Beranda / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 208 : Fitnah

Share

BAB 208 : Fitnah

Penulis: Kim Hwang Ra
last update Terakhir Diperbarui: 2025-09-30 23:09:22

Setelah makan malam kecil itu, ketiganya akhirnya duduk bersama di ruang tamu. Televisi menyala, tapi hampir tak ada yang benar-benar menonton. Adi dengan santainya banyak berbincang dengan Elena, sementara Daniel lebih banyak diam, sesekali menyahut singkat.

“Elena, kalau besok kamu sempat, aku ada beberapa rekomendasi tempat makan enak di sekitar sini. Nanti aku kasih list-nya,” kata Adi sambil menyeruput minumannya.

Elena tersenyum ramah. “Oh, boleh banget. Makasih ya, Di.”

Daniel yang dari tadi menahan diri akhirnya meletakkan gelasnya dengan sedikit keras ke meja. “Wah, Adi, kamu ternyata kayak pemandu wisata ya. Lengkap banget. Mungkin nanti kamu bisa bikin brosur.”

Adi terkekeh, pura-pura tak peduli. “Boleh juga idenya. Tapi kalau untuk Elena, aku kasih rekomendasi khusus.”

Elena cepat-cepat mengalihkan. “Eh, makanan ini enak ya… Daniel, kamu coba deh.”

Daniel hanya melirik sekilas. “Aku kenyang.”

Tak lama kemudian, Adi pamit pulang. Elena mengantar sampai pintu d
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Menikah Karena Visa   BAB 208 : Fitnah

    Setelah makan malam kecil itu, ketiganya akhirnya duduk bersama di ruang tamu. Televisi menyala, tapi hampir tak ada yang benar-benar menonton. Adi dengan santainya banyak berbincang dengan Elena, sementara Daniel lebih banyak diam, sesekali menyahut singkat. “Elena, kalau besok kamu sempat, aku ada beberapa rekomendasi tempat makan enak di sekitar sini. Nanti aku kasih list-nya,” kata Adi sambil menyeruput minumannya. Elena tersenyum ramah. “Oh, boleh banget. Makasih ya, Di.” Daniel yang dari tadi menahan diri akhirnya meletakkan gelasnya dengan sedikit keras ke meja. “Wah, Adi, kamu ternyata kayak pemandu wisata ya. Lengkap banget. Mungkin nanti kamu bisa bikin brosur.” Adi terkekeh, pura-pura tak peduli. “Boleh juga idenya. Tapi kalau untuk Elena, aku kasih rekomendasi khusus.” Elena cepat-cepat mengalihkan. “Eh, makanan ini enak ya… Daniel, kamu coba deh.” Daniel hanya melirik sekilas. “Aku kenyang.” Tak lama kemudian, Adi pamit pulang. Elena mengantar sampai pintu d

  • Menikah Karena Visa   BAB 207 : Tetangga Baru

    Mobil melaju pelan di jalan kota yang mulai ramai sore itu. Elena yang mengambil kemudi, sesekali melirik ke Daniel yang tampak diam bersandar sambil menatap keluar jendela. “Masih sebel gara-gara dokumen tadi?” tanya Elena sambil fokus ke jalan. Daniel menghela napas panjang. “Nggak, cuma lagi mikirin betapa bodohnya aku mau ditarik-tarik gara-gara salah laci.” Elena hanya tersenyum geli. Namun tiba-tiba, di sisi trotoar terlihat sosok yang cukup familiar. Adi, dengan kemeja rapi dan tas kerja di bahunya, berjalan santai sambil sesekali menatap ponselnya. Begitu ia melihat mobil Elena mendekat, wajahnya langsung cerah. “Elena!” seru Adi sambil melambai. Refleks Elena menepikan mobil. Jendela kaca diturunkan, dan Adi mendekat. “Kebetulan sekali, boleh nebeng? Hotel tempat aku nginap searah kok,” katanya dengan senyum ramah. Elena sempat ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. “Oh, ya sudah, masuk aja.” Adi segera membuka pintu depan, hendak duduk di kursi sebelah Ele

