Sudah dua jam Riri mengerjakan tugasnya sebagai cleaning service sementara di Indomaret pun akhirnya selesai. Dia pergi dengan rasa kesal dalam hatinya. Sebab, mereka memperlakukannya seperti seorang pembantu saja, tapi selama dia bekerja tadi, mereka malah asik mengambil photonya. Kesempatan, batinnya."Sekarang, tugasku mencari dimana keberadaan Aulia."Dia menelusuri setiap jalan sembari bertanya kepada orang-orang di sekitar situ, dengan menyebutkan ciri-ciri Mischa kepada mereka. Seseorang mengatakan kalau gadis itu berlari ke arah pantai. Saat dia bertanya apakah terjadi sesuatu pada Mischa, ternyata gadis itu baik-baik saja, hanya saja katanya Mischa menangis seorang diri di sana.Dengan cepat dia pun berlari ke arah pantai. Tidak peduli bagaimana rasa laparnya saat ini, yang terpenting adalah keselamatan gadis itu. Tak lama kemudian, dia pun akhirnya sampai. Dia melihat seorang gadis tengah duduk di pinggir pantai."Kenapa? Kenapa aku harus merasakan itu semua?"Dia terus mera
Pukul tujuh tujuh tepat Reyna sudah selesai memakai dress dengan lengan pendek berwarna biru dongker. Dia membentuk rambutnya yang lurus panjang berbentuk kuncir kuda. Terlihat cantik dan mempesona. Tanpa dia sadari seseorang telah memperhatikannya dari balik pintu. Dia terkejut saat mengetahui kalau orang yang sedang mengintipnya itu adalah Mama Rhima.“Ngapain Mama disitu?” Tanya Reyna dari pantulan kaca yang memperlihatkan tubuh wanita paruh baya itu tengah tersenyum padanya.“Wah, putri Mama tumben nih memakai dress. Mau kemana? Biasanya putri Mama ini hanya sibuk dengan pekerjaannya. Dulu, sepertinya masih Mama ingat dengan ucapanmu itu.”Mama Rhima tersenyum sambil membuka suara dengan nada mengejek kepada Reyna, “Aku tidak suka menghabiskan waktu begitu saja. Sia-sia jika aku keluar. Nah, sekarang kayaknya putri Mama ini tidak lupa 'kan dengan ucapannya dulu?”“Apaan sih, Ma. Serba salah semua sama Mama. Mau Reyna menurut, mau Reyna berontak, Mama selalu saja komen. Tidak bisak
Beberapa hari ini, Suga terus saja meminta Rina mampir sama jam delapan malam. Entah apa maksud dan tujuan Suga, yang pasti Rina benar-benar tidak paham. Padahal, ketika Rina sampai ke Apartemen pria itu tidak banyak yang dia lakukan, kecuali bertindak sebagai pembantu rumah tangga.Suga bahkan tidak memandangnya kali ini sebagai calon istrinya, seperti pria itu melupakan status mereka jika saling bertemu. Tentu saja ini bukan hanyalah mitos semata saja, semua fakta kalau pria itu tidak pernah mengerti apa yang dia inginkan dalam hubungan mereka.Tentu baginya sebuah hubungan itu hanya main-main saja, sehingga dia tidak perlu menghargai kehadiran Rina disisinya.Ah, jika mengingat sikap Suga, Rina selalu menyesal telah memberikan pelayanan terbaiknya. Andai saja, dia bisa berbuat tega dengan membiarkan Suga bekerja sendiri. Namun apa daya ancaman Suga padanya tentang keburukan ayahnya masih terngiang-ngiang dalam kepalanya. Laporan pria itu terhadap ayahnya adalah hal yang paling mena
Dua orang pasien seminggu yang lalu telah dibawa ke rumah sakit ternama di seluruh Indonesia dan sekarang mereka telah ditangani dengan baik. Nama rumah sakit itu adalah Santosa Hospital Bandung Central. Salah satu rumah sakit ternama yang berada di bawah kekuasaan Tuan Rey. Rumah sakit itu terkenal karena fasilitas yang sudah memadai sehingga banyak pasien yang datang ke rumah sakit itu dapat diselamatkan dengan cepat dan angka kematian juga di rumah sakit itu rentan sedikit. Dengan diisi oleh dokter-dokter spesialis yang sudah profesional.Dua orang pasien itu adalah Tuan Rey dan Aulia Aurorencia. Mereka akhirnya bisa diselamatkan dengan tepat waktu. Andai saja Aulia tidak ditangani segera, mungkin gadis itu sudah tiada. Dia mengalami pendarahan yang hebat dan dia juga telah menjalani operasi pada bagian punggungnya agar kembali mulus seperti semula. Kabar tentang kasus penculikan yang dilakukan oleh Guntur terhadap mereka telah terkabar di berita dan di sosial media. Orang yang
