Share

3. Sama-Sama Terluka

Lucas yang baru saja pulang dari lembur mengernyit bingung saat memasuki rumah. Ia melihat jam tangannya, masih terlalu dini untuk tidur tapi semua keluarganya tidak kelihatan. Baru akan melanjutkan langkah menuju kamar untuk membersihkan diri, ia mendengar suara pintu utama yang terbuka.

Alisnya terangkat satu saat melihat orang tua dan adiknya memasuki rumah dengan wajah murung. Bahkan adiknya itu langsung pamit pergi ke kamar tanpa menyapanya sama sekali.

“Kalian dari mana?” Lucas bertanya setelah duduk di depan orang tuanya.

“Dari rumah om Kendrick, kak.”

“Ngapain pa?”

Adam menghela nafas, “Adikmu memutuskan pertunangan dengan Allarick,” ucapnya sendu.

Lucas tak bisa menutupi keterkejutannya, ia spontan melirik ke arah lantai atas di mana kamar adiknya berada. Mengapa tiba-tiba seperti ini? Bahkan ia masih ingat betul kalau dua hari yang lalu hubungan mereka berdua masih baik, Elleza juga meyakinkan kalau Allarick sekarang berubah dan berusaha mencintai adiknya itu.

“Alasannya apa pa?”

“Papa dan mama juga tidak tau kak, tadi sore saat pulang kantor Elle mengatakan kalau dia sudah menyerah akan hubungannya dengan Allarick, dan mengajak pergi kerumah mereka untuk memutuskan pertunangan. Sebagai orang tua, mama dan papa hanya bisa mendukung keputusannya. Apalagi kita semua tau bagaimana sikap Allarick pada adikmu selama ini.”

Penjelasan papanya itu membuat Lucas semakin bingung. Rasanya mustahil bagi seorang Elleza Ainsley yang mencintai Allarick Xaviero begitu dalam, melepaskannya begitu saja. Tanpa sadar tangan Lucas mengepal, dua hari yang lalu pria brengsek itu mengatakan kalau Elle adalah satu satunya. Lantas mengapa sekarang Elle tiba-tiba memutus pertunangan mereka? Ia yakin ini semua pasti karena ulah Allarick.

Ah, Lucas ingat dua hari yang lalu setelah meeting Elle langsung pergi untuk dinner dengan Allarick. Namun saat ia baru saja sampai di rumah, tak lama kemudian Elle juga pulang. Saat ia bertanya, adiknya itu mengatakan mereka tak jadi dinner tanpa mengatakan alasannya.

“Padahal dua hari yang lalu, untuk ke sekian kalinya Elle meyakinkan Lucas kalau hubungan mereka sudah membaik dan Allarick belajar mencintainya pa. Bahkan Allarick sendiri mengatakan kalau sekarang hanya Elle satu satunya.”

“Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri, kak. Kita hanya bisa mendukung Elleza, dan menguatkannya. Kalau ucapan Allarick itu memang sungguh-sungguh, pasti dia akan memperjuangkan Elle. Kita lihat saja, apa dia akan memperjuangkan Elle, atau justru kembali pada kekasihnya,” sahut Karina.

***

Langkah pertama yang dilakukan Allarick adalah mendatangi restoran tempat mereka akan dinner malam itu untuk memeriksa cctv. Setidaknya sebelum mendatangi Elleza dan menjelaskan kejadian sebenarnya, ia harus lebih dulu memilki bukti.

Allarick mendesah lega, saat sampai di sana restoran itu belum tutup. Dengan cepat ia masuk dan mencari manajer restoran untuk meminta izin melihat rekaman cctv.

“Mohon maaf sekali pak, dua hari yang lalu cctv kami mengalami kerusakan sejak pagi. Kami baru bisa memperbaikinya malam hari saat restoran ini sudah tutup agar tidak menganggu kenyamanan pelanggan. Jadi, saat bapak ada di sini di jam itu, tidak terekam oleh cctv.”

Ucapan manajer itu membuat Allarick semakin bertambah pusing. Sialan!! Jika seperti ini tak akan mudah baginya untuk membuat Elleza percaya dengan penjelasannya. Setelah mengucapkan terima kasih, Allarick segera keluar dari restoran itu.

Saat sudah memasuki mobil, Allarick menyenderkan kepalanya di kursi kemudi. Ia memijat pangkal hidungnya, dan memejamkan mata untuk menenangkan pikirannya sejenak.

“Jika memang kau melihat Laura menciumku, kenapa kau malah pergi Elle? Bukankah dulu kau dengan bar-bar selalu berani menjambak Laura saat kau melihatnya dekat denganku? Lalu kenapa saat itu kau tak melakukannya?”

