LOGINDia sedang duduk di depan meja rias—sekarang telah benar-benar manjadi meja rias. Sambil menjajal perias wajah yang baru saja di belinya.
“Kau menghabiskan semua uangmu.” Jiu'er memperhatikan Lin Ruyue dari meja makan. “Menurut yang kudengar di kedai teh tadi, seharusnya pihak kerajaan tidak akan membatalkan pernikahan itu.” Lin Ruyue menatap pantulan dirinya di cermin setelah memakai perias wajah. "Kau mengkhawatirkan gaun dan perhiasan pernikahanku? Lagi pula mereka bisa membeli dan membuatnya berulang kali. Baju merepotkan itu hanya bisa menjadi sampah kalau tidak dijual.” Jiu'er tidak menjawab, dia juga tidak begitu penasaran. Lin Ruyue menarik napas panjang, kemudian berbalik menatap Jiu'er dengan 'wajah' barunya. Dia tersenyum hangat. "Jiu'er, sebenarnya dulu, aku tidak bisa melakukan banyak hal yang ingin kulakukan. Dan aku tidak seboros dan semanja yang kau dengar. Maukah kau memercayai?" Jiu'er terdiam. Lebih tepatnya, dia bertanya-tanya apa yang dilakukan wanita yang kini terlihat seperti orang lain ini? "Meski begitu terdengar penuh kebohongan, aku mengatakannya dengan sangat jujur, loh." Lin Ruyue tersenyum. "Aku ini …, pernah menjadi orang yang sama sekali tidak punya uang bahkan hanya untuk makan. Apa kau percaya?" "Tentu saja, selain nyawa, segala yang hal dimiliki Tuan Putri adalah milik Kerajaan Qing.” Lin Ruyue terdiam sejenak. "Kau benar. Karena itulah, meski hanya sekali, aku ingin melakukan sesuatu yang kukehendaki sendiri." Dia tersenyum lebar, seolah hal itu memang sangat membahagiakan baginya. “Selama hidup, kau memang tidak pernah memenuhi tanggung jawabmu sebagai Tuan Putri, kan?” Jiu'er menjawab datar. Ruyue terdiam. ‘Itu kan Lin Ruyue, bukan aku.’ Yang dia bicarakan sejauh ini, hanyalah dirinya di masa lalu saja. Sebagai Xiao Lianhua. 'Ada banyak hal ingin kulakukan namun belum terwujud hingga aku mati. Siapa sangka aku diberi kesempatan untuk melakukannya meski telah hidup di dunia yang lain.' Pin Ruyue bergumam dalam hati. Dia memikirkan Jiu'er setelah mendapatkan pemikiran itu. "Jiu'er. Tanpamu, aku mungkin sudah mati. Jadi, aku benar-benar berterima kasih dan mulai saat ini sedang memikirkan bagaimana aku akan membalas utang nyawa ini." Lin Ruyue membungkuk dalam. "Kau tidak perlu berkata begitu, merupakan tanggung jawabku untuk menyelamatkan Tuan Putri negaraku sendiri.” Jiu'er tersenyum, “Ini juga termasuk sebuah kehormatan.” Lin Ruyue tersenyum. “Aku akan memikirkan tentang balas budiku nanti.” Jiuer diam dan mulai mengamati wajah Ruyue dengan teliti. "Lalu, kau benar-benar cantik dengan wajah barumu. Tidak sia-sia mengeluarkan uang sebanyak itu." Jiuer mengeluarkan semua pendapatnya. Lin Ruyue, mengangguk senang. "Kalau begitu aku menerima pujianmu!" 'Sebenarnya di dunia seperti ini lebih lumrah menyamar pakai topeng kulit, sih. Tapi aku tidak tahu cara membuat bahan yang elastis seperti karet itu. Jadi, 'make up' tetap merupakan pilihan paling cemerlang.' Lin Ruyue menghela napas pelan. "Kau mau ikut denganku?" tanya Jiu'er. Tiba-tiba. "Ke mana?" "Ke hutan. Aku ingin mencari tanaman herbal yang belakangan ini dibutuhkan oleh beberapa kakek tua yang terserang flu musim gugur." Jiu'er meraih tas anyaman berbentuk persegi. Itu mungkin keranjang daunnya. "Jadi kau menerima permintaan warga juga, ya." Lin Ruyue cukup terkejut dengan fakta ini. "Sama saja maknanya dengan menjadi seorang tabib, kan?" "Bukan. Aku bukan tabib." Lin Ruyue mendengus. "Baik, baik. Terserah kau saja. Lalu, kita ke arah mana?" "Lurus saja ke Utara dari jalan utama. Kita akan berjalan sekitar enam li, tapi jangan mengeluh lelah." Lin Ruyue menghela napas pelan. 