“Pa, ayo, cepat. Aku tidak mau sampai terlambat!” pekikku panik.
Hari ini adalah hari wisudaku. Hari yang sudah aku tunggu-tunggu. Bangun lebih pagi dari biasanya, aku jalani tanpa mengeluh. Bunda mengirim penata rias dan rambut agar aku bisa tampil sempurna pada hari besarku. Kebaya yang aku kenakan pun dijahit oleh seorang desainer kebaya terkenal. Padahal aku harus menutupinya dengan toga, tetapi aku tidak menolak pemberiannya tersebut.
“Hanya acara wisuda, mengapa kamu hebohnya seperti acara pemberkatan pernikahan saja,” ucap Papa sambil berjalan terburu-buru mendekati mobil. Aku memutar bola mataku dan meminta Kakak untuk segera menyetir mobilnya.
“Aku tidak ingin menjadi pusat perhatian ketika aku memasuki aula, Pa.” Aku mengambil ponselku yang bergetar di dalam tasku. Jonah. “Ya?”
“Apakah kamu sudah berangkat?” tanya Jonah dengan nada dinginnya.
“Baru saja keluar dari gerbang,
Aku tidak pernah merasa semalu ini dalam hidupku. Hanya sebuah ciuman singkat di depan orang yang tidak kami kenal saja sudah membuat jantungku berdebar kencang. Apalagi di depan orang yang kami kenal. Yang kami lakukan tadi bukan ciuman biasa, tetapi kami saling melepaskan kerinduan dan aku tidak ingin melakukannya di depan siapa pun. Siapa pun. Termasuk Bunda.Wajahku pasti merah padam semerah yang sanggup dilakukan oleh kulitku. Sikap Jonah tidak membantuku sama sekali. Dia malah mempererat pelukannya.“Aku memintamu membawanya ke sini supaya kami bisa memperbaiki riasannya, Jonah,” kata Bunda kepada putranya.“Dan aku membantu sebisaku,” ujar Jonah acuh tak acuh. Aku menatapnya tidak percaya. Melihat lipstik yang aku pakai mengenai bibirnya, cepat-cepat aku menghapusnya dengan jariku. Ini benar-benar memalukan. Dia malah tersenyum. Senyum manisnya yang mampu membuat lututku lemas.“Ayo, Celeste. Orang-orang sudah menunggu
Perasaanku tidak enak ketika melihat Jason berdiri dari tempat duduknya dan berjalan menuju pintu di mana tadi Celeste keluar. Entah mengapa setiap kali tunanganku ke kamar mandi, kejadian di Bali terputar ulang di kepalaku. Seharusnya aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Ada seorang wanita yang selalu mengawasinya untukku. Jovita berdiri dan dia juga berjalan keluar aula dari pintu yang sama. Aku ingin menguji pengawal Celeste yang baru, tetapi aku tidak mau mengambil risiko. Jason dan Jovita bukanlah kombinasi yang baik. Aku tidak ingin mereka bertengkar, lalu tunanganku dijadikan kambing hitam. “Aku permisi sebentar,” kataku kepada keluargaku. “Ada yang mengkhawatirkan tunangannya,” goda Bunda. Aku hanya memutar bola mataku. Dugaanku benar. Jovita melihat Jason sedang bicara dengan Celeste. Dia malah menyuruh istrinya untuk pergi. Melihat tunanganku tidak punya kesempatan untuk menjauh darinya, aku memilih untuk membantunya. Celeste bisa ada dalam b
“Selamat pagi.” Aku memasuki ruang makan dengan langkah terseret.Nola curhat semalaman mengenai pertengkarannya dengan orang tuanya. Mereka ingin dia bekerja di sebuah perusahaan yang besar, sedangkan sahabatku ingin melamar lowongan sebagai akuntan di restoran milik Papa. Dia ingin bisa bekerja dekat dengan ayah dan ibunya.Akibatnya, pagi ini aku bangun dalam keadaan masih mengantuk. Badanku sakit semua tetapi perutku yang lapar tidak bisa lagi aku tahan. Aku terpaksa turun untuk mengisi perut. Beberapa pelayan libur pada hari Minggu, jadi aku tidak mau membebani salah satu dari mereka yang tetap bekerja untuk mengantar sarapan ke kamar.“Pagi, sayang,” jawab Papa.“Pagi, Este,” balas Kak Nevan.“Pagi,” Suara ketiga membuatku mengarahkan pandangan kepadanya. Seorang pria duduk di sebelah kursi yang biasanya aku duduki.“Jonah? Ada apa kamu datang sepagi ini?” tanyaku heran. Oh, a
“Mengapa kamu diam saja?” tanyanya. “Apakah kamu tidak suka dengan ide itu?”“Aku menunjukkan semua ini kepadamu bukan karena aku ingin kamu mewujudkannya untukku. Aku menunjukkannya untuk berbagi impianku.”“Kamu menyusun semua ini saat kamu masih sendiri. Kamu sudah memilikiku sekarang, mengapa kamu harus berusaha sendiri untuk mewujudkannya? Impianmu adalah impianku juga. Uangku adalah uangmu juga.”“Memangnya, apa impianmu?” tanyaku ingin tahu. Dia sudah memiliki segalanya. Apa lagi yang akan diharapkan oleh orang-orang seperti dia?“Aku ingin orang-orang bisa melihat potensiku tanpa membanding-bandingkan aku dengan Jason. Aku tidak akan bisa menjadi direktur utama, tetapi setidaknya aku bisa menjadi yang terbaik walaupun hanya mendapatkan posisi kedua,” katanya. “Ada banyak orang yang takut menjadi orang kedua. Aku tidak. Posisi tidak menentukan kualitas seseorang.”
