Mengukir Impian Baru

Mengukir Impian Baru

Oleh:  Meina H.  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
44 Peringkat
114Bab
15.7KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Celeste berada pada hari-hari terakhirnya sebagai seorang mahasiswa. Dia punya banyak rencana yang sudah tidak sabar untuk dilakukan begitu sah menjadi alumni. Tetapi hal buruk menimpa restoran milik papanya, memaksanya untuk mengubah rencana hidupnya. Hatinya yang mudah kasihan kepada orang lain yang tertimpa kemalangan, mendorongnya untuk setuju dinikahkan dengan pria yang tidak dikenalnya. Malang tidak dapat ditolak, pertunangan terpaksa dibatalkan saat harinya tiba. Celeste yang baru saja merasa bahagia bisa mewujudkan mimpinya yang semula terpaksa harus membuang jauh rencananya lagi. Sang adik yang terkenal dingin dan kurang disukai banyak orang mengajukan diri untuk menggantikan sang kakak.

Lihat lebih banyak
Mengukir Impian Baru Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Silvie Setiawati
bagus ceritanya, alumni menarik
2022-02-20 12:24:45
1
user avatar
Kebo Rawis
Hai, Kak, aku suka ramuan narasi di novel ini. Begitu mengalir dan melenakan, ceritanya juga apik. Baru baca beberapa bab sih, tapi sudah aku masukin rak untuk dilanjutkan nanti. Oya, aku orang yang to the point, nggak suka basa-basi. Jadi, ini pendapat jujur. Salam ...
2021-11-05 12:07:43
2
user avatar
Brianna Fu
kak mei mana lanjutan nya?
2021-10-09 16:03:12
2
user avatar
Doersdey Silalahi
cerita yang sangat menarik, bagus dan alurnya susah untuk ditebak.............
2021-10-06 07:11:18
2
user avatar
Zahara Letto
cepetan up donk kak
2021-10-02 10:56:34
1
user avatar
I'm okay
Next kak! Semangat terus!!
2021-09-27 21:17:52
1
user avatar
Cadburry♥
Next, semangat ya kak!
2021-09-25 14:56:13
1
user avatar
Ryuzy_hdr
bagus, semangat ya kak!
2021-09-23 15:46:43
1
user avatar
Doersdey Silalahi
ceritanya santai tapi buat penasaran kak mei...............
2021-09-21 09:11:55
1
user avatar
Andi Sasa
Amazing.. Good luck ya brother
2021-09-21 07:25:28
1
user avatar
Nicholas Underwood
Semangat Kak. Cerita yang bagus.
2021-09-20 11:22:23
1
user avatar
Evhae Naffae
Keren, lanjuut dan semangatt ya .........
2021-09-20 08:21:36
1
user avatar
Penulis Lepas
Keren kak lanjutkan lagi ya
2021-09-20 04:46:55
1
user avatar
Biru Tosca
Bagus... semangat ya ...
