Share

4. Penjelasan

“Aku tak habis pikir, ternyata kau masih punya muka untuk datang kerumah ini tuan muda Xaviero,” ejek Lucas menatap remeh pada Allarick yang berdiri di depannya.

“Aku ingin bertemu Elle kak. Dia hanya salah paham, dan aku akan menjelaskan yang sebenarnya.”

“Siapa yang datang kak? Kenapa tidak di ajak masuk?”

Lucas dan Allarick sama-sama menoleh ke arah belakang di mana suara Karina itu berasal. Keduanya saat ini memang sedang berdiri di depan pintu. Tadi Allarick datang bertepatan dengan Lucas yang keluar hendak bermain catur dengan security di pos.

“Kenapa kemari?” tanya Karina dengan ketus.

“Al ingin bertemu Elleza, ma. Semua tidak seperti yang dia pikirkan, begitupun dengan kalian.”

Karina menatap putra sulungnya seakan meminta pendapat. Walaupun sebenarnya ia ingin mengusir Allarick pergi dari sini, namun di saat bersamaan ia juga ingin tau apa sebenarnya permasalahan yang membuat Elleza senekat itu memutuskan pertunangan sepihak.

Lucas mengangguk pada mamanya, lalu pergi ke taman belakang dimana sang adik sedang berada di sana dengan papanya.

“Elle.”

Adam dan Elle yang sedang melukis bersama menoleh pada Lucas, Elle sudah akan bertanya pada kakaknya namun ia seketika terdiam saat Allarick muncul dari balik punggung Lucas.

“Kenap-“

“Bicarakan masalah kalian baik-baik. Papa lanjutkan melukisnya nanti saja,” potong Lucas dengan cepat.

Adam mengangguk lalu meletakkan peralatan lukisnya. Sebelum meninggalkan taman, ia mengecup kening Elleza dan mengusap pundak putrinya pelan.

“Jangan macam-macam pada putriku,” peringatnya saat melewati Allarick.

***

Setelah keluarganya pergi, Elleza kembali duduk dan melanjutkan acara melukisnya tanpa menghiraukan Allarick yang berjalan mendekat padanya. Pria itu duduk si samping, di kursi yang sebelumnya di tempati Adam dengan menghadap pada Elleza.

“Bisa kita bicara Elle?”

Suara lirih Allarick itu membuat Elleza bergetar, namun ia berusaha mengendalikan dirinya. Mencelupkan kuas pada cat air, Elleza kembali menggores kanvas yang sudah mulai memperlihatkan pemandangan yang indah.

“Silahkan. Jika sudah selesai, segera pergi,” ucapnya tanpa menoleh. Allarick mengangguk pasrah, setidaknya Elleza masih mau mendengarnya.

“Kau salah paham Elle, yang kau lihat malam itu tak seperti yang kau pikirkan.”

Elleza masih diam dan melanjutkan kegiatannya, namun Allarick yakin kalau gadis itu mendengarkan apa yang ia katakan.

“Saat itu dia memanggilku, aku mengira itu kau karena saat itu aku sudah menunggu kedatanganmu. Namun saat aku berdiri dan berbalik, dia langsung memelukku. Aku berusaha melepas pelukannya, tapi setelah terlepas dia malah menciumku. Aku berusaha melepaskan ciumannya Elle. Mungkin karena posisiku yang membelakangimu, kau tak melihat semuanya secara jelas.”

Tak

Kuas yang semula di genggam erat oleh Elleza untuk menyalurkan emosinya, kini ia letakkan dengan kasar di meja. Ia menoleh, menatap dalam pada manik hazel Allarick.

“Jadi, kau berusaha melepasnya saat itu?” tanyanya, Allarick mengangguk cepat.

Elleza tertawa, “Ya, kau memang melepas ciuman dan pelukan itu setelah puas. Begitu kan maksudmu?” sindirnya.

“Tidak Elle. Aku benar-benar berusaha melepaskan pelukan dan ciuman Laura!”

Melihat Allarick yang tersulut emosi hingga bangkit dari duduknya, Elleza pun ikut berdiri. Ia bersidekap dada, lalu mendongak menatap Allarick yang jauh lebih tinggi darinya tanpa takut.

