Share

6. Lamaran Dela

Mobil Saga menembus keheningan malam. Dalam perjalanan pulang, otak pria itu selalu tertuju pada Nayra. Penolakan demi penolakan yang gadis itu lakukan kian membuat Saga berhasrat untuk menaklukkannya.

 

Saga menggeleng cepat. Dia menampik jika tengah jatuh cinta pada Nayra. Tidak! Saga hanya ingin memiliki anak dan melindungi gadis baik itu. 

 

Bagi Saga cintanya tetap tersaji hanya untuk Dela. Sampai kapan pun Dela adalah wanita nomor satu di hatinya setelah sang Ibu. Terlampau besar cintanya pada Dela membuat Saga selalu memanjakan wanita itu.

 

Mobil Saga telah memasuki pekarangan rumah. Matanya memincing kala melihat mobil Dela sudah terparkir rapi di garasi. Tumben. Namun, ia tetap merasa senang juga. Karena tidak akan lagi kesepian.

 

Setengah berlari Saga menaiki anak tangga. Ketika dia membuka pintu, tampak sang istri tengah duduk di depan meja rias. Dela tengah melakukan ritual malamnya, yakni membersihkan wajah untuk kemudian memakai aneka cream yang tidak dipahami oleh Saga.

 

"Lembur?" tanya Dela tanpa menoleh. Wanita itu cukup menatap sang suami lewat pantulan cermin.

 

Saga menggeleng lemah. Dia menaruh tas kerjanya pada bufet minimalis dalam kamar. "Aku habis nolongin Nayra tadi," jujurnya sembari melepas ikatan dasi yang terasa sedikit menyekik leher. Dia menjatuhkan tubuhnya pada tepi ranjang.

 

Dela yang tengah mengoles serum wajah tertegun mendengar pengakuan sang suami. Wanita bergaun tidur putih itu balik badan. "Nayra ... gadis pelayan di rumah makan favoritmu?" tebaknya lupa-lupa ingat. Jadwal yang padat membuat Dela tidak begitu memedulikan hal-hal yang menurutnya dianggap receh.

 

"Ya," jawab Saga santai. Dia kini tengah membuka kancing-kancing kemeja kantornya. "Dan pilihanku jatuh pada gadis itu."

 

"Maksudnya?" Dahi Dela melipat bingung.

 

"Dia yang akan kusewa rahimnya untuk melahirkan anakku."

 

"Oh." Dela menyahut cuek. Wanita itu kembali menghadap cermin rias. "Hanya setahun kan kamu menyewa rahimnya?" Kini Dela mengoles krim malam pada wajahnya, lalu memijatnya pelan.

 

Saga bergeming. Alasan Nayra menolaknya kembali terngiang. "Eum ... aku mandi dulu," pamit Saga tanpa mau menjawab pertanyaan Dela barusan. Dia bangkit berdiri.

 

Lelaki itu menarik gagang pintu kamar mandi. Sesampainya di bilik berkaca dia menyalakan shower. Air hangat dari water heater sedikit banyak mengurangi sakit kepala dan kelelahan yang mendera. 

 

Saga tidak perlu berlama-lama untuk membersihkan badan. Keinginannya untuk berbicara serius dengan Dela lekas membuatnya keluar kamar mandi. Dela sendiri tampak sudah siap menunggunya. Wanita itu tengah berselancar di dunia maya.

 

"Aku akan menikahi Nayra, Del," izin Saga tanpa basa-basi. Dia menarik sebuah kaos oblong yang nyaman untuk tidur. Lelaki itu lalu merangkak menyusul sang istri yang sudah duduk santai di ranjang.

 

"Kamu sudah bilang tadi." Dela menyahut santai. Gadget mahalnya ia taruh begitu saja di nakas. "Hanya setahun kan?" Dia menatap lekat sang suami.

 

Saga menggeleng pelan.

 

Dela ternganga. "Selamanya? Kamu berniat menduakan aku?" cecar Dela mulai tidak terima.

 

"Bukan begitu," sangkal Saga tampak frustrasi. "Nayra menolak dinikahi dengan batasan waktu. Karena nikah kontrak itu ternyata dilarang agama."

