Beranda / Romansa / Menikah Dengan Keponakan / 4. Gadis yang Merepotkan

Share

4. Gadis yang Merepotkan

Penulis: Aeris Park
last update Terakhir Diperbarui: 2022-08-02 15:56:53

Brian menarik napas panjang, berusaha meredam amarahnya agar tidak memaki Leon karena membuat wajahnya lengket.

"Mau pergi ke mana kamu?" tanya Brian karena Leon tiba-tiba berdiri.

Leon berjalan dengan cepat menghampiri Aeris dan Daniel mengabaikan pertanyaan Brian karena tantenya itu sudah sangat mabuk hingga tidak menyadari jika Daniel berbuat kurang ajar.

"Singkirkan tangan kotormu itu darinya." Leon menahan tangan Daniel yang ingin menyentuh Aeris, kedua matanya menatap Daniel tajam.

"Memangnya siapa kamu?"

"Aku keponakannya."

Daniel malah tertawa. "Kamu pikir aku percaya? Mana mungkin Aeris punya keponakan yang sudah besar seperti kamu. Sebaiknya kamu cari wanita lain karena malam ini dia milikku."

Daniel menarik tubuh Aeris ke dalam dekapan, lalu mengecup pipi gadis itu singkat.

Wajah Leon mengeras, rahangnya pun mengatup rapat. Leon sangat membenci lelaki hidung belang yang suka merendahkan wanita.

Bugh!

Leon melayangkan sebuah pukulan tepat di pipi Daniel hingga membuat lelaki itu jatuh tersungkur. Dia segera meraih tubuh Aeris dalam dekapan agar tidak ikut jatuh.

"Sudah aku bilang kalau dia tanteku," tandasnya terdengar dingin.

Daniel mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Pipi kanannya terasa nyeri karena pukulan Leon sangat keras. Keributan yang terjadi di antara mereka berhasil menarik perhatian pengunjung kelab hingga berkumpul mengelilingi mereka.

"Ada apa ini? Astaga, Aeris?!" pekik Anne saat melihat Aeris tidak sadarkan diri dalam gendongan Leon.

"Jadi kamu yang membawa tante Aeris ke sini?"

Anne melirik Leon dengan takut-takut karena keponakan Aeris itu terlihat sangat menyeramkan saat marah.

"Bilang ke Si Berengsek itu kalau aku memang keponakan tante Aeris."

Daniel sontak menatap Anne, meminta penjelasan.

"Di-dia memang keponakan Aeris," ucap Anne takut-takut.

Daniel tercengang mendengar ucapan Anne barusan. Ternyata Leon berkata jujur jika Aeris adalah tantenya.

Leon membetulkan posisi Aeris dalam gendongannya. "Minggir!" perintahnya agar pengunjung kelab memberi jalan. Dia akan mengantar gadis itu pulang.

"Tante ...?" gumam Brian saat punggung Leon sudah menjauh dari pandangannya. Dia baru tahu jika Leon memiliki tante yang terlihat lebih muda darinya.

"Dasar merepotkan," gumam Leon sambil mendudukkan Aeris di kursi samping kemudi. Tanpa sadar dia menelan ludah saat melihat penampilan Aeris. Pantas saja Daniel ingin sekali menyeret Aeris ke ranjang karena tantenya itu terlihat sangat seksi malam ini.

Leon berani bersumpah, Aeris pasti bisa membangkitkan gairah siapa pun lelaki yang melihatnya. Dia pun melepas jas yang dipakainya untuk menutupi tubuh Aeris.

"Papa jangan, Aeris takut. Jangan, Pa ...."

Leon menatap Aeris dengan lekat. Air mata menetes dari sudut mata gadis itu. Apa Aeris sedang mimpi buruk?

Entahlah, Leon tidak tahu. Lebih baik dia segera mengantar Aeris pulang.

"Berapa nomor kunci apartemen, Tante?" tanya Leon saat tiba di apartemen Aeris.

Aeris malah memejamkan kedua matanya erat-erat karena kepalanya terasa pusing. Pikiran gadis itu mendadak kosong. Aeris lupa berapa nomor kunci apartemennya.

"Berapa, Tante?" desah Leon tidak sabar karena Aeris tidak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Aku tidak tahu." Aeris menyingkirkan tangan Leon dari bahunya, lalu meringkuk di depan pintu seperti anak kucing.

Leon mengehela napas panjang. Akhirnya dia menekan sembarang angka karena tidak tega membiarkan Aeris tidur di luar. "Satu, empat, delapan, lima."

Klik.

Leon tercengang karena pintu di hadapannya terbuka saat dia menekan tanggal ketika dia bertemu dengan Alea untuk pertama kalinya. Semua ini mungkin hanya kebetulan. Leon pun berjongkok, tangan kirinya terulur mengguncang bahu Aeris pelan.

"Tante, bangun!"

Aeris malah meracau tidak jelas. Dia tidak kuat berdiri karena kepalanya semakin terasa berat.

