Setelah drama Dzi dan kedua orang tuanya berakhir, Dzi akhirnya melangkah ke kamarnya. Kamar yang ditinggalkannya masih terawat rapi. Ia segera meletakkan tas dan melangkah menuju kamar mandi untuk berwudhu dan melaksanakan salat magrib yang sudah berlalu setengah jam lalu.
Dzi masih di atas sajadahnya ketika Amira masuk ke kamar dan menghampirinya. Ia segera menyudahi doanya dan melipat mukena lalu meletakkannya di atas nakas.
“Kau datang karena kau sedih kan?”
Dzi menunduk. Ia tahu kakak dan kedua orang tuanya pasti sudah mengetahui alasan kepulangannya. Tanpa berniat menjelaskan, Dzi mengangguk. ia mengakui kecerdasan semua anggota keluarganya yang selalu menguntitnya kemana-mana.
“Apakah kau akan menyerah setelah calon ibu mertuamu marah-marah?”
Dzi menggeleng. ia tahu hatinya sakit tapi ia tahu bahwa cinta yang sudah terlanjur tertancap di hatinya yang gersang sudah sangat kokoh dan tidak akan mati.
“Tidak,
Kehidupan baru tanpa Dzi baru saja dilewati Khalid semalam. pagi ini ia duduk di kasur, mencoba memanggil Defandra namun asistennya sama sekali tidak mengangkat panggilan. Khalid meletakkan ponsel di sebelahnya. Ia berdiri lalu melangkah menuju jendela dan memandang pemandangan di luar rumah.Lalu lalang kendaraan di jalan raya adalah pandangan pertama yang ia lihat. Waktu baru menunjukkan pukul enam, namun setiap hari ibukota selalu menampilkan pemandangan yang sama. Hilir mudik kendaraan dari motor sampai kendaraan besar seolah tak pernah putus meski di jalan kecil seperti di gang masjid tempat Khalid tinggal.Ia mencoba mencari motor-motor yang lewat memastikan bahwa salah satu diantara mereka adalah Dzi, wanita yang menghilang sejak kemarin sore. Beberapa kali keningnya berkerut saat melihat motor yang sama dengan milik kekasihnya. Ia menarik nafas dalam. Frustasi dengan kenyataan yang ia hadapi, ia melangkah meninggalkan jendela.Ia raih backpack yang selam
Khalid sampai di tepat parkir yang biasa digunakan oleh Dzi memarkirkan scoopy nya yang kini kosong tak berpenghuni. Beberapa saat ia tatap tempat itu dengan tatapan kosong. Ia merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Ternyata bukan hanya wanitanya yang membuat hatinya sakit. Saat tahu tempat motornya tak berpenghuni pun, ia merasakan hal yang sama.“Kemana kamu, Sayang? Mengapa kau tidak ke tempat favoritmu? Padahal kau selalu ke sini ketika sakit.”Khalid melangkah meninggalkan tempat parkir menuju gasebo dimana di sana biasanya ia melihat Dzi membuka laptop dan menghabiskan waktu istirahatnya dengan berjam-jam bersama si hitam, Laptop kesayangan Dzi. Khalid duduk di gasebo sambil mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia melihat ada sebuah jalan rahasia ari gasebo menuju sebuah lapangan di belakang Alfitrah. ia ingin masuk, namun ia gagal. Gerbang yang besar menghalanginya untuk mengamati tempat rahasia yang ada di sana. Hanya ada ringkikan kuda
“Ndra”Defandra yang masih menundukkan wajahnya dengan bersusah payah menahan air matanya agar tidak jatuh segera mengangkat kepalanya dan memandang Khalid. hatinya bahagia melihat Khalid sudah siuman. Ia memandang Khalid lalu tersenyum mengabaikan setetes air yang sudah lolos begitu saja menghancurkan harga dirinya di hadapan Khalid.“Apakah masih ada yang sakit, Tuan?”Khalid menggeleng. ia memang merasakan lemas di sekujur tubuhnya seperti tak ada kekuatan untuk menggerakkan semua anggota badannya namun ia sama sekali tidak merasakan ada yang sakit atau nyeri di tubuhnya. Khalid memandang sekeliling ruangan dimana ia berbaring.Ruang kecil yang disekat dengan kain warna putih yang sedang ia tempati terlihat lengang karena tidak ada pasien lain di IGD tersebut. Khalid memandang Defandra dan mencoba memikirkan sesuatu yang akan ia perintahkan pada anak buahnya. Defandra masih menunggu perintah Khalid dengan setia.“Ca
