Hari dan tanggal pernikahan Kalisa dengan Jonathan sudah ditentukan dan tepatnya satu minggu lagi Kalisa akan menyandang status baru.
Setelah acara malam lamaran itu, Kalisa sudah tidak diperbolehkan keluar rumah oleh orang tuanya. Jika istilah orang Jawa mengatakan dipinnyit dan tidak boleh keluar rumah.
Sudah lima hari Kalisa dikurung di rumah dan rasa bosan semakin menghampirinya.
“Haah, bosan banget rasanya di rumah selama beberapa hari tanpa berkelana diluar sana,” keluh Kalisa dan beberapa kali membuang nafas kasar.“Sabar, setelah kalian menikah nanti bisa pergi malang melintang kemanapun kamu mau. Akan tetapi kamu harus ingat, kamu sudah menikah dan menyandang status istri dari Jonathan. Jadi emban lah dengan baik tugas seorang istri,” ucap ibunya Kalisa.
“Iya, itu sudah pasti dong, Mah. Tapi kadang aku masih sedikit ragu, apakah aku bisa membantunya mengembalikan semangat untuk pulih kembali?” ucap Kalisa.
“Mama yakin dengan sifat yang kamu miliki, kamu bisa mengembalikan semangat Jonathan untuk pulih dan sembuh seperti sedia kala.
“Semoga saja begitu,” ucap Kalisa tulus.
“Kalisa!" Teriak wanita yang baru masuk kedalam rumah dan langsung menghambur memeluk tubuh ramping Kalisa dan terpental ke belakang hingga membentur sandaran sofa.
“Yaaa! Apakah kamu mau membunuhku sebelum aku resmi menikah, Desi,” ucap Kalisa kesal karena dengan seenak jidatnya sahabat sedari kecilanya langsung menhambur memeluknya hinga terpental kebelakan.
“Jahat bener kamu, Kalisa. Mau nikah gak bilang-bilang sama aku, untungnya aku tadi ketemu kak Bram di mall dan dia memberitahu jika kamu akan menikah besok,” ucap Desi kesal dan memanyunkan bibirnya kedepan.
“Woi, kondisikan itu bibir, gak enak banget dilihatnya. Sekarang kan udah tau, terus mau ngapain? Udah siapin kadonya belom?” ujar Kalisa.
“Kadonya nyusul nanti aja. Salah sendiri gak ngabarin aku dari kemarin,” ucap Desi santai.
Silvi menggelengkan kepalanya mendengar percakapan putrinya dengan Desi yang berteman mulai dari SD hingga sekarang.
"Desi nginep aja ya, besok pagi kamu bisa dampingi Kalisa saat ijab kabul berlangsung," ucap ibunya Kalisa.
"Tentu saja aku akan menginap tante, dan aku juga sangat penasaran dengan calon suaminya Kalisa," ucap Desi dan melihat ke arah Kalisa dengan tatapan penuh arti.
"Ya sudah kalau begitu, tante mau kebelakang dulu untuk mengecek persiapan buat besok pagi," ucap ibunya Kalisa.
Desi melihat sahabatnya yang nampak murung. Dia yakin jika sahabatnya saat ini sedang delima.
"Aku sudah dengar ceritanya dari kak Bram. Sabar ya, aku yakin apa yang tante dan om pilih saat ini pasti yang terbaik untuk masa depan kamu kelak. Dan aku juga sempat nyari informasi tentang calon suami kamu lewat internet tadi," ujar Desi.
"Lewat internet? Memang dia seorang artis apa? Pake nyari informasi soal dia lewat jaringan internet," ucap Kalisa heran.
"Dia bukan artis, Kalisa. Dia itu seorang pebisnis sukses yang cukup terkenal dalam beberapa tahun ini. Akan tetapi aku juga dengar jika dia sudah punya tunangan.
"Oo, kirain artis," ujar Kalisa.
"Tapi aku juga dengar dari kak Bram jika calon istrinya membatalkan pernikahan mereka yang akan dilaksanakan satu bulan lagi. Emang bener ya?" tanya Desi kepo.
"Iya bener. Udah ah capek jangan bahas masalah itu lagi, mendingan kamu ceritakan suasana kampus saat aku gak masuk," ucap Kalisa.
"Siap, calon pengantin!" ucap Desi dan berakting seperti tentara yang memberi hormat pada atasannya.
Desi dan Kalisa mengobrol hingga larut malam. Dan bahkan mereka sempat kena semprot ibunya Kalisa karena tidur terlalu larut.
Sedangkan di kediaman Jonathan juga tak kalah ramai dengan kediaman Keluarga Kalisa. Nampak sanak saudara dari orang tua Jonathan yang datang dan menginap guna untuk merayakan kebahagiaan yang akan menghampiri keponakannya itu.
