antarkan ini dulu, ya!"

Ketika menyusuri lorong ruang make up artis, seorang pegawai wardrobe lainnya seolah tidak sengaja menabrak Leanna yang membawa beberapa pakaian untuk seorang penyanyi bernama Arvian. Alhasil pakaian yang dibawa Leanna jatuh berantakan. Sambil menghela napas pelan Leanna merapikan pakaian yang terjatuh. Untung saja pakaian tersebut terbungkus rapi, kalau tidak Leanna bisa kena masalah serius.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya seorang pria tampan dengan wajah cerah bersinar yang sempat membuat Leanna tidak berkedip untuk sesaat.

"Aa ... aku tak apa-apa. Terima kasih!"

"Kamu baru ya di sini? Siapa namamu?" tanya pria itu lagi.

"Iya. Baru mulai bekerja hari ini. Saya Leanna. Leanna Mariskha."

"Leanna? Aku Arvian. Sini biar kubantu! Kelihatannya kamu cukup kesulitan membawa semua itu."

"Tidak perlu. Mana mungkin aku membiarkanmu membawa pakaianmu sendiri," tolak Leanna sambil tersenyum.

"Jadi ini kostum yang akan kupakai?"

"Iya. Aku akan membawanya ke ruanganmu."

"Sudah sini, biar kubantu!" kata Arvian sambil mengambil sebagian pakaian dari tangan Leanna.

"Tapi ...." Leanna dibuat tak berkutik karena Arvian tetap berikeras membantunya. "Terima kasih ya!" ucap Leanna pada akhirnya dengan seulas senyuman menghiasi bibirnya.

"Senyummu itu ... sangat manis," kata Arvian spontan.

"Apa?"

"Aku jadi ingin mengajakmu berkencan. Kapan-kapan jalan denganku ya!" kata Arvian tanpa basa basi sambil berjalan memasuki ruangannya.

"Jangan bercanda! Sudah ya, pakaianmu kuletakkan di sana!" Leanna hanya tersenyum kikuk setelah meletakkan semua pakaian Arvian kemudian segera pergi dari tempat itu.

"Sampai jumpa lagi, Leanna!" seru Arvian sambil melambaikan tangannya.

Leanna hanya membalasnya dengan senyum canggung lalu kembali melanjutkan pekerjaannya. Kali ini Leanna harus mengantarkan pakaian untuk seorang dokter yang menjadi presenter di program 'Sehat Bersama Dokter Kita'. Sebuah acara yang mengulas lengkap tentang kesehatan. Dengan bergegas Leanna menuju ruangan sang dokter. Karena pintu ruangan tersebut sedikit terbuka, maka Leanna langsung masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Tanpa sengaja Leanna melihat seorang aktris cantik sedang memeluk sang dokter. Karena merasa tidak seharusnya melihat apa yang sedang terjadi di depan matanya membuat Leanna diam terpaku bagaikan patung di depan pintu.

"Apa yang kamu lakukan?! Lancang sekali kamu!" teriak si aktris ketika telah selesai dengan kegiatannya dan menyadari kehadiran Leanna di ruangan tersebut.

"Maaf ... aa ... aku ... hanya mengantarkan pakaian untuk Dokter Reynald," jawab Leanna terbata-bata.

"Safira, tolong keluar sekarang!"

"Tapi ... aku serius dengan ucapanku barusan."

"Acaraku sudah mau mulai. Jadi tolong keluar sekarang!"

"Aku akan ke rumah sakit besok," kata Safira masih tidak menyerah, sedangkan Leanna hanya membisu di tempatnya mencoba mencerna apa yang sedang terjadi dihadapannya dan arah pembicaraan keduanya.

"Terserah," kata Dokter Reynald yang terlihat sangat tidak peduli apa yang selanjutnya akan dilakukan wanita cantik dengan riasan tebal di hadapannya itu. Merasa tak dihiraukan, wanita itu akhirnya memilih pergi dengan raut kesal memenuhi wajahnya.

"Gara-gara kamu, semuanya kacau!" kata Safira ketus sambil menabrak bahu Leanna ketika hendak keluar ruangan dan menatap Leanna sinis.

"Maaf Dokter. Aku tak bermaksud mengganggu kalian, tapi sepertinya dia marah sekali. Aku benar-benar minta maaf," ucap Leanna tak enak hati.

"Tak apa. Mana pakaian saya?"

"Ini." Leanna pun menyerahkan setelan jas modis pada sang dokter. "Aku benar-benar minta maaf. Permisi." Leanna secepat mungkin pergi dari tempat itu dan kembali keruang wardrobe.

"Kenapa wajahmu seperti itu? Apa pekerjaan ini sesulit itu?" tanya Nindy yang sedang melipat beberapa pakaian penari latar.

"Yaah ... lumayan." Leanna menghela napas pelan. "Oh ya Nindy, apa kamu tahu ada hubungan apa antara Safira dengan dokter Reynald?" tanya Leanna penasaran.