Celeste begitu senang saat menerima surel balasan dari salah satu perusahaan yang dilamarnya. Aku ikut bahagia mendengar kabar itu darinya. Dia bertanya apa yang harus dia lakukan setelahnya. Aku memintanya untuk membaca baik-baik isi dari surel balasan mereka. Dia diminta untuk datang pada tempat dan lokasi yang mereka tentukan untuk mengikuti psikotes. Awal yang baik.Aku menjemputnya dari rumah pada hari ujian. Papa dan Nevan tidak bisa melakukannya. Aku mulai berpikir bahwa sudah saatnya untuk membelikan mobil untuknya. Tetapi aku membuang jauh-jauh ide itu. Bila dia punya mobil sendiri dan seorang sopir, maka aku tidak punya alasan untuk bertemu dengannya di luar jadwal kencan kami.Walaupun mengantar dan menjemputnya lebih merepotkan, setidaknya kami bisa menikmati waktu bersama, juga bisa memeluk dan menciumnya setiap kali kesempatan itu datang.“Huff …. Aku gugup sekali.” Dia meletakkan tangan kanannya di dada kirinya.“Ka
Setelah wanita tak dikenal menggodanya di kafe, berikutnya aku harus melihat Vita berlari dalam pelukan tunanganku? Ada apa dengan semua wanita yang ada di sekitar Jonah? Mengapa mereka mendadak tertarik kepadanya? Di saat aku membenci laki-laki itu dengan sepenuh hatiku, ada di mana mereka semua? Mengapa setelah cinta tumbuh semakin kuat dalam diriku untuknya, mereka malah mencoba untuk merebutnya dariku?Aku tahu bahwa aku tidak seharusnya marah kepada Jonah. Tetapi kepada siapa lagi aku bisa mengungkapkan kekesalanku kalau bukan dia? Aku harus bisa mengendalikan rasa cemburuku. Atau Jonah akan tahu bahwa aku mencintainya. Aku tidak bisa menikah sekarang. Aku ingin bekerja dan akan butuh banyak waktu untuk beradaptasi nanti. Aku tidak akan punya waktu untuk suami.Meskipun suasana hatiku buruk, kencan kami pada hari Minggu itu berjalan dengan baik. Kami makan siang bersama di restoran pilihanku. Lalu kami menonton film bersama. Menjelang sore, dia membawaku ke sebuah
“Bukankah itu Jonah?” tanya Nola. Dia sedang melihat ke arah yang sama denganku. “Mengapa dia pergi dan tidak menyapa kita?” “Mungkin dia akan makan malam bersama rekan kerjanya, jadi dia tidak bisa ke sini.” Aku berusaha menutupi rasa kecewaku dengan melanjutkan memakan es krimku. Setelah es krim habis, Nola mengajakku untuk makan malam bersama. Tetapi aku menolak. Aku tidak ingin makan bersama Pras dan adiknya juga. Nimas terlihat kecewa, namun aku tidak peduli. Aku tidak ingin sahabatku punya hubungan apa pun lagi dengan Pras, juga keluarganya. Kami keluar bersama dari kafe dan aku tidak suka melihat Pras dan adiknya juga ikut bersama kami menuju pintu keluar mal. Apa mereka tidak bisa berpura-pura mengambil jalan yang berbeda dari kami? Nimas setuju dengan keputusan Nola mengakhiri hubungannya dengan Pras, lalu mengapa dia kelihatan senang saja kami menghabiskan waktu bersama mereka lebih lama? Sesuatu membekap mulutku dan sebuah lengan yang kuat
“Ayah?” tanyaku saat melihat dia berdiri di halaman samping. Aku sudah beberapa kali mengelilingi pekarangan rumah tidak mendapatinya sedang berada di sana. Aku berjalan mendekatinya. “Masalah apa yang membuat Ayah susah?”“Kamu memang selalu tahu bila ada yang tidak beres.” Ayah tertawa kecil.“Ayah terlalu mudah dibaca,” kataku setengah mengejek.“Gunawan menceritakan bahwa perusahaannya sedang dalam keadaan sulit,” jawabnya pelan. “Dia meminta bantuanku. Kita tidak punya hubungan kerja sama dengannya, jadi aku menolak.”“Om Gunawan mengancam Papa jika kita tidak membantu mereka?” tebakku. Semakin lama topeng keluarga itu semakin terbuka. Dari cara mereka memaksa masuk ke rumah Celeste, aku tahu bahwa keluarga ini bukanlah keluarga baik-baik.“Mereka akan menyebarkan isu bahwa kita menolak menolong keluarga sendiri tetapi mudah saja menolong orang lain. Bism