Share

BAB 7: Pesta Tetangga Baru

Suara keras musik terdengar sejak satu jam yang lalu, samar tawa orang-orang terdengar di luar, satu persatu orang mulai berdatangan ikut memeriahkan pesta yang berlangsung.

Jari-jari Rosea bergerak cepat di atas keyboard tengah mengerjakan pekerjaannya, sesekali Rosea mengumpat kesal karena imajinasinya menghilang dan hancur karena keramaian pesta orang-orang di luar sana.

Jari Rosea menekan keyboard dengan sedikit keras, kakinya mendorong ke lantai menggerakan kursi yang di dudukinya untuk mendekati jendela. Rosea menyibak gorden dan melihat langsung ke arah rumah di sebelahnya yang kini kian ramai di penuhi oleh banyak orang.

Setengah jam yang lalu Rosea masih bisa sabar mendengarkan keramaian pesta, namun sekarang dia benar-benar sangat terganggu karena tidak bisa berkonsentrasi bekerja.

Rosea melihat ke arah jarum jam yang kini masih menunjukan pukul sepuluh malam. Ini tidak bisa di biarkan sama sekali, jika pekerjaan Rosea malam ini belum selesai karena gangguan pesta tetangganya, maka besok dia tidak bisa mengirimkan.

Rosea langsung beranjak dari duduknya dan pergi mengambil handpone untuk menelpon keamanan atas ke tidak nyamanannya dengan pesta yang di selenggarakan tetangganya.

***

Rosea mengerang frustasi, jam di dinding sudah menunjukan pukul sebelas malam, tumpukan pekerjaannya masih belum terselesaikan juga.

Satu jam setelah dia menelpon keamanan komplek, nyatanya pesta di rumah tetangganya masih sama berisiknya seperti sebelumnya.  Meski sempat ada mobil keamanan yang datang ke rumah tetangga Rosea itu, namun tidak berapa lama mobil itu kembali pergi tanpa melakukan tindakan apapun yang berguna.

“Sialan!” Teriak Rosea dengan gebrakan keras di meja kerjanya.

Kesabaran Rosea sudah habis, dia tidak bisa diam lagi apalagi menunggu pesta berakhir.

Rosea langsung beranjak dari duduknya dan tanpa pikir panjang dia segera pergi keluar dari kamarnya, kaki Rosea bergerak cepat melangkah tanpa mempedulikan penampilannya yang sedikit berantakan.

Rosea berlari keluar dari pintu depan rumahnya memakai sandal jepit hitam kesayangnnya dan pakaian tidur tipisnya, bahkan di kepalanya terpasang bando berbulu karakter kelinci.

 Suara bising musik semakin terdengar keras begitu Rosea di luar rumah.

Rosea terbelalak kaget melihat seberapa banyak kendaraan yang terparkir di depan rumah tetangganya hingga sampai membeludak ke luar dan terparkir di tanah kosong, bahkan ada beberapa sopir yang tertidur nyenyak di dalam mobil sambil menunggu majikan mereka selesai berpesta.

Dengan cepat Rosea berlari melewati banyak kendaraan dan berdiri di teras rumah tetangganya itu. Kaki Rosea berjinjit, lalu menekan bel terus menerus sampai pintu di depannya terbuka.

Seorang wanita berpakaian sexy membuka pintu, wanita itu sedikit mengerutkan hidungnya melihat penampilan Rosea yang sama sekali tidak menunjukan akan ikut bergabung dalam pesta.

“Mencari siapa?” tanya wanita itu.

“Pemilik rumah ini. Saya ingin bicara.”

“Oh, tunggu sebentar.” Wanita itu kembali menutup pintu untuk memanggil si pemilik rumah.

Tidak berapa lama pintu kembali terbuka. Seorang pria berdiri di ambang pintu mengenakan kaos hitam polos terlihat sangat muda, wajahnya sedikit kemerahan dan tercium kuat bau alcohol yang menyengat di sekitar dirinya.

“Anda siapa?” Tanya Atlanta dengan keadaan setengah mabuk.

“Tetangga sebelah” Rosea langsung menunjuk ke arah rumahnya, “Aku ingin bertemu pemilik rumah ini.”

“Aku pemilik rumah ini. Ada apa? Ingin ikut pesta?” Tanya Atlanta dengan senyuman menawannya menunjukan keramahan.

 “Ohh.. Anda pemiliknya?” Seringai Rosea dengan tatapan tajamnya menyiratkan sebuah permusuhan.

