Share

4. Rahasia Jenni (1)

Author: pramudining
last update Last Updated: 2025-08-09 07:15:36

Happy Reading

*****

Membiarkan Ardha terpaku di atas ranjang kamar tamu, sang majikan pria meninggalkan kamar tersebut tanpa menoleh lagi. Beberapa menit kemudian, Ardha baru menyadari kegilaan yang dilakukan Harsa.

"Buas juga ternyata. Aku benar-benar nggak nyangka jika rumah tangga mereka bobrok. Kalau begini caranya tujuanku akan semakin cepat tercapai,," gumam Ardha.

Saat itu, dia teringkat kembali pada kaktus yang sempat diberikan Jenni. Tadi, sewaktu Harsa menyerang tiba-tiba, Ardha meletakkan vas bunga tersebut sembarangan. Sng pembantu baru mulai mengamati vas bunga, lalu tersenyum.

"Jangan pernah menyalahkan siapa pun, jika rumah tangga kalian hancur setelah ini." Tawa Ardha menggema.

*****

Pagi yang cukup cerah, Ardha mengusap peluh yang membahasi keningnya. Sudah hampir jam tujuh pagi, tetapi dua majikannya belum ada yang keluar dari kamar padahal dia sudah menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.

"Apa aku bangunin saja, ya. Tapi, kalau Bu Jenni marah gimana?" kata Ardha dan baru saja bibirnya terkatup, pinggangnya terasa disentuh oleh seseorang.

Sang pembantu yang saat ini sedang mengenakan tank top putih dengan celana pendek di atas lutut, mendelik ke arah gerakan tangan yang melingkar di pinggangnya.

"Bapak, ih. Buat kaget saja," kata Ardha.

"Gimana hasilnya semalam? Apa sudah melaporkan tentang keberhasilan misimu padanya?"

"Sudah," jawab Ardha disertai kerlingan mata.

"Lalu, hasilnya?"

Ardha tidak mengeluarkan sepatah kata pun, tetapi dia segera mengambil ponselnya dan menunjukkan bukti transfer yang dikirim sang nyonya rumah.

"Good girls. Kamu akan lebih sering mendapatkannya jika kamu selalu menunjukkan kedekatan kita," ucap Harsa.

Lelaki itu mengeratkan tangan kirinya di pinggang Ardha.

"Pak," protes Ardha. Walau suka diperlakukan mesra seperti itu oleh majikannya, tetapi Ardha masih sangat takut jika Jenni akan melabrak karena kenekatannnya beradegan mesra dengan Harsa.

"Tenang saja, kamu akan melihat bagaimana reaksinya nanti. Saat ini, dia sedang mengamati kita dari balkon kamar," bisik sang tuan rumah di telinga Ardha. Lelaki itu bahkan dengan sengaja menjilat cuping telinga pembantunya membuat Ardha merinding.

Reflek, Ardha hendak mendongakkan kepalanya memastikan bahwa ucapan sang majikan pria benar. Namun, Harsa dengan cepat menarik dagunya dan mengecup sebentar.

"Pak, apa-apaan ini?" kata Ardha.

"Sstt, diam. Jenni masuk kamar dan kemungkinan akan mencarimu setelah ini." Setelah mengatakannya, Harsa meninggalkan Ardha begitu saja.

Sang pembantu menoleh kanan kiri. Bingung jika apa yang dikatakan Harsa benar-benar terjadi. "Sialan Pak Harsa, dia sengaja membuatku dimarahi Bu Jenni," umpatnya setelah lelaki yang memeluknya tadi menghilang.

Baru akan meninggalkan tempatnya sekarang, suara sang nyonya rumah terdengar menyapa. "Cepat juga kamu menjalankan perintah saya," katanya.

"Ibu," kata Ardha sedikit menunduk dan meremas tangannya.

"Jangan takut. Saya senang kamu menjalankan tugas dengan baik. Teruslah berusaha untuk mendapat semua perhatiannya. Tapi, ingat jangan sampai kamu terbuai dengannya. Ingat statusmu cuma sebagai pembantu di rumah ini. Jangan berharap akan menjadi nyonya rumah,," ancam Jenni.

"Iya, Bu. Saya mengerti." Ardha makin menunduk dalam, tetapi hatinya mengumpat.