“Apa sekarang kau jadi selemah itu Al? Apa tenaga seorang mantan atlet taekwondo yang pernah memenangkan beberapa medali emas saat masih sekolah hingga kuliah, tak mampu melepas pelukan seorang perempuan? Bukannya tak bisa, tapi kau menikmatinya Al. Kau terlena dengan ciuman dan pelukan itu hingga kau tak punya tenaga untuk sekedar melepasnya!!” sentak Elleza.

“Bahkan dulu aku mampu menarik dan menyeretnya saat dia memeluk dan menciummu di depan mataku!!” Elleza mendecih sinis.

“TIDAK!!”

“Aku bersumpah, aku tak menikmatinya Elle. Tolong jangan seperti ini.” Allarick memelankan nada bicaranya.

“Aku berusaha melepas tanpa mengasarinya, bagaimanapun dia perempuan Elle. Tapi pada akhirnya aku tetap kasar karena aku mendorongnya.”

Apa yang di katakan Allarick itu membuat Elleza gamang. Mengenal Allarick beberapa tahun membuatnya tau bagaimana sifat laki-laki itu. Allarick adalah orang yang tidak pernah bermain fisik pada perempuan. Dulu walaupun pria itu selalu ketus dan berbicara kasar padanya, tapi pria itu tak pernah sekalipun kasar secara fisik.

Namun tetap saja, untuk melepas pelukan Laura yang manja dan lemah gemulai itu, seorang Allarick yang memiliki postur tubuh tinggi besar tak perlu mengeluarkan tenaga bukan?.

“Lalu, apa ada bukti yang mendukung pembelaanmu itu Allarick?”

Pertanyaan Elleza itu membuat Allarick menegang. Seketika kekesalannya kembali memuncak saat mengingat bahwa cctv yang ada di restoran itu sedang rusak ketika salah paham itu terjadi. Ia merasa seolah semesta mendukung putusnya pertunangan mereka.

“Tak bisa menjawab, huh? It’s okay, itu tidak penting. Kau bisa pergi sekarang.”

Allarick menggeleng, “Aku sudah berusaha mendapatkan cctv restoran saat kejadian itu Elle. Namun mereka mengatakan kalau saat itu cctv sedang rusak, dan baru di perbaiki saat restoran sudah tutup hari itu,” jelasnya.

Elleza mengangguk, “Ah, begitu? Baiklah, silahkan pergi.”

“Kau tak benar-benar memutuskan pertunangan kita kan Elle? Aku benar-benar minta maaf sudah membuatmu kecewa untuk kesekian kalinya.”

Allarick mengeluarkan cincin pertunangan mereka yang di tinggalkan oleh Elleza semalam dari sakunya, lalu berniat memakaikan kembali pada jari manis Elleza. Baru akan meraih tangan Elleza, gadis itu terlebih dulu menolak.

“Sama seperti kau yang tak bisa menemukan bukti untuk meluruskan ‘salah paham’ yang kau maksud itu, aku juga tak menemukan alasan untuk ‘mempertahankan’ pertunangan ini Allarick.” Setelah mengatakan itu, Elleza pergi meninggalkan Allarick yang mematung.

Elleza kembali memasuki rumah, melewati orang tua dan kakaknya yang ternyata mengintip permbicaraan mereka di balik kaca besar yang menjadi sekat antara taman dengan ruangan, tanpa menoleh sedikitpun.

Sedangkan Allarick melemas, ia jatuh terduduk di kursi dengan menggenggam erat cincin yang begitu indah itu sambil menepuk pelan dadanya yang terasa sesak. Kehilangan Elleza ternyata berdampak seburuk ini pada hati dan perasaannya.

“Sepertinya Allarick benar-benar sudah mencintai, Elle.” Karina bergumam dengan menatap sendu Allarick.

“Allarick dan karmanya. Cukup menarik,” ucap Lucas tersenyum smirk.

***

Disisi lain, seorang wanita tersenyum culas. Di tangannya terdapat segelas red wine, yang kemudian ia teguk dengan penuh kenikmatan.

