Beranda / Romansa / Menikah Dengan Pria Gila / Bab 4. Dia Bicara Normal

Share

Bab 4. Dia Bicara Normal

Penulis: Nychinta
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-13 19:43:53

“Bagaimana saksi, apa ini sah?”

“Sah!” Beberapa orang menjawab dengan lantang.

“Alhamdulillah,” ucap yang hadir di sana.

Kini, Lisa benar-benar sudah resmi menjadi seorang wanita bersuami.

Doa dipanjatkan setelah ijab kabul terdengar. Namun, Lisa masih saja sibuk dengan pikirannya sendiri, rasanya dia tidak percaya dengan banyak hal yang baru saja terjadi.

Tentang kehidupannya yang akan datang bahkan tentang suaminya sendiri.

Setelah doa selesai, seperti biasanya pengantin biasanya akan melakukan prosesi cium tangan suami. Kalau selama ini Lisa hanya melihatnya saat menghadiri acara sakral teman-temannya, kali ini dia adalah pengantinnya.

Berat rasanya untuk melakukan hal ini, apalagi dengan orang yang tidak dicintainya, bahkan dengan pria asing yang dia tidak kenal sama sekali. Keringat keluar dari telapak tangannya, tatkala pria itu memberikan tangannya di depan Lisa.

Bekas goresan luka yang cukup dalam masih terlihat jelas di punggung tangan suaminya itu, hal ini membuat Lisa menjadi iba dengan pria ini. Seharusnya dia tidak egois, bahkan pria ini pun tak mengenalnya sama sekali, pria ini bisa saja berpikir kalau dia dijebak untuk menikah dengannya.

Segera Lisa menyambut tangan itu dan menciumnya, dan siapa sangka berikutnya pria dengan status suaminya ini mendaratkan ciuman ke kening Lisa.

Jelas hal ini membuat jantung Lisa seolah ingin melompat keluar dari tempatnya. Tangan kiri Gandha yang memegang kepalanya dengan lembut, lalu sentuhan bibir di keningnya yang memacu sengatan aneh dan membuat tubuh Lisa benar-benar merasa beku.

Pria ini bisa melakukan hal ini dengan benar! Apa yang sebenarnya terjadi?

Lisa bertanya-tanya dalam hati, tetapi ini menjadi sebuah misteri yang tak mungkin dia pecahkan dengan segera.

“Terima kasih,” bisiknya dengan suara husky di telinga Lisa.

Tentunya kata singkat dan padat ini membuat tubuh Lisa bergetar hebat, apalagi saat pria itu menjauhkan tubuh mereka dan membuat pandangan mereka bertemu untuk sesaat.

Sepasang manik obsidian pekat milik Gandha melihatnya dengan sangat dalam dan penuh makna, seolah ingin menyampaikan sesuatu, tetapi … Lisa masih tidak mengerti. Lisa merasakan kalau saat ini suaminya ini bertindak normal walau hanya sekejap saja, karena setelah itu, dia kembali memasang wajah bengongnya.

Setelah prosesi ijab kabul selesai, Lisa melihat ke sekitar dan saat itu matanya tertuju pada satu sosok yang melihatnya dengan pandangan kecewa, dia adalah Andrian.

‘Andrian? Sejak kapan pria itu ada di sana?’ batin Lisa.

Namun, belum sempat dia berpikir banyak, Duha memanggilnya.

“Lisa, ajak suamimu ke kamar,” titah ayahnya.

Lisa lalu membawa suaminya itu ke kamar, walau rasanya ingin sekali dia menghampiri Andrian saat ini, tetapi dia sadar dengan statusnya yang sudah tidak lajang lagi. Walau bagaimanapun juga pria ini tetaplah suaminya.

Mereka sudah ada di dalam kamar, Lisa menuntun Gandha ke tempat tidur. Nmaun, pria itu kembali ke setelan awal seperti biasa, pandangannya tetap kosong.

Setelah Gandha duduk di atas tempat tidur, Lisa duduk di tepian ranjang itu.

“Mas Gandha,” panggil Lisa untuk pertama kalinya dengan bahasa yang sangat sopan. Hal ini memancing pria itu melihat ke arahnya.

“Apa boleh aku memanggilmu seperti itu?” tanya Lisa lagi dengan suara yang terdengar putus asa.

Entah apa yang sebenarnya diharapkan oleh Lisa saat ini, dia juga tidak mengerti dengan jalan pikirannya sendiri.

Gandha mengangguk pelan. Hal ini membuat Lisa mengerutkan keningnya.

‘Apa sebenarnya pria ini mengerti dengan keadaan sekarang?’ batinnya bertanya-tanya.

“Begini,” ucap Lisa mengawali pembicaraan mereka.

“Mas, kita menikah karena terjebak keadaan. Aku tidak tahu tentangmu secara keseluruhan, pun sama denganmu.” Lisa menarik napas dalam, kini pria itu melihatnya dengan seksama, dengan tatapan yang sedikit bernyawa.