'Hanya sekitar tiga kilometer, kan? Warga di sini biasanya memang berjalan lebih jauh dari ini. Tapi kalau tubuh Lin Ruyue ini...?" *** "Omong-omong, Jiu'er. Apakah hutan yang kita tuju itu dekat dengan Perbatasan?" Lin Ruyue bertanya. "Ah, benar. Memangnya kenapa?" "Tidak ada masalah." "Mungkinkah kau memikirkan rombongan utusan kerajaan yang datang melintas hari ini?" Jiu'er mengingat hal yang baru-baru ini menjadi topik hangat di kota. "Tidak apa. Mereka sudah meninggalkan Kerajaan Qing beberapa jam lalu. Lagi pula dengan penampilan itu, seharusnya tidak akan ada yang mengenalimu, kan?" Jiu'er menghela napas panjang. "Jiu'er. Berikan aku nama baru." Lin Ruyue menceletuk. Dia berjalan sambil mengamati sekeliling. "Hah? Nama baru?" Jiu'er menatapnya dengan ekspresi kesal. "Bukankah marga Lin itu terlalu mencolok di negara ini?" Lin Ruyue mengeluh. "Benar juga, sih. Kau tidak bisa memperkenalkan diri dengan nama keluarga dan nama panggilan yang terkenal itu jika ingin menyembunyikan identitas." "Benar, kan? Kau juga paham, kan?" Lin Ruyue menatapnya dengan antusias. "Tapi mengganti nama terlalu berisiko. Lalu kau juga tidak berniat melakukannya selamanya, kan? Kau pakai nama Xiao Yue saja. Yue dari namamu, Ruyue." "Itu bukan ide buruk." "Baguslah." "Hei, Jiu'er, margamu apa?" "Aku tidak memiliki marga." 'Dia tidak memiliki marga bukan karena merupakan tokoh tak terdaftar, kan?' "Kenapa?" "Aku tidak tahu siapa orang tuaku. Yang memberiku nama Jiu'er adalah seorang wanita tua. Dia bilang, aku adalah anak ke sembilan yang dia pungut. Jadi namaku adalah Jiu. Omong-omong orang itu bermarga Xiao, jadi kupakaikan padamu saja." "Ah, begitu …." Mereka memasuki hutan, matahari mulai tergelincir ke barat. Hutan itu tidak lebat. Lebih mirip tanah luas yang kebetulan telah menumbuhkan beberapa pohon besar. Selebihnya hanya semak belukar, dan ditumbuhi berbagai tumbuhan obat, beberapa beracun. "Jangan sembarang menginjak tanaman yang tidak kau kenali. Kau tidak akan tahu itu beracun atau tidak." Jiu'er memperingatnya. "Baiklah, aku mengerti." Lin Ruyue memutuskan untuk berdiri diam di tempatnya sampai Jiu'er selesai mencari tanaman obat. Karena dia sangat menyayangi nyawanya dan tidak ada satupun tanaman yang dia kenali. Berdiri diam di satu tempat lebih baik daripada tidak sengaja menginjak tanaman yang ternyata beracun. Lin Ruyue mengamati sekitar, dan menemukan tumpukan batu yang cukup besar sejauh sepuluh meter dari tempatnya berdiri. "Berdiri itu melelahkan, bukan?" Dia bergumam, dan ketika menyadari bahwa tumbuhan hanya tumbuh sekitar empat meter di depannya, Lin Ruyue tersenyum lebar. "Aku bisa mencapai batu itu hanya dengan sedikit berhati-hati." Kakinya melangkah, satu-persatu dan sangat berhati-hati. Batu