Dia memindahkan setengah penghasilan perusahaan Pertamina, lalu dia juga memotong gaji seluruh pekerja di Pertamina dengan alasan mereka telah melakukan kesalahan.Tuan Guntur juga sudah banyak memecat para karyawan yang berani menentang peraturannya. Dia juga bersikap tidak baik kepada karyawan dan semena-mena kepada karyawannya. Menyuruh sekretarisnya dengan paksa agar bekerja lebih keras lagi. Mereka juga dipaksa bekerja lembur malam tanpa ada tambahan gaji yang didapat. Hal itu membuat karyawan perusahaan itu marah dan memberontak.Pada saat mereka memberontak, mereka dilenyapkan secara diam-diam. Tuan Guntur mengubur semua mayat itu di belakang gedung Pertamina. Di sana tersedia sebuah sumur yang dalam. Mereka dibuang ke sana.”Host itu merinding mendengarnya, meskipun dia sudah lama kenal dengan Guntur, dia tidak pernah tau soal itu. Lalu dia menoleh ke arah Guntur, “Apakah yang dikatakan sekretaris Dion ini benar, Tuan?”“Tidak! Itu tidak benar.” Guntur membantah semua bukti yan
Rina hanya bisa menghela napas. Bagaimana tidak, baru pukul enam pagi dia harus hadir di sebuah rumah besar milik ayahnya itu. Perlahan matanya mengelilingi tiap sudut rumah itu. Rumah yang begitu mewah tapi... apakah rumah ini juga hasil dari perbuatan ayah? Apakah ayah juga berbuat demikian? Tidak! Aku tidak boleh terpengaruh oleh perkataan pria aneh itu. Dia pasti berbohong!Selain enggan bertemu Suga, dia tidak bisa bangun siang, rasanya sungguh memuakkan, tetapi Rina tidak bisa berbuat apa-apa. Pria itu selalu mengancamnya akan melaporkan semuanya kepada ayahnya atas semua perbuatannya selama ini kepada Suga, meskipun ucapan pria itu mulai berkuasa dalam benaknya, ingin mencari tau apakah semua ucapan pria itu benar. Flashdisk itu. Dia tidak akan percaya hanya melihat flashdisk itu. Bisa saja Suga menyuruh seseorang untuknya. Zaman sekarang tidak ada yang tidak bisa dilakukan selain kita kaya, memiliki banyak uang.Rina berpikir bahwa semua bisa berjalan di atas kendalinya, namu
Pujian dan dukungan dari warganet adalah napas kehidupan baginya, sehingga bukan kebetulan jika dia berbicara tentang pernikahan yang akan datang dengan gaya profesional yang membuat ibunya tersinggung.Sekarang Ronald mengulaskan senyumannya yang paling memukau. "Mama, aku heran bisa-bisanya kau memarahiku sementara kau sendirilah yang mengusulkan penyatuan itu.""Well, harus ada orang yang mengurus pernikahan secara patut di kelurga ini. Saat aku memikirkan bujang lapuk konyol di Paris Hotel itu, yang bertunangan dengan pengurus rumah tangganya—""Kuduga yang kau maksud dengan 'bujang lapuk konyol' itu adalah Paman Lukman Sardi, artis senior sebelum aku, Count Bella, kepala keluarga kita," sahut Ronald masam."Menjadi seorang count tidak bisa menghalanginya menjadi bujang lapuk konyol," balas Laudya Chintya Bella. "Dan menjadi ahli warisnya juga tidak menghalangi Lambok untuk menjadi bujang ingusan konyol, yang berniat menikahi seorang perempuan Arab—""Tapi Dolpine Alexander berasal
"Bapak bisa juga marah. Setelah ini, Bapak masih mau menggoda saya?" "Iya, mungkin. Sebab kamu calon istriku, jadi kamu berhak untuk melihat kegantenganku ini.""Ganteng apanya?"Kedua mata Suga sempat memicing, tetapi kini berangsur menegakkan badan pada sikap duduknya."Aku..." Suga tidak melanjutkan perkataannya. "Ah! kamu nggak usah kege-eran. Kamu terlanjur mengetahui wajahnya, jadi buat apa lagi?""Oh gitu? Iya sih, tapi aku bakal lebih hapal sama wajah Bapak, lho saya ini penghapal paling hebat.""Sekretaris Rina, bisakah kau memulai tugasmu? Menyiapkan keperluanku dan memeriksa jadwal hari ini dari Belinda? Daripada bertanya enggak perlu?""O-oh... ba-baik, Pak."Suga menunjuk sebuah ruang. "Ruang pakaian ada di sana. Di samping itu kantor pribadiku di Apartemen ini.""Di Apartemen ini? Bapak punya rumah lagi?"Suga menatap Rina dengan nanar. "Aku ini kaya, rumahku nggak hanya satu. Dan bisakah kamu bergerak, Nona jelek dan kampungan?""Je-jelek? Aaah! ish... sabar!" Gadis ca
