"Selamat hari jomblo sedunia!" —Jatuh pada 11 November. Asli, beneran ada.
Kalau Mas sendiri, Mas Banyu bisa janji untuk enggak akan suka sama aku? Banyu mengulang pertanyaan Binar dalam kepalanya berkali-kali.
Apa Binar mengerti apa yang dikatakannya barusan? Banyu ragu Binar mengerti. Apa ia tidak tahu bahwa perasaan itu tidak bisa sepenuhnya berada di bawah kontrol diri sendiri?
Apa Binar tidak mengerti bahwa selalu ada probabilitas untuk segala sesuatu, sekecil apa pun itu?
"Hm ... kalau untuk itu, kamu urus perasaan kamu sendiri saja, biar saya yang urus perasaan saya sendiri," jawab Banyu, sedikit dingin.
Dahi Binar berkerut. Jadi, ini maksudnya bisa atau enggak? Ini, kan, pertanyaan yang butuh jawaban pasti, bukan jawaban yang abu-abu seperti ini.
"Maksudnya gimana, ya?"
"Ya, kayak tadi. Kita urus perasaan masing-masing saja," jawab Banyu masih tidak benar-benar menjawab.
Binar mengh
"Punya pacar sama jomblo itu beda tipis. Punya pacar itu taken, kalau jomblo itu taken-an batin." —Netizen yang budiman. "Ngomong-ngomong, makasih, ya, karena udah mau jauh-jauh ke sini untuk mengabarkan ini ke aku," kata Binar, kini bibirnya tak bisa berhenti mengulum senyum setelah mendengarkan penjelasan panjang lebar dan detil dari Angga. Sampai-sampai Binar tak menyadari ia telah menghabiskan dua potong kue yang ia pesan. "Iya, santai," jawab Angga, dirinya mengambil jeda sebelum melanjutkan, "Kamu habis ini mau ke mana, Nar?" Binar mengedikkan bahu, "Entahlah, kayaknya aku mau langsung pulang untuk merevisi tulisan." "Wow, rajin sekali," Angga menggeleng-gelengkan kepalanya takjub. "Abis ini mau nonton, enggak?" Bagaimana Binar bisa bermalas-malasan kalau hampir setiap hari Angga mengingatkan Binar untuk menyelesaikan naskahnya?! Dibanding kata 'mengingatkan', sepertinya lebih pantas disebut sebagai 'mener
"Aturan nomor satu: orang tua selalu benar. Kalau suatu hari mereka salah, balik lagi ke aturan nomor satu." —Anak yang penuh kasih sayang pada orang tuanya. "Ibu maafin kamu. Tapi, bukan berarti Ibu dan Bapak setuju dengan yang kamu bilang Minggu lalu, ya," tambah Ibu. Oh. Ya, tentu saja. Binar sudah menduganya. Kenapa ia malah sempat-sempatnya berharap? Binar menghembuskan napas dan memutar bola matanya. "Iya, Bu. Bu ... Minggu depan aku bisa ketemu Bapak dan Ibu? Aku mau ngomong sesuatu ... dan ... enggak bisa aku omongin lewat telepon," tanya Binar. "Boleh, dong. Meskipun Ibu dan Bapak masih kesal, tapi kamu tetap anak Ibu dan Bapak, kok. Memangnya ingin membicarakan apa?" "Tentang kelanjutan perjodohan kemarin, Bu. Nanti lengkapnya biar aku jelasin Minggu depan." Binar bisa merasakan Ibu menghela napasnya dari balik telepon. "Iya, nanti Ibu bilang sama Bapak. Kamu kalau ke sini bilang, ya. Biar Ibu
"Awas, hati-hati sama hati orang, hati sendiri lebih lagi." —(Bukan) Pakar Cinta. Binar menaikkan alisnya, terkejut. Kenapa tiba-tiba Mas Banyu ikut ditanya? Binar mengalihkan pandangannya menuju Mas Banyu, lalu ia menangkap mata Mas Banyu yang sudah menatapnya lekat dari tadi. Binar mengedipkan matanya cepat, tiba-tiba merasa gugup karena dipandangi seperti itu. Banyu, yang tanpa sadar sudah memandangi wanita di depannya cukup lama dengan tatapan yang lebih terlihat seperti terpesona, tiba-tiba tersadar bahwa ia sedang ditanya oleh Bunda ketika mata Binar—dan juga mungkin mata seisi ruangan—mengarah padanya. Banyu mengaburkan pandangannya, menelan ludah, dan kembali fokus pada percakapan, "Hah? I–iya, Bun," jawab Banyu terbata-bata. "Ah, kamu ini. Melihat Binar begini saja sudah grogi. Gimana kalau kalian nanti malam pertama? Yang ada kejang-kejang kamu, Banyu," balas Bunda santai. Banyu membelalakkan mata, Binar