itu juga besar dan tinggi, berkelompok di bawah pohon yang rindang, dan tepat menghadap matahari terbenam. Dia pikir indah Sekali beristirahat sejenak, menunggu Jiu'er selesai, dan menikmati matahari yang menurun perlahan. Tapi dia tidak menyadari satu hal. Tempatnya melihat keindahan itu..., lebih berbahaya, dari tanaman yang tidak dia kenali. Desisan pelan terdengar. Slap! Lin Ruyue membuka mata. "Kakiku sepertinya mati rasa ….”Istana Kekaisaran Fuyue."Yang Mulia,"Feng Xin, seorang bawahan setia Yan Haoxuan berlutut dihadapannya begitu tiba."Bagaimana? Kau sudah bisa mengkonfirmasi berita itu?" tanya Yan Haoxuan.Seorang pria muda berusia awal dua puluhan yang berwatak tenang ini adalah tokoh utama pria dalam dunia ini. Dia tinggal di Istana Mingxiao dan memiliki bawahan terpercaya."Kecelakaan itu memang mengerikan. Bahkan tidak ada satupun yang selamat, Yang Mulia. Butuh satu minggu penuh untuk membersihkan jalurnya. Dan tubuh Tuan Putri Kedua Kerajaan Qing memang tidak ditemukan.""Saya menyusup di antara 300 orang yang dipekerjakan itu dan tidak ada satupun diantara kami yang menemukan tubuh Tuan Putri.""Beberapa dari mereka berpikir tubuhnya tergelincir ke bawah dan dimakan macan kumbang. Ada juga yang berpikir dia melarikan diri.""Tapi menurut saya yang kedua ini sangat tidak mungkin, karena dapat dipastikan Tuan Putri tergelincir dengan Anda saat bencana itu terjadi. Lalu dia terpisah begitu saja
Dia sedang duduk di depan meja rias—sekarang telah benar-benar manjadi meja rias. Sambil menjajal perias wajah yang baru saja di belinya.“Kau menghabiskan semua uangmu.” Jiu'er memperhatikan Lin Ruyue dari meja makan. “Menurut yang kudengar di kedai teh tadi, seharusnya pihak kerajaan tidak akan membatalkan pernikahan itu.”Lin Ruyue menatap pantulan dirinya di cermin setelah memakai perias wajah. "Kau mengkhawatirkan gaun dan perhiasan pernikahanku? Lagi pula mereka bisa membeli dan membuatnya berulang kali. Baju merepotkan itu hanya bisa menjadi sampah kalau tidak dijual.”Jiu'er tidak menjawab, dia juga tidak begitu penasaran.Lin Ruyue menarik napas panjang, kemudian berbalik menatap Jiu'er dengan 'wajah' barunya. Dia tersenyum hangat. "Jiu'er, sebenarnya dulu, aku tidak bisa melakukan banyak hal yang ingin kulakukan. Dan aku tidak seboros dan semanja yang kau dengar. Maukah kau memercayai?"Jiu'er terdiam. Lebih tepatnya, dia bertanya-tanya apa yang dilakukan wanita yang kini te
Lin Ruyue duduk di meja rias—meski bukan meja rias sungguhan, setidaknya cermin perunggu di atasnya membuat meja ini memenuhi kualifikasi meja rias.Dia mengusap rambutnya yang berwarna kemerahan, menatap pantulan dirinya di cermin."Kau jadi seperti orang Kerajaan Jiang." Jiu'er berkomentar sambil melipat lengan di depan dada.Lin Ruyue menatapnya dengan ekspresi kesal. "Aku ingin menghindari masalah dengan cara menyamar." Dia menghitung perhiasan emas yang dibawa di kepalanya saat keberangkatan."Aku ingin menjual barang, aku butuh sesuatu yang lebih berguna dari pada emas-emas ini." Lin Ruyue berdiri."Ikuti aku.” Jiu'er tidak tertarik untuk mencampuri urusan Ruyue. “Terima kasih.” Lin Ruyue menyeringai lebar.Jiu'er menghela napas panjang. "Kau benar-benar wanita yang aneh. Apa kau benar-benar Lin Ruyue yang dirumorkan itu?" Dia berjalan menyusul Lin Ruyue."Yang dirumorkan banyak orang itu memang aku. Tapi aku yang sekarang mungkin sudah semakin berbeda dari yang dirumorkan." Li