“Tuan, cepat sadar,” harap dari seorang gadis yang cintanya ditolak mentah-mentah oleh sekretaris Dion. Mengapa dia tega, dia tidak tau, yang dia tau adalah pria itu tidak menyukainya apalagi untuk mencintainya. Mustahil!“Nona, Nona Mischa, istirahat dulu. Biar Bibi yang gantikan. Kamu tidur saja sana! Kasihan itu lingkar mata kamu jadi menghitam, apa kamu mau? 'Kan kamu masih gadis... Ntar, tidak ada loh yang suka sama kamu,” bujuk Bi Atun. Gadis itu duduk di samping sekretaris Dion mulai jam 07:00 hingga tengah malam dia selalu menemani sekretaris Dion yang tak kunjung-kunjung bangun. Dia khawatir. Mengapa semua itu bisa terjadi. Kata Bi Atun dia nggak apa-apa. Selang beberapa jam, pria itu demam tinggi, sehingga membuat fungsi otaknya berkurang dan membuat pria itu sulit untuk membuka mata, karena dia masih larut dalam mimpinya. Penyakit itu memang langka. Baru kali ini Mischa mengetahui jenis penyakit yang seperti itu. Selama ini dia kemana?Dia duduk di samping ranjang sekreta
"Aulia, tidak usah khawatirkan aku." ucap seorang pria yang disiksa oleh penjahat itu. Mereka tertawa bersama saat melihat pria yang mereka siksa itu merasa babak belur di bagian mukanya dan juga seluruh tubuhnya. Tidak henti-hentinya mereka menyiksa Tuan Rey. Dalam keadaan mata masih tertutup, dia pasrah menahan semua rasa sakit yang telah dia terima dari siksaan pria yang terus-menerus menyiksanya. Memukulinya, menendangnya, menjambak rambutnya, menggores besi panas yang sudah dipanaskan di atas api, lalu mulai mendekatkan besi panas itu ke bagian kakinya. Terasa sakit, panas dan perih. Itulah yang dia rasakan saat ini.“Aww... Ahhh... Sakit... Panas.... Hentikan itu, hentikan!” teriak pria itu dengan memberontak sekuat tenaga agar dia bisa lepas. Tapi sayang, tali yang mengikat dirinya ini jauh lebih kuat dibandingkan dengan kekuatannya. Diah hampir putus asa karena dari tadi dia hanya berusaha melepaskan dirinya, tetap saja gagal. Seluruh tubuhnya menjadi incaran pria itu, karena
"Mischa, Tunggu! Aku tidak akan berhenti mengikutimu. Tolong jangan pergi!" ucap Novan sambil berlari mengejar Mischa yang hampir melewati pintu keluar. "Mischa aku mohon—"Bunyi ponsel Novan menghentikan langkahnya untuk mengejar Mischa yang kini gadis itu telah menghilang dari pandangannya. 'Ketua Black Dragon' Novan mengangkatnya, "Halo, gimana? Apa kalian sudah menemukan dimana keberadaan Tuan Rey saat ini?""Iya, Tuan." ~ Ketua Black Dragon.Sontak saja Novan cepat-cepat mematikan teleponnya saat Ketua Black Dragon itu memberitahu dimana keberadaan Tuan Rey sekarang. Novan menyetir dengan kecepatan di atas rata-rata. Soal Mischa, nanti dia bisa mengurusnya.Mischa, maafkan aku. Aku tidak bisa mengejarmu sekarang. Sebab, aku masih punya urusan lain, jika nanti aku telah menyelesaikannya, aku akan mencarimu lagi. Semoga kau baik-baik saja Mischa, batin Novan, seraya air matanya jatuh. Dia tidak bisa menghindar. Keselamatan Tuan Rey lebih penting dari siapapun.***"Reyna!" bentak M
Seorang gadis berparas cantik dengan rambut bop telah mengikuti seseorang dari jauh, dia bahkan mengendap-endap agar dia tidak ketahuan. Napasnya yang sudah memburu akibat dari tadi dia setengah berlari mengikutinya. "Kemana gadis ini akan pergi?" gumamnya, dia terus mengikuti gadis itu kemanapun gadis itu pergi.Tiba-tiba gadis itu menghilang dari pandangannya, dia melihat sekeliling tempat itu tidak ada di sana. Karena hari ini siang bolong, jadi debu berterbangan di mana-mana. Dia terus mencari gadis itu hingga akhirnya dia kembali berhasil menemukannya. Dia terus mengikutinya, jangan sampai dia kehilangan jejak seperti tadi.Terus melangkahkan kakinya cepat mengikuti gadis itu hingga akhirnya gadis itu pun menaiki sebuah taxi. Dengan cepat-cepat dia melambaikan tangannya ke sebuah taxi yang hampir melewatinya. "Pak... Pak..." Teriaknya memanggil taxi itu.Taxi itu pun berhenti, lalu dia dengan segera memasukinya dan menyuruh seorang sopir yang sedang fokus menyetir agar mempercep