Share

BAB 6: Sebuah Cerita

Prince terbaring meringkuk di atas ranjangnya, anak itu termenung melihat berbagai macam mainan terpajang rapi. Rententan mainan yang memenuhi lemari itu adalah hadiah-hadiah yang sering Leonardo berikan setiap kali dia pulang bertugas dari luar negeri, sayangnya Prince jarang membukanya apalagi memainkannya karena dia tidak tertarik dan tidak mengerti.

Leonardo memberikan banyak mainan karena dia berpikir hal itu dapat menebus sedikit rasa bersalahnya karena sudah sering meninggalkan Prince sendiri dan membuat anaknya kesepian.

Setiap kali Leonardo pergi dinas jauh, Prince akan pergi ke rumah kakek neneknya untuk menginap, dan jika kakek neneknya berada di luar negeri juga, maka Prince akan tinggal sendirian di rumah di temani Adam, pengawal pribadinya.

Sementara ibunya Prince?

Prince tidak mengetahui keberadaan ibunya, jarang sekali Prince bertemu dengannya. Ibu Prince hanya datang satu tahun sekali ketika Prince sedang ulang tahun saja. Sekalinya bertemu, mereka jarang berbicara dan bersikap seperti orang asing satu sama lainnya.

Prince sudah terbiasa sendiri di antara keluarganya yang sangat sibuk.

***

“Apa yang di lakukan Prince hari ini?” tanya Leonardo pada Adam.

“Maksud Anda?” Tanya balik Adam yang tidak paham.

“Ceritakan, apa saja yang sudah Prince lakukan sepanjang hari ini.”

“Pagi ini saya mengantarnya seperti biasa sampai sekolah dan menunggu di depan kelas hingga jam pelajaran kedua. Saya pulang seperti biasa setelah memastikan tidak ada yang mengganggunya. Sopir bus atas nama Jannah membawa Prince pulang, Jannah melaporkan bahwa Prince berhenti di taman tempat biasa, Prince bermain di kawasan toko nyonya Berta, saya menjemputnya di jam satu kurang dan saat itu Prince duduk di bangku sendirian,” jawab Adam dengan detail.

Leonardo cukup protektif kepada anaknya semenjak mengetahui bahwa Prince mengidap disleksia yang membuat dirinya sedikit lambat dalam belajar dan kesulitan berkomunikasi.

 “Apa dia tidak bertemu seseorang?” tanya Leonardo dengan pelan.

Adam menggeleng, “Tidak ada. Apa ada kesalahan?.”

“Tidak ada,” jawab Leonardo ragu. Leonardo menemukan setitik perubahan pada puteranya, perubahan itu sangat baik dan itu berarti untuk dirinya.

Tidak ada yang bisa dengan mudah mengubah pikiran Prince, jika ada seseorang yang bisa mengubah Prince dengan waktu yang cepat, itu artinya orang itu sudah berhasil membuat Prince terkesan.

***

Leonardo berdiri di depan pintu kamar Prince dan mengetuknya beberapa kali, “Prince, kamu sudah tidur?” panggil Leonardo dengan canggung.

“Tidak,” sahut Prince di dalam kamar.

“Apa ayah boleh masuk?”

“Masuk saja.”

Leonardo segera membuka pintu setelah mendapatkan izin masuk dari puteranya, pria itu sedikit tersenyum melihat Prince yang kini tengah menutup buku bacaannya dan meletakannya lagi di sisi tempat tidur.

Leonardo melangkah ragu untuk mendekat dan duduk sisi ranjang, “Kamu belajar membaca lagi?” tanya Leonardo degan lembut.

“Iya, nenek akan marah jika aku belum bisa membaca,” jawab Prince menggantung.

Leonardo menatap lekat puteranya, sepercik rasa sedih dapat dia rasakan. Suara Prince yang terdengar berat menyiratkan seberapa lelahnya dia belajar selama ini.

“Tidak apa-apa Prince, tidak perlu takut, jika belum bisa, kamu masih bisa belajar lagi. Nanti ayah akan berbicara dengan nenek.”

Bibir Prince menekan kuat, meski Leonardo menghiburnya untuk tidak takut dan akan berbicara kepada Berta. Nyatanya, Berta akan tetap mengomeli Prince setiap kali apa yang Berta harapkan tidak bisa di lakukan oleh Prince.

Melihat keterdiaman Prince, Leonardo segera menjangkau kepala puteranya dan mengusapnya.  “Bagaimana dengan sekolah kamu?” Leonardo mengalihkan topic pembicaraannya agar Prince tidak sedih.

