"Amber, aku ke sini untuk urusan kerja, bukan liburan!" Anatasya membuka pintu penumpang dan memberi isyarat agar wanita itu keluar dari mobil.Namun sebelum Amber sempat bergerak, Brylee sudah berlari menghampiri mereka, terengah-engah, dan menyandarkan tubuhnya di jendela mobil."Anna, kutitipkan Amber padamu, ya? Seorang profesor arkeologi langka dari Hongcheng mengajakku bertemu. Aku harus pergi sekarang!"Tanpa menunggu persetujuan dari Anatasya, Brylee segera berbalik dan menghilang di tengah kerumunan."Anna, tolonglah..." Amber merapatkan kedua telapak tangannya, menatap Anatasya dengan ekspresi memelas."Rumah sakit tempat kita bertemu dekat sekali dengan sekolahmu, tinggal sedikit lagi. Kau bisa sekalian mengantarku..."Anatasya tetap diam dan tampak enggan, Amber menaikkan level dramanya. "Kau tega meninggalkan wanita hamil dengan anak kembar di pinggir jalan seperti ini? Aku tidak kenal siapa pun di kota ini. Brylee sudah pergi, dan... aku takut.""Diam." Anatasya mendesah
"Kalau kamu yang bilang, aku akan menurutinya," kata Anatasya sambil mengoleskan toner ke wajahnya."Kenapa?" tanya Ainsley, matanya tampak tertarik.Anatasya menghentikan gerakannya dan menoleh. "Aku sudah berusaha keras untuk sampai ke posisi ini. Aku ingin tahu sejauh mana hasil dari usahaku sendiri."Terus terang, ia memang ingin mendapatkan posisi wakil ketua, tapi ia tidak terobsesi akan hal itu.Tidak seperti Shopie, ia tidak akan runtuh jika gagal.Ainsley mengangguk, tampak memahami.Tiba-tiba, Anatasya menatapnya tajam, dengan tatapan yang memancarkan kelicikan manis dan sedikit godaan. "Lupakan soal itu sebentar. Bagaimana dengan pernikahan kita? Sudah kau pikirkan kapan akan dilaksanakan? Kamu lebih suka gaya Tiongkok atau Barat?"Mata Ainsley berkilat sesaat, lalu kembali tenang. Ia meraih tangan Anatasya dengan lembut. "Saat waktunya tepat, kita akan menikah."Anatasya menangkap sekilas keraguan dalam sorot matanya. Senyumnya tetap terukir, tapi sudut bibirnya menegang.
“Pikirkan cara untuk memancing mereka keluar dari Jiangcheng. Bertindak di wilayah ini terlalu berisiko. Sekali kita bergerak, jejaknya akan mudah tertinggal.”Delcy mengangguk. Ia menyadari ucapan itu masuk akal.Jiangcheng adalah wilayah kekuasaan Ainsley. Sebesar apa pun usaha mereka, Ainsley pada akhirnya akan tahu. Jika bisa memancing target keluar kota, segalanya akan lebih mudah dikendalikan.Tanpa membuang waktu, Delcy dan Shopie segera menyusun rencana.Di tempat acara, tamu-tamu mulai mengerubungi Anatasya, memberi ucapan selamat.Para sosialita yang sebelumnya bersikap dingin bahkan meminta maaf.Beberapa tanpa malu-malu membuka WeChat mereka.“Bagaimana kalau kita berteman? Biar lebih mudah dihubungi nanti.”Anatasya tersenyum sopan, namun tegas. “Maaf, saya jarang bersosialisasi. Saya hanya menyimpan beberapa teman dekat.”Elanour yang berada di sisinya tersenyum bangga, menggenggam tangan Anatasya dan membawanya menuju lorong rahasia.“Anna, aku sangat setuju dengan sika
Gaun Anatasya tetap utuh. Ia berdiri di atas panggung dengan anggun, senyum cerah tak pernah pudar dari wajahnya.Di sudut ruangan, Miles menoleh pada Shopie dan memberi isyarat halus.Shopie mengangguk pelan, lalu mengeluarkan remote control dari tasnya. Ia mengarahkannya ke Anatasya di atas panggung dan menekannya dengan penuh rasa puas.Namun, tidak ada yang terjadi.Shopie terkejut. Miles langsung mengerutkan kening."Tidak mungkin..." gumam Shopie bingung. Ia menekan tombol lagi—berulang kali. Tapi gaun Anatasya tetap kokoh. Tak ada sedikit pun kerusakan.Wajahnya mulai pucat.Dengan panik, ia membuka casing remote, memeriksa baterai, memasangnya kembali, lalu menekannya sekali lagi ke arah panggung.Lampu indikator menyala—tapi gaun Anatasya tidak bergeming.Ia mencobanya lagi, kali ini dengan tekanan lebih kuat, hampir seperti sedang menyalurkan kekesalannya ke dalam tombol itu.Anatasya melihat ke arahnya. Ia tersenyum, kali ini dengan tatapan yang jelas menyiratkan provokasi.
“Baiklah, kalau begitu izinkan saya bertanya.” Anatasya menatap sekeliling ruangan, suaranya jernih dan mantap. “Apa sebenarnya tujuan dibentuknya Asosiasi Peduli Perempuan?”Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan tegas:“Tujuannya adalah untuk memperhatikan dan membantu perempuan rentan di Jiangcheng, bukan begitu?”Matanya menyapu hadirin.“Dan untuk benar-benar peduli terhadap kelompok rentan seperti itu, kita harus mampu berempati pada mereka—baru kemudian kita bisa menyentuh hati mereka.”Ia menatap tajam ke arah sosialita yang bertanya sebelumnya.“Sekarang saya bertanya: apakah seseorang yang membawa tas senilai lebih dari tiga juta yuan bisa benar-benar memahami perempuan yang setiap bulan harus memutar otak hanya untuk mencukupi biaya hidup tiga ratus yuan?”Ia tersenyum tipis.“Menurut saya, tidak.”Begitu Anatasya menyelesaikan kalimat itu, Direktur Federasi Perempuan mengangguk pelan sambil berkata, “Bagus.”Elanour segera memimpin tepuk tangan, dan riuh tepuk tangan
Shopie yang berdiri di atas panggung merasakan hawa dingin menyapu seluruh tubuhnya. Darah seolah-olah mengalir deras ke kepalanya.Sebuah firasat kuat muncul dari lubuk hatinya: apa yang akan dikatakan Ainsley bukanlah sesuatu yang ingin ia dengar.Ada suara dalam dirinya yang menjerit panik, “Tidak... kumohon, jangan sekarang. Jangan katakan itu di hadapan semua orang!”Namun logika mengambil alih. Situasi sudah di luar kendalinya, dan satu-satunya yang bisa ia lakukan hanyalah tersenyum kaku.“T-Tuan Ketiga... Kau... Kau masuk akal,” jawabnya terbata.Ainsley mengangkat kacamatanya perlahan, lalu tersenyum ringan—senyum elegan yang terlihat tak berbahaya.Namun begitu ia menoleh ke arah penonton dan mengangkat mikrofon, suaranya terdengar lembut tapi tajam.“Aku tidak tahu siapa yang menyebarkan rumor itu... yang bersikeras bahwa aku dan Nona Shopie menjalin hubungan.”Ia berhenti sejenak, lalu lanjut dengan nada dingin yang membuat bulu kuduk meremang.“Mungkin aku terlalu baik se