"Berikan ini pada minuman Harsa. Jika kamu berhasil, saya akan memberikan bonusnya langsung." Jenni menyerahkan bungkusan seperti obat berbentuk serbuk.

"Apa ini, Bu?"

"Jangan banyak bertanya. Kamu jalankan saja perintahnya." Jenni berbalik, melangkahkan kakinya menjauhi sang pembantu. Namun, baru dua langkah, dia menoleh ke belakang. "Kaktus yang saya beri, apakah kamu menaruhnya di kamarmu?"

Ardha mengangguk cepat. "Saya sudah menyimpannya di kamar. Memangnya kenapa, Bu?"

"Tidak apa-apa." Jenni kembali melanjutkan langkah.

Ardha pun mengikuti langkah sang majikan, masuk. Sebelum ke dapur, sang pembantu mengirimkan chat pada Harsa. "Ibu ngasih saya bungkusan ini untuk dicampurkan pada minuman. Apa yang harus saya lakukan?" tulisnya.

Detik berikutnya, Ardha sudah mendapat balasan dari tuannya. "Datang ke kamar tamu," balas Harsa.

Sang pembantu berkulit putih mulus itu segera menuju ruang tamu. Namun, sebelum itu, dia sudah memeriksa keberadaan Jenni. Sang nyonya rumah sedang berada di pinggiran kolam renang dengan ponsel menempel di telinga kiri.

Tanpa mengetuk pintu, Ardha masuk ke kamar tamu. Di dalam, Harsa sedang berdiri di samping jendela kamar yang menghadap ke arah kolam.

"Pak," panggil sang pembantu.

"Mana bubuk yang diberikan Jenni padamu?" Harsa menjulurkan tangan, siap menerima barang yang diberikan sang istri pada pembantunya.

Perlahan, Ardha menyodorkan bungkusan yang diberikan sang nyonya tadi pada tuannya. Harsa bergerak cepat mengambil bungkusan tersebut dan membukanya. Lalu, dia mencium bubuk putih di kerta tersebut.

"Sialan," umpat Harsa keras. "Jadi, kamu berniat meracuniku?"

"Pak, bukan saya," sahut Ardha dengan suara gemetar. Dia sangat takut melihat kemarahan tuannya saat ini.

"Bukan kamu, orang yang aku maksud, tapi Jenni," bentak Harsa. Lelaki berambut lurus itu mendelik ke arah pembantunya.

"Maaf, saya cuma ketakutan melihat Bapak seperti ini. Saya permisi," pamit Ardha karena tidak mau dibentak dan dimarahi sang majikan lagi.

"Tunggu. Kamu harus melakukan apa yang Jenni mau. Jadi, ambil ini dan masukkan ke minumanku nanti." Harsa memberikan bungkusan berwarna sama dengan yang diberikan istrinya tadi.

"Ini apa, Pak? Saya nggak mau ngambil risiko dengan membubuhkan racun di minuman Bapak."

"Itu bukan racun, tapi efeknya akan sama seperti bubuk yang Jenni berikan padamu."

"Baiklah, saya percaya pada Bapak."

"Bagus. Pergilah."

Ardha menjalankan perintah majikannya dengan baik. Dia meninggalkan kamar tamu dan menuju dapur. Setelahnya membuatkan minuman seperti yang diperintahkan Jenni. Selesai menyiapkan semuanya, perempuan pemilik alis tebal itu memanggil tuan dan nyonyanya untuk sarapan.

Jenni melirik sang pembantu ketika dia dan Harsa sudah duduk di meja makan. Ardha yang mengerti arti tatapan sang nyonya, menganggukkan kepala.

"Sayang, kamu harus banyak minum air putih. Aku lihat, tubuhnya sangat lemah beberapa hari ini. Tidak seperti biasanya yang selalu strong di atas ranjang," ucap Jenni tanpa rasa malu sama sekali, padahal jelas-jelas Ardha berdiri di antara mereka.

Harsa berdeham, mencoba memperingatkan istrinya. Namun, Jenni malah semakin menjadi. Membeberkan urusan ranjangnya.

"Aku kangen banget kamu seperti vampire yang menghisap darah dan meninggalkan jejak di setiap jengkal tubuh ini."