“Aku tidak tahu tentang latar belakangmu, tentang keluargamu, tentang ….” Lisa menghentikan ucapannya, matanya berkaca-kaca, tidak lama kemudian, air matanya luruh juga, dia masih sulit mengatakan apa yang sebenarnya dia rasakan, wajahnya menunduk, entah alasan apa hingga dadanya kian sesak dan tangannya terkepal keras.

Gandha bergerak mendekatinya, lalu tangannya menggenggam tangan Lisa yang mengepal keras di atas pahanya.

“Jangan bersedih,” ucapnya dengan suara seraknya. Hal ini membuat Lisa mendongakkan wajahnya dan melihat suaminya dari jarak yang cukup dekat.

‘Apa baru saja pria ini bicara dengan normal?’ tanya Lisa dalam hati.

“Kamu … apa kamu mengerti dengan apa yang aku katakan?” tanya Lisa lagi.

Namun, sayang sekali tatapan mata pria itu kembali kosong!

Lisa menarik napas dalam dan mencoba mengatur ritme jantungnya yang saat ini masih bergejolak hebat.

“Mas, kalau aku bertanya padamu, apa kamu bisa menjawabku?” tanya Lisa dengan nada lirih.

Tidak ada jawaban yang dia dapatkan.

Kembali Lisa menarik napas dalam, dia lalu menarik tangannya dari genggaman Gandha, kemudian menghapus air mata yang masih mengalir membanjiri pipi dengan punggung tangannya secara cepat.

“Mas, seandainya kamu mengingat semuanya tolong beritahukan padaku apa yang kamu ingat.” Lisa berkata lirih.

Gandha masih diam. Dia melihat ke arah Lisa dengan pandangan kosong.

“Pun seandainya kamu adalah orang jahat, aku tetap istrimu.” Lisa berusaha mengeluarkan sedikit demi sedikit beban dalam pikirannya.

“Aku tidak tahu kenapa kamu sampai penuh dengan luka, aku juga tidak tahu kamu siapa kecuali namamu yang kamu sebutkan padaku. Aku tidak tahu darimana ayahku tahu nama lengkapmu. Apa kamu menceritakan sesuatu pada ayahku?” tanya Lisa.

Namun, Lisa seolah bicara dengan patung. Gandha masih diam dan tidak memberikan jawaban apapun.

“Mas Gandha, aku sekarang istrimu, kita menikah berdasarkan hukum agama. Kalau seandainya nanti kamu ternyata mengingat semuanya dan kamu memiliki keluarga, aku rela ditalak saat itu juga.” Ucapan yang keluar dari Lisa membuat hatinya merasa sangat sakit.

Namun, dia harus menghadapi kenyataan terburuk dan pahit dalam dirinya, dia selalu berpikir rasional, banyak kemungkinan tentang siapa Gandha sebenarnya, tidak bisa juga langsung mengatakan dia adalah orang baik atau orang jahat, karena pria itu benar-benar tidak membawa identitas apapun di tubuhnya.

Gandha masih diam membisu.

Air mata Lisa masih mengalir, dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan untuk menghadapi kenyataan ini.

Kemudian, tangan Gandha terangkat, menyeka air mata yang mengalir di pipi Lisa.

Kali ini pandangan mereka bertemu, cukup lama mereka bersitatap sampai akhirnya Gandha membuka mulutnya.

“A-aku belum menikah,” ucapnya pada Lisa dengan sedikit terbata, hal ini membuat Lisa makin tercengang.

“Apa kamu mengerti dengan apa yang kukatakan?” tanya Lisa memastikan.

Dia mengangguk pelan.

“Namaku Gandha Wongso dan aku belum menikah. Terima kasih karena kamu bersedia menikah denganku.” Ucapan ini terdengar sangat tulus, diucapkan secara sadar dengan tatapan lembut yang membuat efek kejut untuk Lisa!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 94. Aku Kembali

    Saat menaiki Yacht itu tetap saja perasaan Lisa sedikit gelisah, walaupun berbagai cara dilakukan oleh Gandha untuk menenangkan istrinya itu, Lisa teruse menerus terpikir apa yang akan terjadi nantinya.Yacth ini terasa berjalan sangat lambat, beberapa kali Gandha memberikan kehangatan pada istrinya itu.“Lebih baik kamu mendengarkan ini saja,” ucap Gandha lalu menempelkan air bud ke telinga Lisa. Sebuah musik yang cukup menenangkan terdengar jelas di sana.Lisa membiarkan wajahny diterpa angin dan memejamkan matanya, benar … ini cukup membuatnya tenang. Gandha memang sangat mengerti bagaimana cara membuat merasa bahagia.Tidak lama berselang, akhirnya yacht ini pun bersandar. Dengan hati-hati Gandha menuntun istrinya untuk turun dari sana, menjaganya dengan penuh perhatian.Beberapa orang terkejut melihat Gandha, hal ini dirasakan jelas oleh Lisa. Namun, hal itu tidak lama terjadi.“Tuan Gandha, ayo ikut saya.” Satria yang sudah ada lebih dulu di sana menghampiri keduanya. Bersama de

