Beranda / Romansa / Menikah Dengan Pria Gila / Bab 3. Bicara Dengan Benar

Share

Bab 3. Bicara Dengan Benar

Penulis: Nychinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-13 19:43:06

Entahlah, tapi yang jelas sekarang ini pikiran Lisa, benar-benar berkecamuk hebat. Kemudian dia tiba-tiba terpikir hal lain. Selain dia bisa mengucapkan namanya dengan jelas tadi, kebiasaan pria ini selama ini hanya bisa menjerit-jerit dengan nada pilu dan tidak bisa mengatakan kalimat lain dan kalimat apa pun selain minta tolong. Lalu, pandangannya hanya lurus ke depan dengan tatapan kosong seperti bukan orang yang waras.

Tiba-tiba saja, dorongan dari dalam dirinya yang kuat ini akhirnya membuat Lisa diam-diam berdoa dalam hati, agar pria asing ini tidak mampu mengucapkan kalimat sakral itu di hadapan orang ramai.

Namun, lantunan doa dalam hatinya itu terganggu, tatkala suara-suara lain kembali tertangkap di telinganya.

“Nah, si Lisa akhirnya nikah juga!” Celetuk salah satu tetangga mereka yang dikenal Lisa sangat akrab dengan ibu tirinya ini.

“Ya gak masalah juga sih nikah dengan pria ini, yang penting kan laku,” sahut yang lain dengan santai.

Lisa hanya bisa diam dan menundukkan kepalanya.

Celotehan dan penghinaan akan dirinya terdengar dengan jelas di telinganya, tetapi dia tidak terlalu menghiraukannya lagi. Toh selama ini dia juga sudah kenyang dengan caci maki mereka dan juga hinaan yang dilontarkan dari mulut-mulut pedas tetangganya yang termakan hasutan dari ibu tirinya itu.

“Makanya Lis, jadi orang jangan mimpi ketinggian, mau sama Andrian anak juragan garam Pak Pardi? Gak cocok kamu!” Ucapan Ida benar-benar berhasil meremas hati Lisa. Rasanya sangat sakit dan tidak terima.

Lisa langsung mendongakkan wajahnya, dan melihat ke arah Ida, tetapi tatapan Lisa langsung dibalas dengan tajam oleh wanita itu.

“Kenapa? Apa ada yang salah?” Ida berkata dengan nada pelan yang sangat ditekan.

Lisa hanya diam.

“Andrian yang berpendidikan itu jelas tidak sepadan denganmu, lagipula kalau pun dia mau menikah dengan wanita di kampung ini, jelas itu dengan Yasmin!” Ida berkata dengan nada mengejeknya.

Tidak disangka, ucapan Ida barusan disambut dengan pembenaran beberapa orang yang ada di sana.

“Betul sekali, Bu Ida!” celetuk yang lain.

Mereka tertawa seolah mengejek Lisa yang hanya pantas dengan pria itu.

Andrian, pria yang menjadi kekasih hatinya dan juga pria yang berjanji padanya akan segera melamarnya, memang belum kunjung datang ke rumahnya untuk merealisasikan hal itu, karena dia masih menuntut ilmu di kota.

“Lisa aku akan segera melamarmu, kamu tunggu aku. Aku akan sukses di kota nanti dan membawamu turut pergi ke sana.” Janji Andrian itu kembali terngiang di telinga Lisa

Entah kenapa janji itu bahkan tinggal sebuah janji yang tak kunjung ditepati. Bahkan saat lebaran tahun ini, Andrian hanya pulang dua hari saja ke kampung, dan mereka bahkan tidak sempat bertemu, kabarnya Andrian sedang sibuk dengan urusan tesis dan juga pekerjaannya di kota.

Lisa hanya menelan kekecewaan. Apalagi saat itu, Yasmin dengan bangga bercerita pada mereka bahwa Andrian selalu membantunya saat di kota.

Mendengar kabar dari adik tirinya tentang kedekatan mereka, membuat Lisa sangat kecewa, apalagi Andrian benar-benar seolah-olah lupa dengan hubungan mereka.