2021-09-19 22:07:50
1
user avatar
RAZILEE
wahh ceritanya bagus thor
2021-09-15 23:49:31
1
  • 1
  • 2
  • 3
114 Bab
Bab 1 - Penentuan Masa Depan
~Celeste~ “Mereka adalah keluarga yang baik dan terpandang. Mereka tidak akan menyakiti kamu. Temanku ingin membantu kita, Nak,” bujuk Papa dengan suara mendayu. “Membantu tidak akan memberi syarat seberat itu, Pa. Ini sama saja dengan Papa menjual aku demi membayar utang. Apa bedanya aku dengan p*lacur di luar sana!?” tangkisku dengan sengit. “Este! Jaga bicara kamu! P*lacur tidak menikah secara sah! Mereka memberikan tubuh mereka demi uang. Dan pria yang mereka tiduri bukanlah suaminya. Kamu akan bahagia hidup sebagai istri pria itu. Dia adalah ahli waris utama ayahnya, Nak. Apa kamu tidak tahu betapa beruntungnya kamu? “Ada banyak perempuan di luar sana yang berebut untuk menjadi istrinya, berusaha untuk menarik perhatiannya. Mengapa kamu malah menolak niat baik mereka? Pria mana lagi yang berasal dari keluarga terpandang yang mau menikahi kamu?” “Tidak, Pa. Aku tidak akan menikah dengan pria asing. Titik! Aku dan Kakak akan berusaha mencari cara untuk membantu Papa mengumpulka
Baca selengkapnya
Bab 2 - Pertemuan Pertama
Restoran milik Papa mengalami masalah karena sebuah kesepakatan bisnis yang ternyata hanyalah tipuan. Seseorang yang dikenalnya dari seorang teman menawarkan kepada Papa untuk membuka cabang restoran dan memberi pinjaman yang cukup besar. Bangunan bertingkat tiga itu ternyata tidak mempunyai izin, dan terpaksa disegel ketika sudah sembilan puluh persen rampung. Papa memercayakan pengurusan izin kepada orang yang diutus oleh kenalannya tersebut dan tidak pernah memeriksa hasil kerjanya. Karena restoran tidak jadi dibangun, Papa dianggap telah melanggar perjanjian kerja sama dan diminta untuk mengembalikan uang yang telah dipinjam beserta penalti yang harus dibayar. Jumlahnya sangat besar. Uang simpanan Papa bahkan belum cukup untuk membayarnya. “Pa, ini uang tabunganku dan Este. Semoga ini bisa membantu,” kata Kakak sambil memberikan setumpuk uang di atas meja kerja Papa. “Tidak.” Dia mendorong uang itu kembali ke arah kami. “Kamu perlu uang untuk membuka praktik, sedangkan adikmu b
Baca selengkapnya
Bab 3 - Perempuan Biasa
~Jonah~ Menyusun rencana, memeriksa lokasi, mengajukan proposal, mengadakan event, mengawasi pelaksanaannya, mengevaluasi pelaksanaan setiap harinya, menulis laporan, menerima masukan, kemudian menyusun rencana baru lagi, begitu terus berputar-putar yang harus aku lakukan sebagai manajer pemasaran. Tidak ada hari untukku duduk diam di ruanganku selama sebulan terakhir ini karena peluncuran apartemen baru yang dibangun oleh perusahaan Ayah mendapat sambutan baik, tetapi belum semua unit terjual. Jika kami tidak bergerak cepat, kami akan segera disibukkan lagi dengan program baru untuk memasarkan unit pada mal yang sebentar lagi akan selesai dibangun. Fabian sedang menunjukkan laporan terbaru promosi yang kami lakukan di sebuah mal ketika seseorang menabrak tubuhku sehingga cup kopi yang aku pegang mengenai pakaianku dan tumpah. Kopi itu sudah tidak panas lagi tetapi isinya masih penuh. Aku tidak sempat meminumnya karena tidak berhenti bicara dengan asistenku. “Aku mohon, maafkan aku
Baca selengkapnya
Bab 4 - Keputusan yang Tepat