"Jenni," bentak Harsa. "Aku akan minum banyak air putih, tapi kamu tidak perlu membeberkan semuanya secara gamblang ada Ardha di antara kita."

"Oke ... oke. Aku akan berhenti, tapi kamu harus minum, ya."

Harsa dengan cepat menganggukkan kepala. Meminum air putih yang sudah diberi obat oleh Ardha tadi.

Melihat suaminya meminum air putih tersebut hingga tandas, Jenni melirik pembantunya. Selang sekitar satu menit kemudian, Harsa memanggil istrinya.

"Sayang."

"Pak," teriak Ardha, "Bu, saya nggak akan masuk penjara, kan?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menggoda Suami Majikanku   10. Ulang Tahun Pernikahan

    Happy Reading*****Setelah berhasil mencekal pergelangan tangan Yeni, Ardha menatap aneh. "Maksudmu apa? Kenapa mukamu langsung berubah pucat? Aku cuma pengen nyimpen nomor HP-mu saja. Kenapa kamu malah ketakutan seperti ini?""Maafkan saya, Bu Zika. Saya benar-benar terpaksa melakukannya," ucap sang pelayan tergagap. Padahal wanita yang ada di hadapannya kini adalah Ardha. Pembantu baru di rumah Harsa tersebut, menatap aneh dan tajam ke arah si pelayan. Semakin tidak mengerti sama sekali dengan perkataan yang diucapkan Yeni tadi."Apa yang telah kamu lakukan pada Bu Zika?" tuntut Ardha. Sorot matanya berubah, benar-benar menakutkan perempuan yang berada di depannya. "Kamu pasti mengetahui sesuatu yang terjadi pada istri pertama Pak Harsa. Ceritakan cepat!"Yeni meluruh ke lantai dengan linangan air mata. Ardha terus menatapnya dengan tajam bahkan tanpa rasa belas kasihan sama sekali. "Jangan laporkan saya ke polisi Bu Zika," ucap Yeni dengan kedua tangan menyatu di depan. Tatapan

  • Menggoda Suami Majikanku   9. Jangan Bahas Dia!

    Happy Reading*****"Mbak, jangan sembarangan kalau ngomong. Maksudnya apa, kok, saya dikira seperti istrinya Pak Harsa?" sahut Ardha dengan cepat. Entah mengapa si pembantu tidak menyukai jika dirinya dibanding-bandingkan dengan orang lain apalagi perempuan itu adalah istri pertama majikannya.Sementara itu, Harsa cuma bisa diam dan mendengarkan semua obrolan dua perempuan di depannya. Mulai mengamati sang pembantu dari ujung rambut sampai kaki. Sekarang, dia mulai menyadari jika perkataan sang pelayan restoran ada benarnya. Sorot mata Ardha memang sama seperti istri pertamanya walau wajah mereka berbeda. Pantas jika selama ini, Harsa selalu merasa familiar dengan Ardha. Namun, Harsa segera membuang jauh semua pemikiran tentang perempuan yang sudah meninggal tersebut. "Nggak mungkin orang mati bisa hidup lagi," ucap Harsa dalam hati. "Aku sudah menguburkan jasadnya dengan tanganku sendiri, jadi mana mungkin dia berada di hadapanku kini.""Maaf, jika saya salah, Bu," ucap sang pelaya

  • Menggoda Suami Majikanku   8. Seperti Istri Pertama

    Happy Reading*****Ardha memukul-mukul dada sang majikan karena panggilan serta ketukan di kaca mobil semakin nyaring terdengar. Harsa pun terpaksa melepaskan pagutannya, lalu membuka setengah kaca mobil."Ada apa, Pak?" tanya sang direktur sekaligus owner perusahaan Catradanta."Sebaiknya, Bapak segera keluar. Jangan sampai berbuat mesum di sini," peringat sang penjaga parkiran.Harsa menampilkan deretan giginya. Dia baru menyadari jika kaca mobil yang dia pakai sangat terang, jadi apa yang dilakukannya tadi dengan Ardha bisa terlihat dari luar. "Maaf, Pak. Saya tidak akan melakukannya lagi.""Nggak papa, Pak. Pria memang suka khilaf kalau di dekat perempuan cantik," ucap si tukang parkir. Harsa pun membalasnya dengan tawa lirih tak lupa menyelipkan uang kertas senilai lima puluh ribu padanya. "Terima kasih, Pak. Maaf tentang yang tadi, saya cuma menjalankan tugas.""Santai, Pak," jawab Harsa, "Ayo, Sayang, turun," ajaknya pada sang pembantu yang membuat perempuan di sebelahnya memb