Namun, saat nama Andrian kembali diungkit, tetap saja rasa sakit itu masih terasa membekas.

‘Lisa, berhentilah berpikir tentang Andrian, sekarang terima saja nasibmu untuk menjadi istri dari pria ini,’ ucap Lisa dalam hati yang sangat bertentangan dengan doa yang dia ucapkan barusan.

Hujan di luar sudah reda sejak tadi, tetapi rasa dingin tetap menyelimuti suasana hati Lisa.

Kembali Lisa melirik ke arah ‘Pria Gila’ yang dijuluki oleh orang-orang ini. Pria itu masih seperti biasa, pandangan kosong dan lurus ke depan. Luka yang ada di sudut bibir dan pelipis kanannya, membuatnya nampak sekilas sangat menyedihkan. Lalu, wajahnya yang mulai ditumbuhi cambang yang kurang teratur, benar-benar membuat penampilan pria itu tidak seperti orang lain pada umumnya di kampung ini.

Hati Lisa mencelos melihat keadaan calon suaminya ini, walaupun sebenarnya pria ini memiliki hidung yang mancung, alis yang lebat dan memiliki kulit yang jauh lebih putih dan bersih dari orang kampung ini, tetap saja hal itu tidak membuatnya spesial di mata orang-orang ini karena tingkah pria itu yang sudah diketahui oleh orang banyak di kampung ini.

“Nah, akhirnya Penghulunya sudah datang!” seru Ida dengan nada riang.

“Mbak sebentar lagi kamu akan menikah!” Yasmin kali ini menambahkan, ucapannya terdengar mengejek dan merendahkan.

Lisa masih diam saja, melihat sosok penghulu dan juga Pak Munir selaku ketua kampung ini masuk ke rumah mereka.

Kedua orang itu duduk di dekat ayahnya, mereka terlihat berbincang, dari gerakan bibir ayahnya dia menceritakan tentang kondisi pria ini, sedangkan pria itu jelas tidak peduli dengan apa yang sedang terjadi sebenarnya.

Lisa mengalihkan pandanganya melihat ke arah Yasmin yang nampak bahagia bercerita dengan ibu-ibu tetangga mereka. Satu bulan yang lalu, Yasmin kebetulan mengambil cuti saat mereka menemukan pria ini, lalu esok harinya segera pulang ke kota dengan alasan pekerjaan. Kemarin, adik tirinya ini kembali lagi ke kampung, dengan alasan merindukan ibunya.

Kepulangannya kali ini seperti sebelumnya, bercerita pada Ida tentang hubungannya dengan Andrian dengan suara yang besar hingga Lisa harus mendengarnya.

“Baiklah, Lisa dan Gandha, apa kalian sudah siap?” tanya penghulu itu pada keduanya, membuat Lisa akhirnya tersadar dari berbagai macam pikirannya sendiri.

Jantung Lisa berdegup tak karuan, apalagi saat nama pria itu dengan jelas terdengar di telinganya. Gandha.

Sebentar lagi Lisa akan menjadi seorang wanita yang bersuami. Dia sangat gugup, bahkan terus melafalkan doa yang sama. Agar pria itu tidak bisa bicara! Hati kecilnya ingin berontak, tetapi dia tidak bisa melakukannya.

“Gandha, apa kamu mengerti dengan apa yang dikatakan oleh pak penghulu ini?” tanya Duha pada Gandha dan pria ini melihat ke arah Duha dengan mengangguk.

Lisa melihat ke arah ayahnya menatap lekat pria itu dengan mata yang berkaca-kaca, dia tidak rela kalau sampai ayahnya benar-benar menikahkan dirinya dengan pria yang ada di sebelahnya ini. Namun, dia tidak bisa mengelak lagi.

Tubuhnya mulai bergetar saat sang ayah mulai mengucapkan kalimat itu.

“Gandha Wongso, aku nikahkan dan kawinkan kamu dengan anak kandungku, Lisa Anastasia dengan mas kawin berupa gelang dibayar tunai,” ucap Duha dengan suara tegas.