~Celeste~ Setelah memarkirkan mobil di halaman kampus, aku setengah berlari menuju kantor jurusanku. Suasana kampus sedang sepi karena perkuliahan sudah dimulai. Aku melihat sahabatku melambai-lambaikan tangannya ke arahku. Aku segera mendekatinya. Melihat wajah bahagianya, aku mengerutkan kening. Kemarin Nola masih terlihat berduka karena khawatir tidak akan bisa membayar biaya kuliahnya untuk semester berikutnya. Jadi, dia mulai mencari-cari pekerjaan paruh waktu yang bisa dilamarnya untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarganya sekaligus biaya kuliahnya. Orang tuanya masih mencicil rumah dan kendaraan mereka, karena itu pendapatan bulanan mereka selalu habis untuk kebutuhan sehari-hari dan tagihan kredit. Yang disimpan juga hanya cukup untuk membayar biaya pendidikan Nola dan adik-adiknya. “Terima kasih banyak, Cel.” Dia memeluk aku, lalu melompat-lompat bahagia. Aku terpaksa ikut melompat karenanya. Aku masih bingung dengan apa yang terjadi. “Papa dan mamaku sudah mendapatkan g
Baca selengkapnya
Bab 5 - Aku Tidak Khawatir
Walaupun aku sudah tidak sabar ingin mengerjakan skripsiku, aku tidak bisa segera pulang ke rumah. Papa masih dirawat di rumah sakit. Kakak sedang bekerja, jadi Papa pasti kesepian jika sepanjang hari ini tidak ada yang menemani. Keadaan akan berbeda andai saja Mama masih hidup. Mama sudah meninggal dunia dua tahun yang lalu karena kanker otak yang dideritanya. Kanker itu baru diketahui ketika Mama sudah tidak bisa diselamatkan lagi. Kami berjuang bersama selama hampir enam bulan ketika Mama akhirnya mengembuskan napas yang terakhir. Aku masih sering melihat Papa berwajah sedih saat dia berpikir tidak ada yang sedang melihatnya. Hidup bersama selama dua puluh lima tahun pasti tidak mudah untuk membiasakan diri hidup tanpa pasangan lagi. Karena itu, aku mengerti mengapa Papa sangat berharap bisa mempertahankan restoran miliknya. Restoran itu adalah usahanya dari nol bersama Mama. Mereka memulai dari usaha warung makan kecil yang perlahan menerima katering. Pelanggan semakin banyak da
Baca selengkapnya
Bab 6 - Mengusir Seorang Pengacau
~Jonah~ Semua peserta rapat sudah berada di dalam ruangan ketika aku masuk bersama asistenku. Dia memimpin jalannya rapat dan aku hanya membaca serta mendengarkan laporan dari setiap kegiatan yang kami adakan pada minggu lalu, dan rencana kegiatan yang akan diadakan pada minggu ini. Seharusnya rapat ini kami adakan pada hari Senin, namun karena satu dan lain hal, rapat dibatalkan. Aku segera menolak ketika salah satu dari mereka begitu bersemangat untuk menaikkan target pada minggu ini. Kami mati-matian mengerahkan tenaga dan waktu untuk mencapai target pada minggu lalu. Jika target pada minggu ini dinaikkan, aku tidak bisa membayangkan berapa banyak waktu istirahat yang harus dikorbankan demi satu persen saja. “Pak Jonah benar. Kita bisa stabil memenuhi target pada setiap minggunya sudah sebuah prestasi. Itu saja dahulu yang kita pertahankan. Bila kita semua sudah terbiasa dengan ritmenya dan tidak mengalami kesulitan lagi, kita bisa menaikkan target sebagai percobaan,” kata Fabian
Baca selengkapnya
Bab 7 - Menjaga Diri Sendiri
~Celeste~ Jantungku berdebar-debar saat menyerahkan skripsiku yang sudah utuh tersebut dari bab awal hingga terakhir. Dosen pembimbingku langsung membaca pada bab terakhir yang belum pernah dibacanya sama sekali. Dia mengangguk-anggukkan kepalanya, kemudian tersenyum. Tanganku mulai sakit karena aku meremasnya dengan kuat untuk mengurangi ketegangan yang aku rasakan. Jika aku mendapatkan lampu hijau, maka aku tidak perlu lagi bergelut dengan penelitian yang sudah aku kerjakan selama enam bulan ini. Jujur saja, aku sudah muak membacanya. “Apakah kamu mengubah sesuatu yang sudah aku periksa pada bagian dan bab sebelumnya?” tanya pembimbingku itu. “Tidak, Pak. Semuanya masih sama seperti yang Bapak periksa kemarin,” jawabku yang semakin harap-harap cemas. Dia menganggukkan kepalanya. “Kerja yang bagus,” pujinya dengan senyum di wajahnya. Dia memberikan tanda tangannya pada bagian depan skripsiku tersebut. “Kamu bisa menemui bagian administrasi untuk mengurus jadwal sidang skripsi kam