"Kenapa? Kamu suka pada dokter tampan itu, ya?"

"Tidaaaaak. Aku hanya ingin tahu saja. Karena aku melihat mereka bersama ketika mengantarkan pakaian tadi."

"Hmm ... gosipnya sih, si Safira itu mengejar cintanya dokter Reynald. Sepertinya dokter itu hanya jadi pelariannya saja. Setahuku sih begitu. Lagipula tak ada yang mau percaya kalau mereka ada hubungan, kamu lihat sendiri kan, dokter itu sikapnya dingin sekali."

Leanna refleks mengangguk, "Oh, jadi begitu."

"Sudahlah, tak usah pikirkan mereka. Di dunia ini memang sering banyak gosip yang tak bisa dipercaya. Lebih baik kita lanjutkan bekerja."

"Baiklah."

Sudah lewat tengah malam ketika Leanna selesai merapikan beberapa pakaian yang akan digunakan untuk acara besok pagi dan yang untuk di cuci di binatu. Nindy sudah pulang lebih awal darinya. Setelah semuanya selesai, dia bergegas menuju lift. Pintu lift terbuka dan di dalamnya telah ada si dokter tampan itu. Di dalam lift Leanna berdiri di belakang dokter Reynald, tepat di pojok dinding lift. Diam mematung salah tingkah sampai tiba-tiba perutnya terasa sakit. Sepertinya penyakit maag-nya kambuh. Leanna menekan perutnya untuk mengurangi rasa sakitnya. Namun rasa sakitnya terasa semakin parah dan membuatnya berdiri nyaris membungkuk demi menahan rasa nyeri di perutnya.

"Ada apa?" tanya dokter Reynald heran dengan posisi berdiri Leanna.

"Ah, tidak apa-apa," jawab Leanna tersenyum nyaris meringis kemudian berjongkok untuk membuka tasnya dan mencari obat yang biasa dia gunakan. "Aduh, habis lagi!" gerutu Leanna nyaris berbisik saat melihat isi botol obatnya kosong.

"Kamu sakit?" tanya dokter Reynald lagi saat melihat Leanna berjongkok di sudut lift dengan wajah pucat.

"Hanya sakit perut kok, Dok. Tak apa, nanti juga sembuh."

"Kamu yakin?" Leanna hanya menjawab dengan senyuman tipis. "Kamu bisa berdiri? Kita ke ruang kesehatan sekarang!" kata dokter Reynald lagi sambil menekan tombol pintu lift supaya terbuka.

"Tak perlu. Aku tidak apa-apa kok," jawab Leanna sambil berusaha berdiri.

"Kamu mau jalan sendiri ke ruang kesehatan atau harus saya gendong sampai ke sana?" Seketika kedua mata Leanna membulat saat Dokter tampan itu selesai mengucapkan kalimatnya.

"Apa?! Aa ... aku bisa jalan sendiri." Dengan setengah hati Leanna pun mengikuti Dokter Reynald menuju ruang kesehatan.

Di ruang kesehatan yang tidak seberapa besar itu Leanna berbaring di ranjang periksa sambil masih memegangi perutnya. Sedangkan dokter Reynald mengeluarkan stetoskop dari dalam tasnya kemudian mulai memeriksa Leanna. Dengan canggung Leanna menggeser tangan yang memegangi perutnya. Debaran jantung Leanna mulai berlari maraton saat dokter berwajah dingin tetapi memikat itu memeriksanya.

"Asam lambungmu tinggi. Kapan terakhir kau makan?"

"Aku ... tidak ingat kapan terakhir kali aku makan. Mungkin tadi pagi," jawab Leanna sambil tersenyum tipis saat Dokter itu menatapnya tajam.

"Apa kamu tidak sayang tubuhmu?" sindir sang Dokter sambil melirik tubuh mungilnya yang terbilang kurus seperti orang kurang gizi. "Apa kalian para wanita senang menyiksa tubuh kalian hingga tak makan apa pun?"

"Maksud Dokter? Diet gitu? Aku tidak pernah ikut diet kok, Dokter. Cuma memang kalau sibuk jadi lupa makan," sahut Leanna takut-takut.

"Ini obatmu!" kata Dokter Reynald galak sambil menyerahkan sebungkus obat yang dia ambil dari lemari obat di belakangnya. "Lebih baik jaga kesehatan dengan makan makanan seimbang dari pada menahan lapar supaya punya tubuh kurus seperti papan itu," sindir dokter Reynald sambil melirik tubuh Leanna yang memang sejak tiga bulan terakhir hanya di beri makan mie instan karena keuangannya yang sekarat. "Lekas minum obatnya dan langsung makan begitu kamu keluar dari kantor ini!" perintah dokter Reynald yang terdengar tak ingin dibantah dan harus dilaksanakan.

"Ba ... baik Dokter!"

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status