“Bahkan hanya dengan membayangkan melewati hari-hariku tanpamu, sudah terasa sangat berat Elle,” gumam Allarick gusar.

Saat sudah merasa cukup tenang, Allarick melajukan mobilnya menuju rumah. Sebenarnya saat ini ia ingin langsung menemui Elleza dan meluruskan kesalahpahaman mereka, namun ia urung karena ia yakin Elleza butuh waktu sendiri.

Sementara itu, Elleza termenung menatap figura yang berisi fotonya dengan Allarick yang di ambil saat ia wisuda beberapa bulan yang lalu. Itu adalah foto ‘berdua’ mereka yang pertama. Di foto itu, untuk pertama kalinya Allarick mau berfoto berdua dengannya tanpa keluarga mereka. Di foto itu, untuk pertama kalinya Allarick tersenyum saat berfoto bersamanya . Karena semenjak bertunangan, pria itu tak pernah sekalipun menunjukkan senyumnya saat berfoto bersama Elleza dan keluarga mereka.

“Dulu aku memang marah dan tidak suka ketika melihat kamu bersama dengan Laura, aku juga cemburu. Namun aku tidak begitu sakit hati karena aku tau kalau aku adalah orang ketiga di hubungan kalian, dan aku tau kalau kamu tidak menyukaiku. Bahkan sikapmu padaku sangat kasar dan ketus.” Elleza terkekeh, namun setetes air jatuh dari matanya.

“Tapi sekarang, setelah hanya ada kita berdua. Sikapmu yang berubah menjadi lembut, dan kau yang berusaha untuk mencintaiku. Aku merasakan sakit yang luar biasa saat melihatmu berciuman dengan Laura tepat di depanku. Aku merasa seperti, terkhianati? Aku merasa kau mempermainkanku.”

“Harusnya aku memutuskan pertunangan ini sejak awal, saat kau masih kasar dan tak ada perasaan apapun padaku. Dengan begitu mungkin aku bisa lebih cepat melupakanmu, karena kau jahat padaku. Tapi sekarang, rasanya akan sulit. Karena aku juga akan mengingat perlakuanmu yang lembut, perhatian, dan tatapanmu yang tulus itu,” keluh Elleza, bahunya merosot lesu.

Malam ini, Elleza dan Allarick sama-sama merutuki kebodohan masing-masing. Dan mereka, sama-sama terluka.

***

Hari ini weekend, dan Allarick masih betah berada di atas kasurnya meski waktu sudah menunjuk pukul 11 siang. Ia terus menerus berusaha menelfon Elleza, namun panggilannya selalu di tolak.

Damn!!” umpat Allarick sesaat setelah gadis itu memblokir nomornya.

Mengacak rambutnya frustasi, Allarick bangkit dari tempat tidurnya dan pergi ke kamar mandi. Ia tak bisa membiarkan masalah ini berlarut-larut hingga hubungannya dengan Elleza semakin hancur.

Allarick menuruni anak tangga dengan cepat, saat sudah sampai di lantai bawah ia berpapasan dengan sang ayah yang baru akan duduk di ruang tamu.

“Mau kemana son?”

“Menemui Elleza pi.” Allarick hendak melanjutkan langkah, namun suara maminya lebih dulu terdengar.

“Makan dulu Al, kamu tadi melewatkan sarapan.”

Tau anaknya akan membantah, Wina lebih dulu menarik lengan Allarick lalu mengajaknya ke ruang makan. Dengan telaten ia mengambilkan nasi serta lauk pauk, meski putranya itu mengatakan ingin makan roti.

“Ini sudah siang, roti tak akan membuatmu kenyang. Cepat makan, jangan membantah!” Wina berkata tegas.

Allarick memakan makanannya dalam diam dan lesu, sedangkan Wina menatap putranya dengan sendu. Sang putra yang arogan, keras, dan seolah tak tergoyahkan oleh apapun itu, kini tertunduk lesu karena di tinggalkan seorang gadis yang mulai dia cintai.

Wina mengelus pelan punggung tangan kiri Allarick, “Jangan lemah. Elleza mungkin sudah menyerah, tapi kamu baru memulai. Jika dia sudah berhenti mengejarmu, maka kamu yang harus berbalik dan berlari padanya,” ucapnya memberi semangat.

Ya, sekarang giliran Allarick yang berjuang. Mungkin kali ini keadaan akan berbalik, Allarick mungkin akan mengalami apa yang di alami oleh Elleza dulu. Namun tak apa, asalkan pada akhirnya gadis itu menjadi miliknya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status