"Anisa, kamu siapin kado apa buat kakak ipar nanti?" Ucap Gadis cantik yang usianya sekitar 17 tahunan.
"Tentu saja sudah, emang kamu belum nyiapin kadonya apa, Nana?" Jawab Anisa.
"Udah dong. Aku juga gak mau kalah dari kamu soal hadiah untuk kakak ipar," balas Nana.
"Memangnya kalian nyiapin kado apa buat kakak ipar kalian?" ucap Firda ibu dari Nana.
"Aku udah beliin tiket bulan madu ke bali untuk mereka, dan aku juga nyiapin tempat yang paling romantis untuk menghabiskan bulan madu mereka disana," jawab Anisa.
"Karena aku masih sekolah dan gak bisa ngasih kado dengan harga yang fantasi seperti Anisa. Jadi aku hanya bisa beliin satu set gaun tidur yang sangat menawan dan pastinya akan sangat emmazing saat dipakai oleh kakak ipar ketika malam pertama nanti," ucap Nana antusias.
"Bagaimana dengan kamu, Robert? Apa kado yang akan kamu berikan?" ucap Firda pada anak sulungnya.
"Rahasia dong, yang jelas kadoku jauh lebih mahal dari mereka berdua," ucap Robert menyombongkan.
"Dasar pelit," ucap Anisa dan dianguki Nana.
"Dasar kalian aja yang kepo," balas Robert.
"Dasar kakak aja yang pelit gak mau berbagi dengan kami," rajuk Nana.
"Nanti juga kalian akan tau jika acara pernikahannya sudah selesai dan kalian bisa melihat sepuasnya," ucap Robert.
Terlihat sangat jelas aura kebahagiaan yang tengah menghampiri sanak sodoran Jonathan. Bagaimanapun ini ada awal baru untuk menyambut masa depan seorang Jonathan Rahendra.
Dari lantai dua Jonathan mendengarkan semua yang dikatakan para sepupunya, dia juga melihat wajah bahagia dari kedua orang tuanya yang sedang mengecek ulang beberapa parsel yang akan dibawa di kediaman calon istrinya besok pagi.
“Apakah ini keputusan yang terbaik untukku? Melihat senyum indah Mama dan Papa membuatku merasa bersalah mengingat kejadian dimana mereka dipermalukan oleh keluarga Sanjaya,” lirih Jonathan.
“Andai saja aku tidak mengalami kecelakaan yang merenggut semua kebahagiaan keluargaku, mungkin Mama dan Papa tidak akan pernah mengalami penghinaan pada malam itu. Akan tetapi jika bukan karena kecelakaan itu juga, aku mungkin masih tidak akan tahu watak asli dari keluarga Sanjaya,” ucap Jonathan geram dan mengepalkan tangannya dengan kuat.
“Hai bro, masih belum tidur kamu rupanya,” ujar Robert yang entah sejak kapan sudah berdiri di samping Jonathan.
“Masih belum bisa tidur,” jawab Jonathan.
“Aku sudah menemukan penyebab kecelakaan yang kamu alami dan semua itu direncanakan oleh Jefri. Akan tetapi aku masih belum cukup mengumpulkan semua bukti atas keterlibatannya,” ujar Robert.
“Tidak masalah, yang penting kita sudah tahu dalang utamanya siapa dan itu sudah cukup untukku,” ucap Jonathan tenang.
“Langkah apa lagi yang akan kamu lakukan selanjutnya? Apakah mau langsung membantai perusahaannya atau mau bagaimana?” ujar Robert.
“Itu sudah pasti, akan tetapi untuk saat ini akan aku biarkan dia menikmati sisa masa kejayaannya sedikit lebih lama. Setelah kekacauan yang dibuat Mama dan Papa selesai, perlahan aku akan memulai dengan anak perusahaan mereka terlebih dahulu,” ujar Jonathan dengan suara dingin khasnya jika sedang membicarakan masalah serius.
“Kedengarannya sangat menarik, aku juga ingin ikut ambil bagian saat kamu akan memberi pelajaran untuk bajingan itu. Jangan lupa beritahu aku jika sudah waktunya tiba. Oh ya Jonathan, tadi siang tidak sengaja aku lihat Jesika makan siang dengan pria asing. Dan kelihatannya dia sangat dekat dengan pria itu,” ujar Robert.
“Kenapa kamu memberitahukannya padaku? Asal kau tau saja Robert, semenjak kejadian malam itu, sedikitpun aku tidak pernah melupakan dengan apa yang dilakukan keluarganya," ucap Jonathan dingin.