“Apakah kau sudah berhasil membawa Dzi ku ke sini?”Defandra merasa sangat bersalah mendengar pertanyaan Khalid. ia menunduk menyembunyikan perasaannya. I mencoba meninggalkan Khalid dan melangkah menuju ruang tengah. Ia duduk di sofa sambil menunggu kedatangan Khalid dengan kemarahannya karena mendengar kegagalan pertamanya.“Mana dia?”Khalid mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Ia sama sekali tidak melihat apapun. Tidak ada Dzi atau orang lain selain mereka berdua karena Defandra sudah meminta para bodyguard untuk meninggalkan apartemen.“Yang Mulia Ratu sama sekali tidak terlacak keberadaannya, Tuan.”“Kau datang hanya untuk mengatakan kalau kau gagal melaksanakan perintah, Defandra?”Suara Khalid lemah membuat Defandra menunduk. Aura kemarahan dari mulut Khalid yang berbeda dari kemarahan Khalid sebelumnya. Kalau dulu Khalid selalu menampakkan kemarahan dengan meledakkan suara, saa
Mobil D 541f1 Dz yang baru saja masuk ke Rumah Sehat Alfitrah tidak menempatkan diri di tempat parkir biasa. pengemudi mobil sport warna hitam itu memilih memarkirkan mobil nya di parkir khusus bertuliskan parkir khusus owner. Setelah memarkirkan mobilnya, owner Alfitrah segera masuk ke ruangannya melalui pintu belakang, pintu khusus yang dibuat untuk pemilik rumah sehat.Setelah membuka pintu dan meletakkan tas kerjanya, Nona Dzulfikar duduk di kursi kebesarannya. Ia menatap ruangan mewah yang sudah lama ia tinggalkan setelah menyembunyikan diri dalam pekerjaan yang lain. Misinya belum berhasil namun ia merasa harus segera kembali. Ia segera menyalakan komputer dan mengecek semua laporan anak buahnya yang masuk. Bibirnya tersenyum ketika mendapatkan satu titik terang atas masalah yang sedang ia selidiki.“Kerja kalian memang sangat baik. Kalian adalah tim yang solid dan tidak pernah mengecewakan aku selama ini.” Nona Dzulfikar mengambil gagang telpon di at
Hanya satu jam Willy di ruangan Nona Dzulfikar, namun ia sudah bisa mengambil kesimpulan bahwa saat ini keadaan Nona Mudanya sedang tidak baik-baik saja. Ia mencoba mengorek informasi dari beberapa orang anak buahnya. Nona Dzulfikar masih sibuk dengan ponselnya ketika Willy undur diri dari hadapannya.“Mohon maaf, Nona. Saya akan segera ke bawah. kalau Nona memang masih belum bisa keluar, biar Rumah Sehat ini saya yang handle.”Nona Dzulfikar mengangguk. ia merasa sangat pusing. Keberadaannya di lantai lima Rumah Sehat Alfitrah memang untuk mengasingkan diri dari pergaulan ramai agar ia bisa mencari solusi atas masalah yang sedang ia hadapi.“Baiklah, Dokter Willy. kau boleh pergi sekarang. Jangan pernah bilang pada siapapun kalau aku di sini!”Dokter Willy mengangguk lalu meninggalkan ruangan. Setelah dokter Willy pergi, Nona Dzulfikar segera melangkah menuju kamar pribadinya. ia rebahkan tubuh lelahnya dan mencoba berselancar di
Sudah tiga bulan Khalid hidup tanpa kabar tentang Dzi. ia mulai frustasi memikirkan gadis yang dicintainya dengan sepenuh hati. selama ini ia selalu mencari tahu dimana keberadaannya, namun ia sama sekali tidak menemukannya. Khalid merasa dirinya menjadi urang bergairah. Dimana-mana hanya ada bayangan kekasihnya, namun ia sama sekali tidak bisa menyentuhnya.“Tuan”Defandra yang sejak tadi menyaksikan kegundahan Khalid mulai membuyarkan lamunan tuan mudanya. Ia merasa sangat prihatin melihat Khalid yang ehilangan semangat hidupnya. Mendengar panggilan Defandra, Khalid hanya mendesah. ia tahu Defandra hanya ingin menghibur. Bukan memberi solusi atas apa yang sedang ia hadapi, makanya ia merasa tidak ada gunanya menjawab panggilan Defandra.“Aku mendengar dari anak buah yang kusebar di Alfitrah bahwa Dzi sudah keluar dari sana dan menetap di sebuah apartemen mewah.”Khalid memandang Defandra dengan tatapan tajam. Ia ingin Defandra me
Setelah meninggalkan Khalid di IGD, dokter Willy segera melangkah menuju lift khusu yang menghubungkannya dengan ruang kerja Nona Dzulfikar di puncak rumah sehat. Ia sengaja tidak memberitahu Nona Dzulfikar perihal kedatangannya. Kali ini ia ingin melihat reaksi yang muncul saat dirinya hadir tanpa dipanggil.“Selamat siang, Dokter. Ada yang bisa kami bantu?” eorang receptionist yang bertugas khusus di ruang kerja Direktur utama menyambut Willy dengan menundukkan badannya. Willy yang mendapat sambutan mendadak tercengang. Ia sama sekali tidak tahu kalau Nona Dzulfikar mempekerjakan seorang wanita paruh baya di ruangannya. Wanita yang awalnya menjadi resepsionis di lantai pertama, kini naik pangkat menjadi resepsionis di ruang direktur utama.“Apakah Nona Dzulfikar di dalam?”“Ada, Tuan. Tapi .. . .”“Katakan padanya kalau aku ingin menghadap. Ada informasi penting yang harus aku sampaikan dan kamu tidak boleh mela