 

"Yodah cari wanita lain aja yang mau," usul Dela kembali santai. Wanita itu merebahkan badan dan bersiap menarik selimut.

 

"Dela nikah kontrak itu dilarang agama." Saga menegaskan kembali ucapannya.

 

"Jadi mau kamu apa?" Dela bangkit kembali.

 

"Nayra akan tetap kunikahi tanpa ada kontrak," putus Saga bulat.

 

Dela menatap sang suami tajam. "Jadi kamu benar-benar sudah tertawan pada gadis yang pernah nolongin kamu itu?"

 

Saga menggeleng tegas. Dia membingkai paras isterinya yang selalu terlihat cantik. "Cintaku hanya untuk kamu selamanya. Andai kamu mau membatalkan semua kontrak itu, aku gak akan perlu susah-susah menyewa rahim wanita lain."

 

Dela langsung melepas pegangan tangan Saga dari rahangnya. "Aku gak bisa." Dia menegas.

 

"Ya sudah kalo begitu biarkan aku menikahi Nayra." Saga kembali meminta izin.

 

Dela membuang muka. Dia bergeming. Wanita itu galau. Di satu sisi dia sangat takut kariernya terhambat jika punya anak. Namun, di lain pihak ada semacam rasa takut bila suaminya menikah lagi.

 

"Istri sahku tetap kamu. Nayra tidak lebih dari sekedar simpananku saja." Sebenarnya Saga tidak tega saat mengucap kalimat tersebut. Dia bukanlah pria yang jahat. Namun, dirinya perlu meyakinkan sang istri. "Aku tahu Nayra gadis yang baik dan penurut. Makanya aku gak ragu menjatuhkan pilihan pada gadis itu untuk melahirkan penerusku," terang Saga terus membujuk.

 

Bujukan itu membuat hati Dela luluh. "Kapan kamu akan nikahi gadis itu?" Dia bertanya lesu. Sejujurnya mana ada wanita yang sudi cinta dan perhatian suaminya terbagi. Namun, demi kariernya yang tengah cemerlang, Dela harus mengalah. Bukankah hidup harus memilih.

 

Saga tersenyum mendengar keputusan Dela. "Secepatnya." Lelaki itu merengkuh sang istri. Diciumnya dahi Dela dengan lembut. "Tapi, aku butuh bantuanmu untuk meyakinkan gadis itu dan keluarganya."

 

Dela mendesah malas. "Ya sudah ... akhir pekan aku ada waktu."

 

Lagi-lagi senyum Saga terkembang. "Makasih banyak, Sayang." Dikecupnya lembut bibir sang istri.

 

*

Sudah empat hari Nayra dan keluarganya tinggal di hotel. Selama empat hari pula lelaki itu belum juga menghubungi Nayra kembali. Padahal Nayra ingin sekali mengucapkan terima kasih. 

 

Berkat uang yang diberikan oleh Saga, gadis itu sanggup membayar ganti rugi mobilnya Rian. Nayra juga mampu membayar buku-buku kuliah Davi. 

 

Ada semacam perasaan aneh yang mengganjal hati. Rasa rindu yang sulit untuk ia sangkal. Apalagi sudah tiga malam terakhir Nayra memimpikan Saga. 

 

Sebenarnya gadis itu ingin menghubungi Saga terlebih dulu. Namun, rasa segan membuatnya memilih untuk mengurungkan niat. Nayra lebih memilih untuk meredam gejolak rindu yang tidak biasa ini. 

 

Setelah seharian bekerja, tiba saatnya untuk pulang. Nayra melangkah lesu keluar rumah makan. Ketika hendak menuju halte tiba-tiba sebuah mobil berhenti di depannya.

 

Nayra hapal mobil hitam metalik jenis SUV tersebut. Itu mobilnya Saga. Benar saja ketika jendela mobil dibuka, sosok Saga melempar senyum manis untuknya. 

 

Nayra agak terkesiap melihat sosok wanita yang duduk di samping Saga. Dela istri Saga membuka kaca mata hitamnya yang mewah. Wanita itu tersenyum tipis pada Nayra.