Helaan napas panjang kembali lolos dari bibie Leon. Akhirnyaa dia membantu Aeris masuk ke apartemen karena tidak mempunyai pilihan lain.

Aroma apel manis seketika menyeruak di indra penciuman Leon saat memasuki apartemen Aeris yang dindingnya didominasi cat berwarna putih. Sebuah rak buku menghiasi bagian tengah ruangan, memisahkan antara ruang santai dan kamar tidur. Satu kata untuk menggambarkan apartemen Aeris. Nyaman.

Aeris meringis karena perutnya tiba-tiba terasa sangat mual. Dia ingin muntah.

"Ugh!"

"Tante jangan muntah di sini!" pekik Leon panik sambil melihat ke kanan kiri mencari kamar mandi Aeris.

"Ugh!" Perut Aeris semakin terasa mual. Dia ingin muntah karena sudah tidak tahan lagi menahan mual di perutnya. Leon pun membekap mulut Aeris agar tidak muntah karena dia belum menemukan kamar mandi gadis itu.

"Tahan sebentar, Tante."

"Hoek ...."

Leon bergeming karena Aeris mengeluarkan semua isi di perutnya hingga membuat baju mereka kotor. Lemas. Aeris tergeletak di lantai setelah muntah.

Leon lagi-lagi mendesah panjang, rasanya dia ingin sekali memaki Aeris karena sudah membuat pakaiannya kotor. Namun, dia tidak mungkin memaki Aeris karena gadis itu sedang tidak sadarkan diri.

Leon pun menggendong Aeris ke kamar lalu membaringkan gadis itu dengan hati-hati di atas tempat tidurnya. Dia ingin pulang untuk membersihkan diri karena sudah membawa Aeris pulang dengan selamat. Namun, dia tiba-tiba berhenti melangkah karena menyadari jika baju Aeris kotor dan bau karena terkena muntahan. Dia tidak mungkin membiarkan Aeris tidur memakai baju kotor. Mau tidak mau dia harus melepas gaun tersebut.

"Tenang, Le. Apa yang kamu lakukan ini demi kebaikan tantemu." Tangan Leon terlihat gemetar saat menurunkan resleting gaun Aeris. Jantungnya pun berdetak dua kali lebih cepat. Dengan satu tarikan cepat gaun itu akhirnya terlepas dari tubuh Aeris.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
kacau...sayang sama tante jadi napsu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Keponakan   127. Baby Twins ~end

    Seorang dokter dan empat orang perawat akan membantu proses persalinan Aeris. Mereka semua perempuan karena Leon tidak ingin Aeris ditangani oleh dokter maupun perawat laki-laki. Dia memang possesive."Tarik napas panjang Sayang, embuskan." Leon berusaha menenangkan Aeris meskipun dia sendiri juga panik karena sebentar lagi Leon junior akan lahir ke dunia."Kenapa kamu membuatku hamil, Leon? Aduh, rasanya sakit sekali!" Aeris menarik rambut Leon kuat-kuat hingga membuat Leon meringis kesakitan."Aduh, Sayang, sakit!"Aeris terus mengaduh kesakitan. Perutnya seperti akan terbelah karena suatu di dalam sana berusaha merangkak keluar. Sepasang bayi kembar, kacang kecilnya.Aeris tanpa sadar meremas tangan Leon semakin erat karena perutnya benar-benar terasa sakit."Aduh, Sayang, sakit. Jangan meremas tanganku terlalu kuat!"Aeris tidak peduli Leon meringis kesakitan karena perutnya benar-benar sakit."Tarik napas panjang dan keluarkan perlahan-lahan."Aeris pun mengikuti perintah dokter.

  • Menikah Dengan Keponakan   126. I'm Sorry, Honey

    Leon tersenyum tipis. Sangat tipis dan nyaris tidak terlihat. Penyesalan, rasa bersalah, juga rindu yang teramat dalam terpancar jelas dari kedua sorot matanya saat menatap Aeris."Pizza pesanan Anda sudah datang, Nona."Aeris menepis pizza di tangan Leon dengan kasar lantas melemparkan diri dalam dekapan lelaki itu. Tangis Aeris seketika pecah. Dia sangat mencintai Leon dan tidak ingin berpisah dengan lelaki itu."Aku tidak ingin berpisah denganmu, Leon. Aku mohon, jangan pernah ceraikan aku," gumam Aeris dengan suara gemetar.Leon menarik napas panjang. Hatinya begitu sakit melihat air mata yang membasahi pipi Aeris. Leon merasa sangat menyesal sudah menyakiti Aeris dan membuat wanita yang dia cintai itu menangis."Aku takut sekali karena kamu tiba-tiba tidak peduli dan bersikap dingin lagi kepadaku, Leon. Aku nyaris gila karena memikirkan nasib pernikahan dan buah hati kita. Aku takut kamu akan menceraikanku ....""Maaf," ucap Leon sambil mengecup puncak kepala Aeris berkali-kali.