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 93. Harus Percaya Diri

    Lisa terdiam. Ada desir hangat yang menyelusup di dadanya. Ucapan Gandha mungkin sederhana, tapi cukup untuk membuatnya merasa sedikit lebih kuat.Lisa menghela napas, jemarinya mengusap keningnya yang terasa panas. "Iya, Mas... tapi …."Gandha tersenyum singkat, lalu menatap Lisa dengan penuh kelembutan. "Kamu nggak pernah berpikir seperti ini sebelumnya. Sepertinya ini efek hormon kehamilan."Lisa mengerutkan dahi. "Maksudnya?"Gandha tersenyum kecil, lalu meraih tangan Lisa dan menggenggamnya erat. "Kamu tahu nggak? Aku belakangan ini baca-baca soal kehamilan," katanya sambil menatap mata Lisa lekat-lekat. "Katanya, ibu hamil itu bakal jauh lebih sensitif, gampang cemas, terus kadang suka overthinking hal-hal kecil."

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 92. Kamu Penyelamatku!

    Lisa berdiri di depan cermin tinggi berbingkai ukiran emas, jemarinya saling meremas, seolah itu satu-satunya cara menenangkan kegelisahan yang terus menghantui. Pantulan dirinya tampak anggun dalam balutan gaun satin berwarna nude lembut, lehernya dihiasi kalung tipis berbandul mungil yang gemerlap saat terkena cahaya lampu gantung. Tapi, seanggun apa pun penampilannya, rasa canggung itu tak bisa diusir.Kamar itu terlalu mewah untuk disebut sekadar ruang ganti. Dindingnya berlapis panel kayu mahoni, dengan jendela besar yang tirainya setengah terbuka, membiarkan cahaya sore yang mulai meredup masuk ke dalam ruangan. Di sudut, sebuah kursi malas berbahan beludru krem tampak belum tersentuh, sementara aroma lembut bunga lili dari vas kristal di atas meja kecil menciptakan suasana yang justru membuat Lisa makin sadar — dia bukan bagian dari dunia ini.Baga

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 91. Rencana Kejutan

    Hal ini tentu membuat Diva terkejut, dia benar-benar tidak bisa menyembunyikan raut wajahnya saat ini. Dan menurut Gandha hal itu sangat wajar sekali.Diva kembali menatap Gandha lekat-lekat, seolah berusaha membaca setiap gerak-geriknya. Sejak tadi, berbagai pertanyaan berseliweran di kepalanya, dan kali ini dia tak mau lagi menahan diri. Rasa penasaran yang sudah lama dipendam akhirnya mencapai puncaknya.Diva menarik napas, lalu bersandar sedikit ke depan, menatap Gandha tanpa berkedip."Oke, begini saja …," ucap Diva membuka suara, nadanya tegas tapi tetap terdengar santai.Tanpa menunggu respons, Diva langsung melanjutkan, matanya tetap mengunci ke arah pria itu. "Sekarang kamu tinggal di mana?" tanyanya cepat.Gandha se

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 90. Permintaan Gandha Pada Diva

    Sesaat udara sekitar mereka memang menjadi kaku lalu detik berikutnya, Gandha tak bisa menahan tawanya.“Pantas saja Elvan menyukaimu! Sangat menarik sekali ternyata.” Gandha berkata terus terang, karena dia sudah tahu persis Elvan itu orang yang seperti apa. Tidak mudah untuk menaklukan hati keponakannya itu.Wanita itu masih terlihat kebingungan.“Kamu Diva, kan?” Kembali Gandha bicara padanya.Diva hanya mengangguk cepat, terlihat dia masih berpikir sesuatu di dalam kepalanya.“Kamu … apa kamu benar-benar Gandha? Pamannya Elvan?” tanyanya lagi dengan nada tidak percaya.Gandha lalu mengeluarkan ponselnya menunjukkan pada wanita itu gambar dirinya dan Elvan, beberapa kali wanita

  • Menikah Dengan Pria Gila   Bab 89. Menemui Wanita Elvan

    Lisa membelalak. Nama itu sudah sering ia dengar. Nama yang selalu disebut Gandha saat tidur tak sadarkan diri di masa-masa awal pernikahan mereka. “Itu… Elvan?” bisiknya.“Iya. Dan yang di sebelahnya…,” tanya Lisa.Gandha mengerutkan keningnya sejenak. “Entah siapa ... Mungkin pacarnya. Atau bahkan istrinya?”Gandha tak bisa menahan senyum tipis. Hatinya terasa lega melihat keponakan yang dulu dianggapnya seperti adik kandung sendiri, kini berdiri tegap dan terlihat lebih dewasa.Namun suasana mendadak berubah saat Gandha menyadari sesuatu.“Nico …,” gumamnya sambil meraih ponsel dan menekan nomor seseorang.Lisa memperhatikannya heran. “Kenapa, Mas?”“Aku harus cari tahu siapa wanita itu dan apa saja yang terjadi selama aku pergi.”Lisa hanya diam memperhatikan suaminya ini.“Sudah lima tahun berlalu, yang aku pantau hanya perusahaan dan siapa saja yang mengendalikannya, tapi aku … tidak sedikit pun menyelidiki kehidupan pribadi keponakanku.” Gandha berkata dengan jujur.Lalu terlih

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status