“Ya, aku pemiliknya. Ada yang bisa aku bantu, tetangga?” Tanya Atlanta lagi dengan tangan terulur mengajak bersalaman. Diam-diam Atlanta juga dengan memperhatikan penampilan tetangganya itu yang kini terlihat sederhana dan acak-acakan.

Rosea langsung menerima uluran tangan Atlanta dengan kuat dan langsung melepaskannya tidak lebih dari dua detik.

Rosea menarik napasnya dalam-dalam, lalu dia menunjuk Atlanta dan berkata, “Tidak perlu basa basi. Aku datang karena mau bilang agar kamu mengecilkan suara musik pesta kamu. Kamu harus ingat! Sekarang kamu punya tetangga. Musik kamu sangat menganggu kenyamanan aku yang sedang bekerja. Jika kamu tidak dengar apa yang aku minta, aku tidak hanya akan menelpon keamanan, namun juga polisi. Kamu paham?  Aku tunggu atas kerjasama kamu, aku beri waktu setengah jam. Sampai jumpa.”

Rosea langsung berbalik dan pergi meninggalkan Atlanta yang masih terdiam di tempatnya, pria itu hanya tersenyum miring melihat Rosea yang melangkah cepat pergi meninggalkan rumah Atlanta.

Dengan tenang Atlanta menutup pintu rumahnya lagi untuk melanjutkan pestanya yang sempat terhenti. Atlanta tidak peduli sama sekali dengan omelan kecil tetangga barunya.

Bagi Atlanta, pesta tetap pesta. Dalam keadaan apapun, pesta harus berjalan.

***

Setengah jam telah berlalu, keadaan masih sama dan tidak ada ada perubahan apapun. Semua peringatan Rosea, semua itu di anggap angin berlalu oleh tetangganya yang kini masih berpesta.

Dua gelas kopi sudah Rosea habiskan malam ini, pekerjaan yang menumpuk masih menantinya untuk segera di selesaikan dan di periksa.

Kepala Rosea terasa berdenyut pusing menahan kesal, tubuhnya mulai lelah membutuhkan istirahat namun dia tidak bisa segera naik ke ranjangnya karena pekerjaan yang belum selesai.

Tidak ada pilihan lain, Rosea harus benar-benar menghentikan keramaian pesta tetangganya agar berkonsentrasi bekerja dan segera istirahat.

Dengan penuh keyakinan, Rosea akhirnya mengambil handponenya untuk menghubungi pihak berwajib. Rosea tidak peduli dan tidak mentoleransi lagi meski jika nanti dia dan tetangganya tidak akan akur.

Panggilan yang di buat Rosea rupanya di tanggapi dengan cukup cepat karena setengah jam setelah menelpon, dua buah mobil polisi datang dan berhenti di depan rumah tetangganya.

Rosea berdiri di balik jendela dan mengintip melalui gorden untuk memastikan apakah kali ini pestanya akan berakhir atau tidak sama sekali.

Tiga orang polisi masuk ke dalam rumah dan di sambut oleh Atlanta di teras, mereka berbicara beberapa saat, Atlanta sempat melihat ke arah rumah Rosea dan menunjuknya sambil berbicara.

Orang-orang yang tengah berpesta di lakukan pemeriksaan oleh anggota kepolisian, hingga akhirnya ada satu orang perempuan dan dua orang pria di gelandang masuk ke dalam mobil polisi.

Pesta yang meriah akhirnya berhenti, satu persatu orang mulai pergi meninggalkan rumah Atlanta, begitu pula dengan polisi yang membawa teman Atlanta.

Kini, Atlanta berdecak pinggang sendirian di depan rumahnya yang berantakan tanpa ada orang dan keramaian lagi, pria itu terlihat kesal karena kesenangannya yang sering dan terbiasa di lakukan, untuk pertama kalinya di kacaukan. 

Atlanta mendongkakan kepalanya, dan tanpa sengaja dia melihat ke arah jendela kamar Rosea. Dengan sengaja Rosea langsung membuka gorden jendela kamarnya lebih banyak, wanita itu bersedekap dengan senyuman puasnya karena merasa menang.

Namun alih-alih marah karena pestanya di hentikan karena laporan yang di buat tetangganya, tiba-tiba Atlanta membalasnya dengan senyuman menawannya.

Rosea langsung menjauhkan wajahnya memasang wajah cemberut. “Sinting,” hardik Rosea seraya menutup jendela lagi. Rosea kembali ke meja kerjanya, melanjutkan pekerjaannya yang banyak tertunda.

To Be Continued..

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status