Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 203 : Festival di Molgrad

Share

BAB 203 : Festival di Molgrad

Author: Kim Hwang Ra
last update Last Updated: 2025-09-28 23:30:23

Mobil berhenti tepat di depan gedung kantor Elena. Adi lebih dulu membuka pintu belakang dan turun. Ia menunggu sebentar di sisi trotoar, menoleh ke arah Elena.

“Kalau jadi, aku tunggu jam istirahat ya, di kafe sebelah. Hanya makan siang biasa kok,” katanya dengan senyum ramah.

Elena ikut turun dari mobil. “Iya, nanti aku kabari kalau sempat,” balasnya sopan.

Daniel ikut menurunkan kaca jendela mobil, tangannya masih di setir. “Ati-ati di jalan, Adi,” ucapnya singkat, nada suaranya terdengar tenang tapi sorot matanya agak tajam.

Adi hanya mengangguk sopan, lalu beranjak masuk ke area gedung rumah sakit yang letaknya searah.

Elena kembali menunduk ke arah Daniel, yang kini pura-pura sibuk merapikan jam tangannya.

“Kamu itu nggak usah segitu cemburunya,” bisik Elena dengan senyum geli.

Daniel meliriknya sekilas, lalu balik menatap lurus. “Aku nggak cemburu. Aku cuma… nggak biasa lihat ada orang lain nungguin kamu depan apartemen. Itu aja.”

Elena terkekeh kecil. “Hm, ngga
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menikah Karena Visa   BAB 203 : Festival di Molgrad

    Mobil berhenti tepat di depan gedung kantor Elena. Adi lebih dulu membuka pintu belakang dan turun. Ia menunggu sebentar di sisi trotoar, menoleh ke arah Elena. “Kalau jadi, aku tunggu jam istirahat ya, di kafe sebelah. Hanya makan siang biasa kok,” katanya dengan senyum ramah. Elena ikut turun dari mobil. “Iya, nanti aku kabari kalau sempat,” balasnya sopan. Daniel ikut menurunkan kaca jendela mobil, tangannya masih di setir. “Ati-ati di jalan, Adi,” ucapnya singkat, nada suaranya terdengar tenang tapi sorot matanya agak tajam. Adi hanya mengangguk sopan, lalu beranjak masuk ke area gedung rumah sakit yang letaknya searah. Elena kembali menunduk ke arah Daniel, yang kini pura-pura sibuk merapikan jam tangannya. “Kamu itu nggak usah segitu cemburunya,” bisik Elena dengan senyum geli. Daniel meliriknya sekilas, lalu balik menatap lurus. “Aku nggak cemburu. Aku cuma… nggak biasa lihat ada orang lain nungguin kamu depan apartemen. Itu aja.” Elena terkekeh kecil. “Hm, ngga

  • Menikah Karena Visa   BAB 203 : Ikhlas Tapi Tak Rela

    Malam itu, Elena sudah berganti pakaian santai, duduk bersandar di sofa dengan secangkir teh hangat. Lampu ruang tamu menyala lembut, membuat suasana terasa tenang. Tango berbaring manja di karpet, kepalanya bertumpu pada kaki Daniel yang duduk di sebelah Elena. “Besok kita udah mulai kerja” ucap Daniel, menoleh sekilas. Elena mengangguk sambil meniup tehnya. “Iya, rapat lagi. Proyek baru mulai jalan. Kamu sendiri? Apa udah siap kalau proyek itu benar-benar dikasih ke kamu?” Daniel tersenyum kecil. “Siap nggak siap, harus siap. Tapi jujur… aku agak kaget kamu ngotot banget minta CEO kasih proyek itu ke aku.” Elena menaruh cangkirnya di meja, menatap lurus ke arahnya. “Aku janji, kan? Dari awal kontrak kita, aku sudah bilang bakal buka jalan buat kamu. Jadi, aku cuma menepati janji.” Daniel menahan senyum, tapi matanya jelas memperhatikan Elena lebih lama dari yang seharusnya. “Benar juga sih. Kita emang udah sepakat tapi hampir aja aku lupa, kamu keren deh.” Elena mengangk