“Lalu bagaimana dengan perasaanmu padanya? Apakah kamu masih mencintainya seperti dulu?” Ucap Robert penasaran.
“Entahlah, yang aku rasakan saat ini hanya rasa kecewa dan juga kebencian yang teramat mendalam di dalam hatiku,” lirih Jonathan.
Robert menganggukan kepalanya memahami perasaan sepupunya. “Aku pergi tidur dulu, kamu juga harus cepat istirahat, calon pengantin,” ujar Robert kemudian meninggalkan Jonathan.
Jonathan hanya menganggukkan kepalanya kemudian menjalankan kursi rodanya menuju kamar untuk istirahat.
Tepat jam 5 subuh Silvi membangunkan Kalisa dan juga Desi yang masih tidur pulas. “Kalisa, Desi, ayo bangun. Ini udah subuh loh, cepetan bangun dan ambil air wudhu untuk sholat subuh sebelum waktunya habis.“Mmm, bentar lagi, Mah,” jawab Kalisa yang masih enggan untuk bangun. Sedangkan Desi langsung bangun dan duduk, akan tetapi matanya masih terpejam dan enggan untuk dibuka.“Jangan ditunda-tunda lagi, buruan bangun dan cepat bersihkan iler kalian berdua itu. Apa kalian lupa, jika akad nikahnya akan dimulai jam 10? Dan sebelum itu Kalisa harus di Make up terlebih dulu supaya enak di lihatnya,” Ujar ibunya Kalisa.Mendengar kata akad nikah seketika membuat Kalisa dan Desi membuka matanya dan melihat ke arah Silvi yang masih mengenakan mukena karena habis menjalankan sholat subuh. Perlahan Desi turun dari kasur menuju kamar mandi dan diikuti Kalisa di belakangnya.Silvi menggelengkan kepalanya melihat tingkah dua gadis perawan yang terlihat malas menuju kamar
Dalam sekejap mata ruang tamu yang tadinya penuh dengan perabotan rumah dan hiasan kini disulap menjadi tempat untuk melangsungkan acara akad nikah Kalisa dan Jonathan.Nampak beberapa orang sibuk mondar mandir menyiapkan keperluan yang akan digunakan untuk acara itu. Sedangkan Kalisa dengan gugup menunggu kedatangan calon suaminya beserta keluarganya.“Udah gak usah gugup gitu, bikin santai aja kali,” ujar Desi yang menemani Kalisa dikamar.“Tau ah,” ucap Kalisa.Cklek! Suara seseorang membuka pintu kamar Kalisa dan ternyata Silvi ibunya Kalisa.Silvi tersenyum lembut ke arah Kalisa, dia sangat bahagia bisa melihat putri tercinta menikah. Dan sekilas dia teringat akan bayangan sosok Lisanna yang tersenyum ke arahnya."Andai saja kejadian itu tidak terjadi, dia pasti akan turut bahagia melihat Kalisa menikah,” batin Silvi dan dia merasa sangat sedih jika teringat akan sosok Lisanna.“Tante kenapa berdiri di pintu sambil nge
Kalisa yang tak tau apa apa hanya menuruti ucapan orang tua dan juga mertuanya yang menyuruhnya menaiki mobil yang akan dinaiki suaminya.Dari jauh Bram memperhatikan adik kesayangannya yang akan pergi bersama suaminya. Dia tidak menyangka jika adiknya yang barbar dan nakal namun sayang amat disayanginya, akan secepat ini menjadi istri orang dan pergi meninggalkan rumah untuk mengikuti suaminya.''Semoga kamu bisa mendapatkan kebahagian yang berlimpah bersama suami mu, adik barbarku tersayang," lirih Bram.Tampak para saudara dari keluarga Kalisa dan juga Jonathan melepas sepasang pengantin yang akan pergi menuju suatu tempat yang sudah disiapkan dengan matang oleh Anisa.Kalisa berusaha mati matian menahan tangis saat Mamanya melepaskan pelukan hangat. "Ingat pesan Mama, jadilah istri yang baik dan nurut dengan suamimu. Karena surga istri ada pada suami," ucap ibunya Kalisa dan diganggu Kalisa."Jonathan, Mama serahkan tanggungjaw
Karena kelelahan dan juga waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam, Jonathan dan Kalisa langsung tidur dengan pulas hingga subuh menjelang.Dering alarm pada ponsel yang membangunkan Kalisa, dengan cepat Kalisa menyambar ponselnya dan langsung mematikan alarmnya.“Kenapa cepat sekali sudah subuh?” Ucap Kalisa dan menoleh kesamping dan melihat Jonathan yang masih berlatih pulas.“Sebenarnya kamu itu sangat tampan dan masuk dalam tipe lelaki yang aku suka dari segi ketampanan. Akan tetapi mengapa sikapmu s