  • Menikah Karena Visa   BAB 206 : Nomor Dua

    Elena baru saja keluar dari ruangannya, membawa beberapa map untuk diserahkan ke bagian administrasi. Koridor sore itu agak sepi, hanya suara langkah sepatunya yang terdengar. Dari arah berlawanan, Lukas muncul dengan senyum ramah—terlalu ramah menurut Elena. “Elena,” sapa Lukas. “Kebetulan banget. Kamu ada waktu sebentar, ngga?” Elena berhenti, menahan helaan napas. Kenapa harus sekarang… pikirnya. Namun ia tetap tersenyum tipis, sopan. “Oh, Lukas. Ada apa?” “Tidak banyak. Aku cuman mau bilang, hasil presentasimu kemarin bagus banget. Perusahaan beruntung punya orang kayak kamu,” ucapnya dengan nada datar. Elena mengangguk singkat, menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa enggannya. “Terima kasih. Itu memang tugasku.” “Kalau kau butuh bantuan untuk proyek baru itu, mungkin aku bisa ikut menyumbangkan sesuatu,” lanjut Lukas, nada bicaranya seolah penuh niat baik, tapi membuat Elena semakin ingin cepat pergi. “Sejauh ini sudah tertangani dengan baik,” jawab Elena singkat

  • Menikah Karena Visa   BAB 205 : Musuh Yang Belum Tuntas

    Udara malam Molgrad terasa sejuk ketika Elena membuka pintu balkon apartemennya. Dari lantai tinggi, lampu kota berkelip seperti bintang yang jatuh ke bumi. Dia membawa dua gelas teh hangat, satu diletakkan di meja kecil, satu lagi diberikan pada Daniel yang sudah lebih dulu duduk bersandar di kursi. “Hmm… di sini emang kalau malam malah seger ya anginnya?” kata Elena sambil menarik kursi dan duduk di sampingnya. Daniel menerima teh dari tangannya, menatap sebentar sebelum menghirup aromanya. “Kalau begini, aku bisa betah berlama-lama di Molgrad.” Elena tersenyum tipis. “Bukannya memang seharusnya gitu? Molgrad ini kota yang sibuk, banyak peluang juga.” Daniel menoleh, matanya serius kali ini. “Aku bukan bicara soal kotanya.” Elena berhenti sejenak, menatapnya balik. “Lalu?” Daniel meletakkan gelasnya di meja, lalu bersandar dengan tangan terlipat di dada. Wajahnya tenang, tapi nadanya penuh ketulusan. “Aku bicara tentang… kita. Tentang apa yang akan terjadi setelah ini.”

  • Menikah Karena Visa   BAB 204 : Festival di Molgrad

    Mobil berhenti tepat di depan gedung kantor Elena. Adi lebih dulu membuka pintu belakang dan turun. Ia menunggu sebentar di sisi trotoar, menoleh ke arah Elena. “Kalau jadi, aku tunggu jam istirahat ya, di kafe sebelah. Hanya makan siang biasa kok,” katanya dengan senyum ramah. Elena ikut turun dari mobil. “Iya, nanti aku kabari kalau sempat,” balasnya sopan. Daniel ikut menurunkan kaca jendela mobil, tangannya masih di setir. “Ati-ati di jalan, Adi,” ucapnya singkat, nada suaranya terdengar tenang tapi sorot matanya agak tajam. Adi hanya mengangguk sopan, lalu beranjak masuk ke area gedung rumah sakit yang letaknya searah. Elena kembali menunduk ke arah Daniel, yang kini pura-pura sibuk merapikan jam tangannya. “Kamu itu nggak usah segitu cemburunya,” bisik Elena dengan senyum geli. Daniel meliriknya sekilas, lalu balik menatap lurus. “Aku nggak cemburu. Aku cuma… nggak biasa lihat ada orang lain nungguin kamu depan apartemen. Itu aja.” Elena terkekeh kecil. “Hm, nggak

  • Menikah Karena Visa   BAB 203 : Ikhlas Tapi Tak Rela

    Malam itu, Elena sudah berganti pakaian santai, duduk bersandar di sofa dengan secangkir teh hangat. Lampu ruang tamu menyala lembut, membuat suasana terasa tenang. Tango berbaring manja di karpet, kepalanya bertumpu pada kaki Daniel yang duduk di sebelah Elena. “Besok kita udah mulai kerja” ucap Daniel, menoleh sekilas. Elena mengangguk sambil meniup tehnya. “Iya, rapat lagi. Proyek baru mulai jalan. Kamu sendiri? Apa udah siap kalau proyek itu benar-benar dikasih ke kamu?” Daniel tersenyum kecil. “Siap nggak siap, harus siap. Tapi jujur… aku agak kaget kamu ngotot banget minta CEO kasih proyek itu ke aku.” Elena menaruh cangkirnya di meja, menatap lurus ke arahnya. “Aku janji, kan? Dari awal kontrak kita, aku sudah bilang bakal buka jalan buat kamu. Jadi, aku cuma menepati janji.” Daniel menahan senyum, tapi matanya jelas memperhatikan Elena lebih lama dari yang seharusnya. “Benar juga sih. Kita emang udah sepakat tapi hampir aja aku lupa, kamu keren deh.” Elena mengangk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status