Jantung Lisa berpacu cepat saat mendengarkan ayahnya mengatakan hal tersebut, dari sana Lisa tahu nama lengkap pria itu, dan mas kawin berupa gelang yang ada di hadapannya ini adalah barang yang melekat pada pria itu saat mereka menemukannya.

Lisa melihat ke arah pria itu dengan meremas ujung kebaya yang dia kenakan, hingga tanpa dia sadari kalau tangannya makin terkepal erat tatkala pria itu akan membuka mulutnya dan Lisa menahan napasnya seraya memejamkan mata.

“Saya terima nikah dan kawinnya, Lisa Anastasia binti Duha Wicaksono dengan mas kawin tersebut, tunai.” Kalimat yang keluar dari mulut pria itu benar-benar membuat Lisa terperangah.

Pria ini menjawab dengan tegas dan suaranya terdengar lantang. Suara itu berat dan benar-benar berbeda. Mata Lisa terbuka seketika dan melihat ke arah pria itu. Untuk sesaat, Pria bernama Gandha ini terlihat sangat berkarisma, sampai mata Lisa menatapnya tanpa kedip!

Dan … Bukan hanya Lisa yang terkejut, tetapi juga semua yang ada di sana terperangah dengan apa yang baru saja dikatakan pria itu. Dia bisa mengatakan kalimat itu dalam satu kali tarikan napas dengan sangat jelas.

Fakta ini cukup membuat Lisa terkejut, bahwa dia, Pria yang bernama Gandha Wongso … ternyata dia bisa bicara dengan benar!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 94. Aku Kembali

    Saat menaiki Yacht itu tetap saja perasaan Lisa sedikit gelisah, walaupun berbagai cara dilakukan oleh Gandha untuk menenangkan istrinya itu, Lisa teruse menerus terpikir apa yang akan terjadi nantinya.Yacth ini terasa berjalan sangat lambat, beberapa kali Gandha memberikan kehangatan pada istrinya itu.“Lebih baik kamu mendengarkan ini saja,” ucap Gandha lalu menempelkan air bud ke telinga Lisa. Sebuah musik yang cukup menenangkan terdengar jelas di sana.Lisa membiarkan wajahny diterpa angin dan memejamkan matanya, benar … ini cukup membuatnya tenang. Gandha memang sangat mengerti bagaimana cara membuat merasa bahagia.Tidak lama berselang, akhirnya yacht ini pun bersandar. Dengan hati-hati Gandha menuntun istrinya untuk turun dari sana, menjaganya dengan penuh perhatian.Beberapa orang terkejut melihat Gandha, hal ini dirasakan jelas oleh Lisa. Namun, hal itu tidak lama terjadi.“Tuan Gandha, ayo ikut saya.” Satria yang sudah ada lebih dulu di sana menghampiri keduanya. Bersama de

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 93. Harus Percaya Diri

    Lisa terdiam. Ada desir hangat yang menyelusup di dadanya. Ucapan Gandha mungkin sederhana, tapi cukup untuk membuatnya merasa sedikit lebih kuat.Lisa menghela napas, jemarinya mengusap keningnya yang terasa panas. "Iya, Mas... tapi …."Gandha tersenyum singkat, lalu menatap Lisa dengan penuh kelembutan. "Kamu nggak pernah berpikir seperti ini sebelumnya. Sepertinya ini efek hormon kehamilan."Lisa mengerutkan dahi. "Maksudnya?"Gandha tersenyum kecil, lalu meraih tangan Lisa dan menggenggamnya erat. "Kamu tahu nggak? Aku belakangan ini baca-baca soal kehamilan," katanya sambil menatap mata Lisa lekat-lekat. "Katanya, ibu hamil itu bakal jauh lebih sensitif, gampang cemas, terus kadang suka overthinking hal-hal kecil."

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 92. Kamu Penyelamatku!