"Biasanya, jatuh dari mata, lalu turun ke hati. Dari yang sudah-sudah, sih, seperti itu. Nanti kamu juga begitu." —Teman sesama jomlo yang tiba-tiba jadi ahli percintaan. "I—iya, aku mau." Banyu hanya bisa bereaksi pada jawaban wanita di depannya dengan tersenyum kecil. Tersenyum? Kenapa Banyu sampai tersenyum? Astaga, setelah dipikir-pikir, sudah tidak terhitung berapa kali ia mencuri pandang ke arah Binar sambil kesengsem tidak jelas. Sial, kenapa dandanan Binar jadi terlihat sangat cantik hari ini? Tunggu, kenapa malah Binar yang disalahkan? Ia sadar keduanya hanya menikah kontrak demi menyenangkan hati kedua orang tuanya. Tetapi, kenapa ia bahkan tidak bisa menahan senyumnya setelah mendengar jawaban Binar? Banyu menelan ludahnya. Ia tidak yakin kegaduhan macam apa yang terjadi di hatinya saat ini. "Nah, begitu, dong! Akhirnya kamu menuruti apa kata Bunda untuk menikah. Bunda senang sekali mendengarnya
Harap bersabar. Ini ujian." —Frasa yang terkenal pada jamannya. "Maksud kamu bagaimana, Banyu?" geram Bunda. Lalu melanjutkan, "Jangan bilang, kamu menghamili Binar, ya? Karena itu tiba-tiba kalian ingin menikah?" Karena perkataan Bunda, sontak situasi menjadi lebih menegangkan. Banyu panik, Binar jauh lebih panik. Seketika, semua tatapan mata langsung menuju Banyu dan Binar secara bergantian. "Eh, enggak, Tan. Enggak mungkin Binar hamil sama Mas Banyu! Lagian, kapan juga ngelakuinnya?! Maksudnya ... jelas enggak, dong! Serius! Enggak seperti yang Tante pikirin," Binar gelagapan sembari mengibaskan tangannya cepat. Lalu ia langsung menatap Banyu tajam, "Mas Banyu, gimana, sih?" Kok, jadi Banyu yang disalahkan? Yang menuduh Binar hamil, kan, Bunda? Selain itu, yang mengusulkan untuk tidak adanya pesta pernikahan bukannya Binar sendiri? Banyu menarik napas dalam-dalam, ia sudah menduga orang tuanya akan menu
"Minta didoakan bisa sama siapa saja. Siapa tahu doa dari orang yang enggak kita kira, yang justru dikabulkan?" —Guru ngaji setempat. "Terserah Mas aja," jawab Binar ketus, bola matanya masih mengarah ke kendaraan di samping jendela. "Jangan terserah, dong, jawabnya," balas Banyu tenang. Duh, Binar kalau bicara yang jelas, apa susahnya? Memangnya Banyu ini cenayang? Bahkan Banyu sendiri tidak yakin soal cenayang yang katanya benar-benar bisa membaca pikiran orang. "Ya, aku enggak tahu. Terserah Mas aja," Binar masih menghadap ke jendela di sampingnya.Banyu mencoba memancing jawaban Binar dengan pilihan ganda, "Mau langsung pulang? Atau ke tempat lain dulu?" "Ke tempat lain dulu," akhirnya Binar menjawab. Benar saja, memang yang seperti ini kudu dipancing dulu, pikir Banyu. "Ya, sudah. Kalau begitu maunya ke mana?" Banyu mengeluarkan pertanyaan selanjutnya. "Terserah Mas aja," ujar Binar untuk yang ke
"Biasanya yang awalnya biasa-biasa saja, lama-lama jadi terbiasa." —(Lagi-lagi) seorang teman yang sok ahli percintaan. "Nah, begitu, dong. Kalau senyum, kan, cantiknya enggak hilang," gumam Banyu apa adanya. Oke, ini pertanyaan serius. Ada apa dengan Banyu hari ini? Kenapa ia tiba-tiba berlagak seperti kekasih sungguhan? Tadi memanggil 'sayang', sekarang dengan kalemnya ia bilang Binar cantik. Bahkan, Banyu sendiri dibuat heran dengan tingkahnya hari ini. Tidak seperti biasanya ia blak-blakan dan langsung menunjukkan isi pikirannya begitu saja. Ya, tapi enggak salah juga, sih. Toh, Binar memang benar cantik. Khusus hari ini, cantik banget malah. Binar hari ini mengenakan dress warna coklat gelap sederhana namun tetap formal di bawah lutut. Melihat Banyu yang mengenakan batik dan celana bahan dengan warna senada, membuat keduanya terlihat seperti sepasang suami istri sungguhan yang sengaja mencocokkan bajunya, sengaja m
“Ada dua tipe teman di dunia: pertama, yang membantumu di masa sulit; kedua, yang menertawakanmu di masa sulit, kemudian membantumu. Sabar aja kalau dapat yang kedua.” —Berdasarkan pengalaman pribadi kebanyakan orang.“Tunggu, kamu enggak lagi takut orang salah kira kalau kita lagi pacaran, kan?”Iya, itu juga! Seru Binar dalam hati. Apalagi, melihat penampilan Binar dan Mas Banyu saat ini, keduanya bisa saja dikira sudah menikah. Melihat reaksi Bu Sarti ketika makan bakmi tadi, adalah tidak mungkin jika Binar tidak akan ditanya macam-macam—dan didoakan macam-macam—jika Binar lagi-lagi bertemu orang yang ia kenal.Lebih baik cari aman. Lebih baik begitu.“Enggak, lah. Mas geer banget. Emang sisa tempat duduknya tinggal sedikit, kok,” Binar berbohong lagi.“Oh, oke,” Mas Banyu menjawab pelan.***Niat yang awalnya ingin me-time ingin menonton biosk