Jessica melihat penampilan Kalisa yang memakai kaos putih dengan celana jins pendek dan yang hanya memakai sandal Flat dengan model selempang yang menurut Jessica murahan."Siapa dia, Mas? Dan kenapa kamu diam saja saat dihina dan dipermalukan olehnya?" ucap Kalisa yang terlihat marah.Jonathan hanya diam tak menjawab pertanyaan Kalisa. Dirinya hanya memperhatikan wajah kesal menahan amarah dari istrinya."Kenapa diam saja, Mas?’’ Ucap Kalisa dan menatap tajam kearah Jessica yang juga menatapnya.“Kamu tidak berhak untuk tahu siapa saya? Memangnya kamu siapa bertingkah seolah kamu itu sangat mengenalnya?” Ujar Jessica dengan sikap sombongnya.Mendengar perkataan Jessica membuat Kalisa yang tadinya sudah kesal dengan Jonathan menjadi semakin kesal dan geram. “Tentu saja aku berhak tahu dan harus tahu siapa kamu, karena sudah berani menghina dan merendahkannya didepanku,” tukas Kalisa dengan suara dingi
Jonathan tidak menyangka jika Kalisa akan menayakan pertayaan yang sedikit vulgar dan itu malah menjadi poin penting bagi Kalisa kenapa dirinya menerima pernikahan ini. Ditengah keterkejutannya, Jonathan melihat tingkah lucu Kalisa yang tiba-tiba berbalik dan memunggunginya.Jonathan mengangkat sudut bibirnya karena mendapatkan ide cemerlang untuk mengetes istri barbarnya yang sepertinya malu setelah menyadari pertanyaan sendiri. “Kamu sendiri yang mengatakanya, jika dirimu tidak akan menyesal menikah denganku. Maka jangan salahkan aku jika kedepannya aku tidak akan membiarkanmu meninggalkan aku seperti yang Jessica lakukan,” ucap Jonathan. “Hmm,” guman Kalisa. “Sekarang jawab pertanyaanku. Kamu sakit apa sebenarnya? Kenapa badanmu sampai dingin seperti tadi?” Ucap Jonathan sambil mengusap kembali pinggang Kalisa dengan lembut. “Ini hanya sakit biasa saat ada tamu bulanan datang,” jawab Kalisa. “Tamu bulanan? Tapi aku tidak melihat
Melinda tersenyum lembut mendengar pertanyaan Robert yang sudah menanyakan hal yang sama padanya."Tentu saja aku sangat yakin dan tidak akan menyesalinya, Robert. Bukankah satu bulan yang lalu kamu sendiri yang bilang, jika Jonathan mengalami keterpurukan dan hampir kehilangan semangat hidupnya setelah mengalami kecelakaan dan juga ditinggalkan oleh tunangannya? Setelah aku mendengar ceritamu, aku langsung memutuskan kembali ke indonesia dan akan menetap disini untuk membantunya pulih seperti sedia kala," ucap Melinda dengan yakin tanpa tahu jika sebenarnya Jonathan teman masa kecilnya dan orang yang sangat ia rindukan baru saja menikah dua hari yang lalu.'Kenapa aku merasa jika Melinda menyimpan rasa dengan Jonathan ya? Apakah aku perlu memberi tahunya, jika sekarang Jonathan sudah menikah?" Pikir Robert sambil melihat Melinda yang tersenyum lembut kearahnya."Melinda, sebenarnya Jonathan itu sudah me—,“ belum selesai Robert mengucapkan kal
Tanpa terasa sudah empat hari Jonathan dan Kalisa menghabiskan waktu di bali. Kalisa yang merasa badanya sudah membaik dan tidak merasa nyeri lagi pada pinggang dan perutnya meminta Jonathan mengajaknya berkeliling bali untuk melihat lihat pernak pernik yang dijual para pedagang."Mas, nanti kita ke pantai yuk? Aku ingin melihat keindahan pantai saat matahari terbenam. Banyak yang mengatakan sangat indah dilihat dan diabadikan."Hmm," guman Jonathan seperti biasa dan kali ini Kalisa tak lagi marah ataupun tersinggung. Karena dia sudah tau dan paham jika memang seperti itu sifat dan watak dari suami datar dan dinginnya.Kalisa melihat beberapa pernak pernik yang sangat indah dan terlihat lucu baginya. Ini adalah kedua kalinya Kalisa liburan ke Bali.Dulu dia ke Bali bersama kakaknya Bram, dan dia tidak diizinkan berkeliling pasar yang menjual berbagai pernak pernik seperti yang didatanginya kali ini.