“Baik, Ayah.”

Leonardo kembali tersenyum, “Besok pagi kita memancing ya, kamu mau?”

Ekspresi murung di wajah Prince menghilang dengan cepat, Prince mengangguk dengan senang. Memancing adalah salah satu kegiatan yang membuat mereka menjadi menjadi sering berbincang dan mengenal satu sama lainnya.

“Kamu sudah sikat gigi?”

“Sudah, Ayah.”

“Prince, sebelum kamu tidur, apakah kamu mau menceritakan apa saja yang kamu lakukan hari ini?” Sekali lagi Leonardo mengalihkan topic pembicaraan mereka.

Prince berbalik memiringkan tubuhnya dan meringkuk memeluk guling kecilnya, pipinya yang mungil dan sedikit kemerahan terlihat tertekan oleh bantal. Pandangan Prince dan Leonardo saling bertemu.

Prince terdiam cukup lama, anak itu menatap penuh tanya ayahnya karena tidak seperti biasanya Leonardo ingin mendengarkannya bercerita.

“Boleh kan Prince?” tanya Leonardo sekali lagi.

“Boleh saja,” jawabnya setengah berpikir, Prince berpikir harus dari mana dia memulai bercerita.

“Coba, ayah ingin dengar.”

“Tadi pagi aku sarapan pagi bersama kakek dan nenek, Adam mengantarku ke sekolah. Hari ini, di sekolah, aku belajar menanam pohon dan belajar menghitung dengan menempelkan sticker yang berkilauan. Aku pulang naik bus dan berhenti di depan toko nenek.” Prince terdiam dan merenung kembali mengingat-ngingat.

“Aku bertemu seseorang dan kami bertukar makanan kami, masakannya sangat enak. Namun dia tidak menghabiskan makananku karena dia suka makanan berwarna merah muda,” cerita Prince dengan pelan dan menguap terlihat mengantuk dengan ceritanya sendiri.

 “Lalu?” tanya Leonardo.

“Besok, aku mau membawa macaron merah muda dan datang lagi ke taman agar kami bisa bertukar makanan lagi dengan Sea,” jawab Prince seraya memejamkan matanya, pertemuannya dengan Rosea cukup berkesan untuknya. Prince tidak sabar ingin bertemu lagi besok.

“Sea?”

“Ya, Ayah. Namanya Rosea, panggilannya Sea.”

“Kamu terlihat suka dia.”

Prince mengangguk kecil semakin erat memeluk gulingnya.

“Kenapa?” Tanya Leonardo lagi sambil menepuk-nepuk punggung puteranya agar segera terlelap tidur.

Prince kembali membuka matanya dan merenung mengingat apa yang telah terjadi. “Kami sama-sama tidak suka saus tomat,” ucapnya menggantung.

Leonardo membuang napasnya dengan lega, alih-alih khawatir, justru kini Leonardo senang karena Prince memiliki interaksi yang cukup bagus dengan orang asing. Sulit membuat Prince memiliki ikatan bagus dengan orang asing karena selama ini anak itu suka menyendiri dan gampang tidak nyaman dengan orang yang baru di kenalnya.

“Sekarang kamu tidurlah,” bisik Leonardo mengusap bahu Prince.

Anak itu menatap Leonardo dengan penuh harap. “Ayah, apakah besok kami bisa bertemu dan bertukar makanan lagi?”

“Jika kamu membuat kesan yang baik kepada seseorang, mungkin dia juga ingin bertemu dengamu lagi.”

“Benarkah?” Prince kembali memejamkan matanya dan tersenyum lebar. “Aku akan lebih banyak mengucapkan terima kasih kalau begitu.”

Tubuh Leonardo menegang kaget mendengarnya. “Kenapa harus mengucapkan terima kasih?”

“Sea bilang, kita harus mengucapkan terima kasih kepada siapapun yang sudah berbuat baik kepada kita. Itu adab menghargai kebaikan yang di berikan orang lain kepada kita,” jelas Prince tidak begitu jelas karena terlalu mengantuk.

Leonardo tercekat kaget, untuk pertama kalinya puteranya berbicara seperti itu hingga ucapan seseorang bisa berpengaruh pada sikapnya untuk berbudi baik. Bibir Leonardo sedikit terangkat hendak berbicara lagi, namun Prince sudah tertidur.

Leonardo menarik lebih tinggi selimut Prince, tubuh Leonardo membungkuk dan segera mengecup kening puteranya. “Selamat malam Prince.”

To Be Continued..

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status