  • Menikah Karena Visa   BAB 202 : Sebentar seperti Dulu

    Sore itu kantor sudah agak sepi, hanya terdengar suara mesin printer dan beberapa karyawan yang berkemas pulang. Elena melangkah menuju ruangan CEO dengan map cokelat di tangannya. Ia mengetuk pintu pelan. “Masuk,” suara berat CEO terdengar dari dalam. Elena masuk, menaruh map di atas meja kerjanya. “Ini, Pak. Dokumen penyerahan formulir untuk pemegang proyek berikutnya. Sesuai pembicaraan, saya ingin Daniel yang ambil alih.” CEO mengangguk pelan sambil membuka map itu, matanya fokus membaca. Beberapa menit hanya terdengar suara kertas dibalik. Baru setelah itu, ia menatap Elena. “Yakin Daniel?” tanyanya tenang, meski nada suaranya membuat Elena sedikit kaku. Elena menautkan jari-jarinya di depan. “Sebagian besar desain kemarin memang banyak dibantu olehnya, Pak. Lagipula, ini akan jadi pengalaman besar untuk dia. Saya yakin dia bisa.” CEO terdiam sejenak, lalu menyandarkan tubuh ke kursinya. “Hm… baiklah. Kalau kau sudah yakin, aku akan minta kesepakatan manajemen lainn

  • Menikah Karena Visa   BAB 201 : Cerita Adi

    Sesampainya di rumah sakit, Adi langsung menuju ruang staf. Beberapa teman magangnya sedang duduk santai sambil membuka kotak makan siang masing-masing. “Di, tadi ke mana? Kok nggak ikut makan bareng sama kita?” tanya salah satu temannya sambil mengunyah roti. Adi hanya tersenyum tipis sambil menggantung jas dokternya di kursi. “Ah, aku makan di luar. Sama temen lama.” “Wah… temen lama atau… ehem?” sindir yang lain sambil melirik usil. Adi terkekeh, malas menjelaskan panjang lebar. “Temen lama beneran.” Belum sempat obrolan itu berlanjut, seorang perawat masuk dan memanggil namanya. “Dokter Adi, dokter senior memanggil Anda ke ruangannya sekarang.” Adi spontan berdiri, merapikan jasnya. “Oke, aku ke sana.” Beberapa temannya bersuit pelan, seolah menggoda. “Hati-hati, Di, biasanya kalau dipanggil senior mendadak, ada tugas tambahan tuh.” Adi hanya melambaikan tangan dengan ekspresi setengah pasrah, lalu berjalan keluar menuju ruangan dokter senior dengan langkah cepat.

  • Menikah Karena Visa   BAB 200 : Memori Lama

    Elena keluar dari ruang CEO dengan langkah ringan. Senyumnya samar, tapi jelas terlihat ia lega setelah pembicaraan barusan. Ia merapatkan map di pelukannya sambil berjalan ke lobi. Begitu sampai depan gedung, matanya menangkap sosok yang sudah ia kenal. Adi berdiri di sisi trotoar, melambaikan tangan begitu melihat Elena keluar. “Elena!” serunya, membuat beberapa orang ikut menoleh. Elena mengerjap, lalu menghampirinya. “Udah di sini? Urusan rumah sakit emang udah selesai?.” Adi tersenyum santai. “Aku memang masih ada urusan di rumah sakit, tapi jamnya masih agak siang. Jadi kupikir… mending kalau kita makan dulu, Ada kafe baru dekat sini, aku dengar makanannya enak.” Elena menahan tawa kecil. “Kau benar-benar memanfaatkan waktumu, ya?” “Anggap aja aku sedang survey tempat makan di sekitar kantor temanku,” jawab Adi sambil mengedikkan bahu. Elena akhirnya menghela napas, lalu tersenyum. “Baiklah. Ayo makan siang, setelah itu aku harus kembali bekerja.” Adi mengangguk

  • Menikah Karena Visa   BAB 199 : Perasaan yang Belum Usai

    Elena meletakkan gelas air di meja tamu, lalu duduk di seberang Adi. “Jadi, kamu memang serius mau kerja di Molgrad?” tanyanya lagi, masih terdengar sedikit ragu. Adi mengangguk mantap. “Iya. Besok aku ada jadwal ke rumah sakit, katanya mereka butuh dokter tambahan. Jadi aku mau lihat dulu situasinya, baru ambil keputusan.” “Bagus juga kalau begitu.” Elena menyandarkan punggungnya ke sofa. “Tapi kenapa mendadak banget?” Adi tersenyum tipis. “Kadang keputusan yang mendadak itu justru lebih tepat. Lagi pula, aku memang sudah lama kepikiran pindah. Cuma baru sekarang dapat peluang bagus.” Elena mengangguk pelan. “Lalu, kamu tinggal di mana? Jangan bilang mau tidur di lobi apartemenku.” “Tenang aja,” Adi terkekeh. “Aku sudah pesan kamar hotel, nggak jauh dari sini. Jalan kaki pun bisa. Nanti gampang kalau mau ke rumah sakit besok.” “Oh, baguslah.” Elena tersenyum kecil, sedikit lega. “Aku kira kamu bakal minta numpang di sini.” “Kalau aku minta, kamu izinin?” tanya Adi sambi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status