 

"Masuk, Nay!" ajak Saga masih di belakang stir. "Ayok!" suruhnya ketika melihat Nayra tampak ragu.

 

Nayra membuka pintu. Gadis itu duduk tepat di belakang Dela. Rasa canggung langsung menyergap jiwanya.

 

"Kami datang untuk meminangmu."

 

Ucapan spontan dari Dela membuat Nayra tersentak. "Maksud Mbak Dela apa?" Dia memberanikan diri untuk bertanya.

 

Dengan gayanya yang anggun, Dela menghadap calon adik madunya. "Memang Saga gak cerita kalo dia ingin menyewa rahimmu untuk calon anaknya?" tanya Dela datar.

 

"Su-sudah sih."

 

"Kamu menyetujuinya kan?"

 

"Mbak Dela aku gak mau--"

 

"Kurang duitnya?" sela Dela terdengar merendahkan.

 

"Bukan itu."

 

"Lantas?" Dela menaikkan kaca matanya. Menjadikan bando di kepala. "Aku merestui Saga menikahi kalian. Aku merestui kamu melahirkan anak-anaknya Saga," jelas Dela santai. Wanita itu kembali menghadap jalanan.

 

"Anak-anak?" Nayra mengernyit.

 

"Ya ... itu artinya tidak ada pernikahan kontrak di antara kalian. Kalian akan menikah dengan sah secara agama," balas Dela masih tanpa menghadap Nayra, "jadi tolong jangan buat semuanya menjadi rumit. Toh kamu juga sangat membutuhkan uang kan?"

 

Nayra bergeming mendengar penjelasan bernada perintah itu. Ketika matanya tertuju pada spion dalam, tampak Saga memberikan anggukan pada gadis itu.

 

Dua puluh menit berlalu. Mereka tiba di hotel tempat Nayra menginap. Nenek dan Davi agak terkejut melihat kedatangan Saga bersama sang istri.

 

"Kedatangan saya dan Saga adalah untuk meminang cucu nenek," ungkap Dela langsung tanpa basa-basi. Wanita itu sangat menghargai waktu. Tidak ada basa-basi dalam kamus hidupnya.

 

Nenek terbisu. Dirinya cukup tercengang. Baru kali ini dia mendengar ada seorang istri yang melamar gadis untuk suaminya. Lansia itu menatap sang cucu yang terlihat galau.

 

"Kenapa kamu bisa mengizinkan suamimu menikah lagi?" tanya Nenek serius.

 

Dela tersenyum tipis. "Mencintai itu adalah berbagi kebahagiaan. Dan karena saya mencintai suami, makanya saya izinkan dia untuk menjemput kebahagiaannya," papar Dela terdengar bijak.

 

Nenek termangu mendengarnya. Istri Saga tampak bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Sementara ketulusan juga terpancar dari wajah Saga.

 

"Nayra yang akan menjalani, jadi keputusan ada di tangan dia," balas nenek sambil menggenggam erat jemari sang cucu.

 

"Nenek aku bingung." Gadis itu menunduk lesu.

 

"Jika istri pertama memberi izin maka nenek pun akan memberikan restu untukmu, Nay." 

 

Wanita tua itu mengelus pundak cucunya. Dirinya memahami kegalauan hati Nayra. Apalagi dirinya sempat mewanti-wanti agar tidak merusak pager ayu orang lain. Namun, justru istri Saga sendiri yang melamar Nayra untuk suaminya.

 

"Nayra." Saga memanggil gadis yang masih tertunduk bingung. "Bersedia kah kamu menjadi istriku," lamarnya ketika Nayra sudah balas menatapnya.

 

Nayra menatap manik hitam itu. Pancaran keteduhan pada telaga itu membuat Nayra merasa damai. Lalu ketika melihat senyum simpul dari Saga, hati Nayra mulai tertawan.

 

"Nayra, mau kah kamu menjadi istriku?" 

 

Pengulangan tulus dari Saga membuat dada Nayra tergetar. Nayra menyerah. Dia telah luluh pada pesona Saga.

 

"Ya ... aku bersedia," ucapnya mantap walau terdengar lirih.

 

Next

 

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Samisah Salim
makin seru ni
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status