“Aku ingin menemui Aulia sekarang juga,” ujar Tuan Rey. Dia sendiri ingin sekali bertemu dengan gadis itu. Dia mulai terpikirkan bahwasanya setiap wanita itu sikapnya tidaklah sama.Dia sangat bosan melihat Novan, karena seharian dia terus melihat wajah itu. Dia ingin tahu bagaimana sekarang kondisi gadis itu.Dengan segala persyaratan yang diajukan oleh Novan padanya sudah dia turuti agar pria itu mengizinkannya untuk pergi melihat kondisi Aulia, namun sepertinya Novan masih terus membohonginya. Sampai saat itupun, dia masih tetap tidak diizinkan untuk beranjak dari ranjang.Dengan alasan bahwa Tuan Rey belum sepenuhnya pulih dari sakitnya.Tuan Rey juga tidak perlu mengkhawatirkan perusahaannya, karena sekretaris Dion bisa menanganinya.Sesekali sekretaris Dion pasti datang ke perusahaan itu seraya untuk melihat-lihat perkembangan perusahaan Sinopec Grup.“Tuan. Makanlah! Sudah waktunya Tuan untuk makan,” ucap Novan seraya menyuapi pria yang sedari tadi berontak tidak ingin makan.“
Sekretaris Dion menepuk jidatnya ke dinding dengan keras, sehingga darah merah segar keluar dari keningnya. Betapa bodohnya aku. Mengapa aku sampai lupa menyuruh beberapa anak buahku untuk menjaga Nona Aulia dengan ketat. Ya, Tuhan... dimana sekarang gadis itu?Sekretaris Dion lupa menyuruh beberapa anak buahnya untuk menjaga Aulia. Dia pikir Aulia tidak akan diculik lagi, dan ternyata dugaannya salah. Baru kali ini sekretaris Dion ceroboh dalam melakukan sebuah pekerjaan. Seseorang telah memanfaatkan waktunya saat dia pergi tadi pagi ke kantor.Jika terjadi sesuatu pada gadis itu, pasti Tuan Rey akan marah dan menjadi syok. Ditambah, kondisi Tuan masih belum pulih sepenuhnya.Sekretaris Dion pun menghubungi Novan. Dia harus memberitahu pria itu secepatnya, meski jarak kamar itu hanya bersebelahan saja. Dia memilih untuk tidak datang langsung, karena takut jika Tuan Rey mendengar bahwa Aulia hilang lagi. Pasti Tuan Rey tidak akan bisa mendengarnya. Jadi, dia harus pandai menutupi
"Mis... tidak perlu mengambilkan aku air. Aku hanya merasa perutku terasa sakit. Nanti juga mendingan kok. Kamu tidak perlu khawatir, ya... aku baik-baik saja.""Apa kamu serius, Ri?" tanya Mischa. Dia masih khawatir dengan keadaan gadis itu. Namun saat gadis itu mengatakan kalau dirinya baik-baik saja, hatinya mulai tenang."Aku harus pergi sekarang, Mis... aku masih punya pekerjaan lain. Ntar Tuan Dion marah lagi padaku," ucap Riri keceplosan. Dia langsung menutup mulutnya saat dirinya sadar akan kehadiran Mischa itu."Ma-maaf, Miss... aku tidak sengaja. Aku tidak tahu kalau perkataanku ini malah menyinggung perasaanmu," ucap Riri sambil memegang tangan Mischa. Mengelusnya pelan dan menyunggingkan senyum tipis padanya. "Kau tidak perlu sedih! Masih banyak pria yang mau samamu. Kau 'kan cantik. Apalagi senyummu begitu memukau, aku saja sebagai seorang gadis sampai tertarik padamu," goda Riri, seraya menghibur Mischa.Air mata gadis itu kini keluar dari pelupuk matanya dan meneteskan
"Apa? Aulia meninggal lagi katamu?" ucap Rina terperangah kaget, saat sopir pribadinya mengatakan kalau Aulia telah meninggal. Aulia yang selalu dia nanti-nantikan kepulangannya, sekarang terkabar kalau sahabanya itu sudah meninggal.Sambungan telepon itu langsung mati, karena terjatuh dari tangan Rina yang bergetar. Hatinya begitu teriris saat mengetahui kabar sahabatnya itu. Dia tidak habis pikir kalau Aulia sampai mengalami tragedi kecelakaan hingga membuat Aulia meninggal dunia.Tidak! Tidak mungkin Aulia mati. Aulia masih hidup. Itu semua bohong! Berita palsu!Dia segera mematikan televisi setelah menyaksikan sendiri berita mengenai sahabatnya itu. Hatinya begitu hancur, hatinya terasa sesak, napasnya memburu dan keringatnya bercucuran deras, tapi bulu kuduknya berdiri."Ini pasti salah! Berita ini salah! Aulia tidak mungkin secepat itu pergi meninggalkanku. Aku tahu Aulia itu gadis yang kuat. Jadi, tidak mungkin dia pergi begitu saja."Dia menjerit kuat di dalam ruangan itu hing