“Kau kelihatan bahagia sekali Laura, bahkan meminum wine di siang bolong.”

Laura terkekeh, “Ah, apa terlalu jelas?” tanyanya yang dibalas gelengan heran si lawan bicaranya.

Sungguh, mengingat tatapan hancur dan terluka si gadis perebut bernama Elleza itu membuatnya sangat puas. Siapa sangka, ia yang semalam pergi ke restoran itu untuk menemui ‘pelanggan’ nya, malah lebih dulu bertemu dengan Allarick, mantan ladang uangnya yang bodoh.

Ketika melihat Allarick, ia berniat untuk menggoda pria itu agar kembali terpesona padanya. Namun saat pelukannya di lepas secara paksa, ia melihat kedatangan Elleza di balik punggung Allarick. Tak ingin menyiakan kesempatan untuk menghancurkan hubungan mereka, ia dengan cepat mencium bibir Allarick yang manis. Dan voila, gadis itu pergi dengan kesalahpahaman.

“Sepertinya kali ini aku akan bermain peran . Apa kau bisa mengajariku bagaimana menunjukkan raut penyesalan, Ghea?” Ia kembali bertanya pada Ghea, teman yang saat ini bersamanya.

“Apa yang akan kau lakukan?”

Laura meletakkan gelasnya di meja, “Tentu saja merebut Allarick kembali. Dia terlalu kaya dan tampan untuk di sia-siakan begitu saja.” Wajah tampan Allarick terlintas dalam bayangannya.

“Dia sudah tau kelakuan ‘nakal’ dan niat burukmu padanya kalau kau lupa.”

Ejekan temannya itu membuat Laura semakin tertawa, “Kau benar. Maka dari itu aku bertanya padamu bagaimana cara menunjukkan raut penyesalan, Ghea. Mulai sekarang aku akaan lebih berhati-hati saat ‘bermain’agar dia tak mengetahuinya. Walau dia pintar, tampan, dan kaya raya, namun dalam urusan percintaan dia sangat bodoh,” ucapnya dengan tawa semakin menggelegar.

***

“Saya yakin kalian sudah mendengar akar permasalahan kami. Sama seperti Elleza, saya yakin kalian juga tidak mempercayai ucapan saya karena tidak adanya bukti. Namun saya berani menjamin kalau yang terjadi saat itu benar-benar hanya salah paham.” Allarick menatap Karina dan Adam yang duduk di depannya. Lucas tidak ada, karena dia memilih menyusul adiknya untuk menenangkan.

“Saya tidak bohong saat saya mengatakan akan belajar mencintai Elle. Dan ya, saya sudah mencintainya. Saya menerima keputusannya untuk mengakhiri ikatan ini, namun untuk menjauhinya tidak akan saya lakukan. Setelah ini saya akan sering berada di sekitar Elle dan kalian, bukan sebagai tunangannya melainkan sebagai laki-laki yang berupaya mendekatinya dan menjadikannya sebegai milik saya,” ucapnya dengan tegas tanpa ragu.

Kedua orang tua Elleza itu menatap takjub pada Allarick. Selama mengenal laki-laki itu, baru kali ini mereka mendengar kalimat sepanjang itu keluar dari bibirnya.

“Tolong jangan sakiti putriku lagi Al. Selama ini dia sudah terlalu banyak menelan rasa sakitnya sendirian dalam memperjuangkan cintanya padamu,” pinta Karina sendu.

Bagaimanapun ia tak bisa melarang seorang laki-laki yang ingin mendekati putrinya tanpa niat jahat. Selama ini banyak sekali laki-laki yang berusaha mendekti putrinya itu, dan ia tak pernah menghalangi. Elleza sendirilah yang memilih Allarick sebagai orang yang dia cintai.

“Jangan terlalu banyak bicara, buktikan dengan tindakan!!” tegas Adam.

Allarick mengangguk, “Ah ya, satu lagi. Tidak ada yang bisa menghalangi saya, termasuk kak Lucas atau papa.” Ia menatap Adam dengan sorot tajam, khas seorang keturunan Xaviero yang arogan dan keras.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status