Baca selengkapnya
Bab 8 - Aku yang Lebih Muda
Tepat pada pukul empat sore, aku menuruni tangga menuju pintu depan. Bu Liana membukakan pintu untukku. Aku keluar rumah bertepatan dengan pintu gerbang dibuka dan sebuah mobil masuk ke halaman rumah kami. Mobil tersebut berhenti tepat di depanku. Seorang pria muda keluar dari sisi pengemudi. Dia menundukkan tubuhnya sedikit kepadaku lalu mengeliling mobil untuk membukakan pintunya untukku. Aku melihat Tante Inggrid melambaikan tangannya kepadaku. Aku segera masuk ke mobil. “Selamat sore, Tante,” sapaku dengan ramah. “Selamat sore. Kamu cantik sekali,” pujinya dengan tulus. “Terima kasih, Tante. Tante jauh lebih cantik.” Aku membalas pujiannya. Dia tertawa kecil. “Aku sudah tidak muda lagi, kecantikanku mana bisa dibandingkan dengan kamu,” ucapnya merendah. “Aku mendengar kabar bahwa Bisma sudah pulang dari rumah sakit, apakah papamu sudah baik-baik saja?” “Sudah, Tante. Papa sedang beristirahat di kamarnya,” jawabku. Dia menganggukkan kepalanya. “Aku senang sekali Jason akhirny
Baca selengkapnya
Bab 9 - Calon Istri yang Tepat
~Jonah~ “Jason belum pulang, Raihan?” tanya Bunda kepada kepala pelayan rumah kami. “Belum, Nyonya,” jawab pria itu dengan sopan. Bunda melihat ke arah Ayah. Setahuku, Jason berencana mengurus perjanjian dengan rekan bisnis Ayah untuk satu hari saja. Namun yang ada di ruang makan pada pagi harinya hanya Ayah dan Bunda. Itu artinya dia telah membatalkan kepulangannya semalam. Kali ini dia akan tinggal lebih lama untuk berapa hari? Aku tahu apa yang dia lakukan di luar sana setiap kali menunda kepulangannya saat melakukan perjalanan bisnis. Dia menghabiskan malam bersama seorang perempuan yang telah menarik perhatiannya di kota tersebut. Semakin lama dia tinggal di sana, maka semakin memuaskan wanita itu dalam melayaninya di tempat tidur. Jason sangat pintar menutupi hobi buruknya. Dia akan menggunakan waktunya pada siang dan sore hari dengan bermain golf, makan siang, atau minum kopi bersama dengan rekan bisnis yang ditemuinya sehingga Ayah tidak mencurigai motif utamanya tinggal l
Baca selengkapnya
Bab 10 - Aku Hanya Bicara Jujur
~Celeste~ Makanan pesanan kami datang, Tante Inggrid yang mendominasi pembicaraan. Dia menceritakan kegiatan sehari-harinya sebagai seorang istri. Aktivitasnya lumayan padat dengan berbagai kegiatan di luar rumah. Aku berharap bahwa aku tidak perlu melakukan semua itu. Aku belum tahu apa yang menjadi tugasku nanti sebagai istri Jason. Dari cara Tante Inggrid memilih momen ini untuk menceritakan mengenai kegiatannya, sepertinya apa yang menjadi tanggung jawabku tidak akan jauh berbeda dengan itu. “Yang kamu dengar itu belum seberapa. Masih ada banyak lagi aktivitas lain yang Bunda kerjakan di luar sana,” timpal Jonah. Tante Inggrid yang baru menerima kartu kreditnya kembali dari pelayan hanya tersenyum. “Kamu akan terkejut bagaimana Bunda masih bisa mengomeli aku pada malam hari setelah mengerjakan semua hal yang melelahkan itu.” “Kira-kira seperti inilah percakapan kami di rumah nanti. Jadi kamu tidak akan terkejut lagi.” Tante tersenyum penuh arti. Melihat layar ponselnya menyala
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status