  • Menikah Dengan Keponakan   125. Penyesalan Leon

    Leon menghela napas panjang. "Aku pikir pernikahanku dan tante Aeris akan berjalan baik-baik saja dan berakhir bahagia sampai maut memisahkan kami berdua. Tapi kenyataannya tidak, tante Aeris ternyata mencintai lelaki lain."Meeta terhenyak medengar ucapan Leon barusan. "Aeris tidak mungkin mencintai lelaki lain, Leon. Sebagai sesama perempuan aku bisa melihat dengan jelas kalau Aeris sangat mencintai kamu."Leon mengangkat kedua bahunya ke atas, kesedihan dan kekecewaan terpancar jelas dari kedua sorot matanya. "Terserah kalau kamu tidak percaya. Tapi aku lihat dengan mata kepalaku sendiri kalau tante Aeris sedang berpelukan mesra dengan lelaki lain.""Memangnya kamu tahu siapa lelaki yang dicintai Aeris?"Leon mengangguk."Siapa?" tanya Meeta ingin tahu."Aku malas menyebut namanya. Terima kasih banyak sudah mau mengobati lukaku, Meeta."Meeta mengangguk. "Sama-sama. Sebaiknya selesaikan masalahmu dengan Aeris baik-baik. Aku harap kalian tidak akan pernah berpisah."Leon mengangguk

  • Menikah Dengan Keponakan   124. Lelaki Paling Bodoh

    Aerin hanya bisa diam melihat Setya yang memukul Leon karena dia juga kecewa dengan keputusan putra sulungnya itu.Leon mendesis sambil mengusap sudut bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah. Rasanya sangat perih bercampur dengan ngilu. Rahangnya pun seolah-olah patah karena pukulan Setya sangat keras. "Untuk anak, Papa tenang saja. Leon akan tetap tanggung jawab."Rahang Setya semakin mengeras. "Anak bodoh! Tolol! Pernikahan itu bukan main-main, Leon!""Leon tidak pernah mempermainkan pernikahan, tapi tante Aeris yang telah mempermainkan perasaan Leon. Ugh...!" Leon memegangi perutnya karena Setya tiba-tiba menendangnya dengan cukup keras."Anak bodoh! Selama dua puluh lima tahun menikah papa selalu berusaha membuat mamamu jangan sampai meneteskan air mata, tapi kamu malah tega membuat Aeris menangis. Di mana hatimu, Leon?""Hati Leon sudah lama mati.""Leon!" Setya menghajar Leon tanpa ampun untuk melampiaskan amarah sekaligus kekecewaannya. Leon tidak bisa melawan karena sang ayah

  • Menikah Dengan Keponakan   123. Mr. Idiot 3

    Hana berjalan cepat menghampiri Leon dan menggebrak meja dengan cukup keras hingga membuat cucu kesayangannya itu berjingkat kaget. Kedua mata Hana menatap Leon tajam, dadanya naik turun menahan emosi yang siap untuk meledak."Kenapa Nenek datang ke kantor Leon?" tanya Leon berusaha tetap tenang."Kenapa kamu ingin menceraikan Aeris, Leon? Apa kamu sudah kehilangan akal?"Leon tanpa sadar menelan ludah, terkejut karena Hana tahu kalau dia ingin menceraikan Aeris. "Da-dari mana Nenek tahu?""Aeris sudah menceritakan semuanya sama nenek. Kamu itu sudah dewasa, Leon. Masalah itu harus dihadapi dan diselesaikan dengan baik-baik. Jangan malah lari seperti seorang pengecut."Leon mengembuskan napas kasar sebelum bicara. "Untuk apa Leon mempertahankan pernikahan ini kalau tante Aeris tidak sungguh-sungguh mencintai Leon, Nek?"Mulut Hana sontak menganga lebar. "Kamu benar-benar bodoh, Leon. Aeris itu cinta mati sama kamu. Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu?"Leon malah mendengkus. "Nene

  • Menikah Dengan Keponakan   122. Stres!!!

    "Sshh ...." Aeris memegangi kepalanya yang terasa berdenyut lalu menarik napas dalam-dalam karena perutnya tiba-tiba saja terasa kram. Semoga kacang kecilnya baik-baik saja.Aeris kembali menarik napas panjang, tapi rasa sakit di perutnya tidak mau hilang. Sakitnya malah semakin menjadi-jadi. Dia pun meraih ponselnya yang ada di atas meja karena ingin menghubungi Leon.Namun, nomor Leon lagi-lagi tidak aktif. Aeris pun beranjak ke kamar karena ingin beristirahat, akan tetapi dia tidak sanggup berdiri karena kedua kakinya terasa sangat lemas. Aeris ingin meminta tolong pada Bik Ijah, tapi dia lupa kalau asisten rumah tangganya itu sedang izin pulang kampung. Aeria benar-benar sendirian di rumah.Aeris ingin meminta tolong pada Anne, tapi dia tidak jadi melakukannya karena sahabatnya itu pasti lelah setelah mengurus butik sendirian. Aeris tidak mungkin minta tolong Sean karena cowok itu sedang fokus belajar untuk mengukuti ujian.Aeris merintih karena perutnya semakin terasa sakit. Dia

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status