    Lisa berdiri di depan cermin tinggi berbingkai ukiran emas, jemarinya saling meremas, seolah itu satu-satunya cara menenangkan kegelisahan yang terus menghantui. Pantulan dirinya tampak anggun dalam balutan gaun satin berwarna nude lembut, lehernya dihiasi kalung tipis berbandul mungil yang gemerlap saat terkena cahaya lampu gantung. Tapi, seanggun apa pun penampilannya, rasa canggung itu tak bisa diusir.Kamar itu terlalu mewah untuk disebut sekadar ruang ganti. Dindingnya berlapis panel kayu mahoni, dengan jendela besar yang tirainya setengah terbuka, membiarkan cahaya sore yang mulai meredup masuk ke dalam ruangan. Di sudut, sebuah kursi malas berbahan beludru krem tampak belum tersentuh, sementara aroma lembut bunga lili dari vas kristal di atas meja kecil menciptakan suasana yang justru membuat Lisa makin sadar — dia bukan bagian dari dunia ini.Baga

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 91. Rencana Kejutan

    Hal ini tentu membuat Diva terkejut, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya saat ini. Dan menurut Gandha hal itu sangat wajar sekali.Diva kembali menatap Gandha lekat-lekat, seolah berusaha membaca setiap gerak-geriknya. Sejak tadi, berbagai pertanyaan berseliweran di kepalanya, dan kali ini dia tak mau lagi menahan diri. Rasa penasaran yang sudah lama dipendam akhirnya mencapai puncaknya.Diva menarik napas, lalu bersandar sedikit ke depan, menatap Gandha tanpa berkedip."Oke, begini saja …," ucap Diva membuka suara, nadanya tegas tapi tetap terdengar santai.Tanpa menunggu respons, Diva langsung melanjutkan, matanya tetap mengunci ke arah pria itu. "Sekarang kamu tinggal di mana?" tanyanya cepat.Gandha se

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 90. Permintaan Gandha Pada Diva

    Sesaat udara sekitar mereka memang menjadi kaku lalu detik berikutnya, Gandha tak bisa menahan tawanya.“Pantas saja Elvan menyukaimu! Sangat menarik sekali ternyata.” Gandha berkata terus terang, karena dia sudah tahu persis Elvan itu orang yang seperti apa. Tidak mudah untuk menaklukan hati keponakannya itu.Wanita itu masih terlihat kebingungan.“Kamu Diva, kan?” Kembali Gandha bicara padanya.Diva hanya mengangguk cepat, terlihat dia masih berpikir sesuatu di dalam kepalanya.“Kamu … apa kamu benar-benar Gandha? Pamannya Elvan?” tanyanya lagi dengan nada tidak percaya.Gandha lalu mengeluarkan ponselnya menunjukkan pada wanita itu gambar dirinya dan Elvan, beberapa kali wanita

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 89. Menemui Wanita Elvan

    Lisa membelalak. Nama itu sudah sering ia dengar. Nama yang selalu disebut Gandha saat tidur tak sadarkan diri di masa-masa awal pernikahan mereka. “Itu… Elvan?” bisiknya.“Iya. Dan yang di sebelahnya…,” tanya Lisa.Gandha mengerutkan keningnya sejenak. “Entah siapa ... Mungkin pacarnya. Atau bahkan istrinya?”Gandha tak bisa menahan senyum tipis. Hatinya terasa lega melihat keponakan yang dulu dianggapnya seperti adik kandung sendiri, kini berdiri tegap dan terlihat lebih dewasa.Namun suasana mendadak berubah saat Gandha menyadari sesuatu.“Nico …,” gumamnya sambil meraih ponsel dan menekan nomor seseorang.Lisa memperhatikannya heran. “Kenapa, Mas?”“Aku harus cari tahu siapa wanita itu dan apa saja yang terjadi selama aku pergi.”Lisa hanya diam memperhatikan suaminya ini.“Sudah lima tahun berlalu, yang aku pantau hanya perusahaan dan siapa saja yang mengendalikannya, tapi aku … tidak sedikit pun menyelidiki kehidupan pribadi keponakanku.” Gandha berkata dengan jujur.Lalu terlih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status