Sejak kecil, Lin Ruyue adalah gadis yang tidak pernah menonjol di bidang apa pun. Baik itu sastra, etiket, melukis, kaligrafi maupun musik, dia hanyalah orang kolot yang tidak pernah berhasil menguasai satu pun bakat.Tapi karena dia adalah putri sah Kaisar, dia tetap mendapat kehormatan meski hanya seorang Tuan putri yang gagal.Lin Ruyue berwatak keras kepala dan kekanak-kanakan, terbiasa dimanja membuatnya menjadi gadis paling bodoh di kerajaan. Tapi dia tetap Putri yang sangat disayangi Kaisar. Perlakuan sering dimanja itu juga membuatnya meremehkan semua orang.Berbeda dengan Kakaknya, putri dari seorang selir yang disayangi Kaisar, Lin Mulan yang mendapat julukan Bunga Paling Indah di Kerajaan itu, di penuh rasa kagum dan wawasan yang seolah tiada batas. Lin Mulan adalah satu-satunya orang yang baik padanya selain ibunya dan Baginda yang selalu memberikan apa pun yang dia punya.Tapi bagi Lin Ruyue, Lin Mulan baik padanya hanya untuk memberitahu bahwa dirinya jauh lebih baik.
Malam hari datang saat mereka masih di tengah pegunungan. Ruyue terbangun karena merasa cemas, bisa saja kecelakaan itu muncul lebih cepat dari dugaan. Lalu dari kejauhan, dia mendengar suara gemuruh yang samar. Angin malam yang dingin membuat bulu kuduknya meremang. “Hei, Hao Xuan.” Ruyue mengetuk jendela. “Aku di sini.” Hao Xuan menoleh ke samping, rambut panjangnya bergerak-gerak menabrak angin malam. “Apa kau mendengar suara gemuruh?” “Iya. Tapi mungkin itu binatang buas di tengah hutan. Biasanya memang begitu.” “Begitu, ya ….” ‘Benarkah bukan suara tanah longsor?’ Lin Ruyue melongok keluar. “Dengar, ya, Hao Xuan, kau harus membantuku kalau aku dalam kesulitan, apalagi kalau itu menyangkut keselamatan.” Ruyue berpesan lagi. ‘Aku benar-benar tidak tahu kapan aku akan mati dalam insiden ini. Tapi aku benar-benar ingin tetap hidup ….’ Hao Xuan mengamati gerak-gerik Lin Ruyue di dalam kereta kuda. Seperti bertanya-tanya kenapa gadis itu terlihat gelisah. Tidak ada ma
Beberapa saat yang lalu, Xiao Lianhua mati dan merasuki karakter figuran dalam sebuah novel.Novel itu terkenal dengan judul Pernikahan Putri Pertama, yang menceritakan kehidupan Putri Pertama Kerajaan Qing, Lin Mulan, yang menikah dengan Pangeran Ketiga Kekaisaran Fuyue, menggantikan adiknya, Lin Ruyue yang mati dalam perjalanan menuju pernikahannya.Tapi saat ini, karena dia masih hidup, bab Pertama dalam novel itu belum dimulai dan hanya tersisa beberapa jam saja hingga kematiannya.Dalam waktu sesingkat itu, Lin Ruyue bertekad untuk melarikan diri dari takdir tragis pemeran figuran yang mati demi memulai kisah asmara pemeran utama. Dia ingin melepaskan identitasnya sebagai figuran dan hidup menjauh dari alur novel asli, seolah-olah dia memang mati. Konflik Pertama dari seorang figuran: melarikan diri dari takdir tragis!Rencana pertama: berhenti di penginapan sebelum memasuki wilayah pegunungan.Rencana ini bertujuan untuk mencari seseorang yang tidak muncul di dalam novel dan me