  • Menggoda Suami Majikanku   7. Takut Jatuh Cinta

    Happy Reading*****Harsa diam, dia juga tidak taahu mengapa hatinya begitu mudah luluh pada pembantu barunya itu. Setiap melihat sorot mata Ardha, lelaki berambut lurus dengan rahang tegas tersebut merasakan jantungnya berdebar keras."Sa, kamu sudah berusaha sejauh ini bahkan kamu mendapatkan semua harta ini dengan susah payah. Begitu mudahnya kamu memberikan harta itu pada orang lain yang kemungkinan besar punya niat buruk mendekatimu," nasihat sang pengacara dengan pemilik nama Yandra"Aku juga tidak tahu mengapa, Yan. Yang jelas, aku melihat ketulusan di matanya saat membantuku menangani Jenni."Yandra mendengkus. "Sadar, Sa. Dulu, kamu juga pernah mengatakan jika Jenni adalah orang paling tulus padamu, tapi kenyataannya. Dia tidak lebih baik dari baik dari Zika. Terkadang, aku merasa kamu salah menilai Zika.""Apa maksudmu? Zika itu cuma memanfaatkan aku saja karena kemiskinan. Semua keluarganya keluarganya menjadikanku sapi perah. Bangsat!" umpat Harsa dengan mata merah dan mel

  • Menggoda Suami Majikanku   6. Surat Wasiat

    Happy Reading*****Jenni tak menjawab malah tertawa lebar. Sementara itu, sang pembantu mulai resah. Ardha menggedor pintu kamarnya, berharap sang majikan akan membuka kunci dan membiarkan dia keluar. Perilaku Harsa saat ini sangat menakutkan."Pak, Anda sebenarnya kenapa?" tanya Ardha setelah mendengar langkah kaki Jenni menjauh.Menatap pembantunya lekat dari ujung rambut hingga kaki, Harsa menarik pinggang Ardha hingga keduanya kini menempel erat. "Aku cuma mengimbangi permainan Jenni. Dia sengaja mengurung kita di sini. Membiarkan aku melampiaskan semua hasrat padamu. Jadi, mari sukseskan apa yang sudah dia rencanakan," katanya.Harsa mulai mendekatkan bibirnya, sedangkan Ardha berusaha menjauhkan diri agar tidak larut dalam permainan sang majikan."Pak, jangan begini. Artinya, kita sama saja kalah dalam permainan Bu Jenni," ucap Ardha agar sang majikan tidak menodainya. Walau selama ini si perempuan sering menggoda Harsa, tetapi jika sampai tidur dan berhubungan intim, jelas Ard

  • Menggoda Suami Majikanku   5. Rahasia Jenni (2)

    Happy Reading*****Jenni menatap sang pembantu tajam. Menempelkan jari telunjuk ke bibirnya sendiri. "Ssstt, diam!" bentaknya.Ardha bungkam, menggigit bibir bawahnya disertai meremas kedua tangannya. "Bu ... Bapak nggak akan mati, kan?""Saya bilang diam," bentak Jenni. Perempuan itu mulai sibuk menegakkan badan Harsa setelah memeriksa tubuh yang lemah tersebut. "Bantu saya angkat.""Ba-baik." Ardha mulai mendekati tubuh majikan lelakinya. Meletakkan tangan kanan Harsa ke pundaknya, sedangkan tangan kiri, berada di pundak Jenni.Sang nyonya rumah memberi perintah masuk ke ruang kerja. Harsa didudukkan pada kursi kebesaran yang sering dipakai Jenni untuk mendesain gaun dan pakaian."Bu, Bapak mau diapain ini?" tanya Ardha, sekali lagi. Rasa penasaran membuatnya terus mengejar jawaban pada sang nyonya rumah."Jangan banyak tanya." Jenni mendelik, mulai emosi karena Ardha yang terlalu banyak bertanya. "Jaga dia sampai saya kembali lagi."Ardha mengangguk walau masih ketakutan jika m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status