Home / Romansa / Menikah Karena Visa / BAB 210 : CCTV

Share

BAB 210 : CCTV

Author: Kim Hwang Ra
last update Last Updated: 2025-10-02 23:43:05

Ruangan rapat mendadak hening saat rekaman CCTV dari lorong ditayangkan. Terlihat jelas sosok Daniel berjalan bersama perempuan itu menuju ruang data. Bisik-bisik kecil langsung terdengar di antara karyawan yang hadir.

“Itu… Daniel,” ucap Lukas yang berada di sana.

Perempuan yang menangis tadi langsung menunjuk layar. “Lihat! Itu buktinya. Dia memaksaku masuk!” Suaranya pecah-pecah, menambah dramatisasi.

Daniel berdiri mendadak, wajahnya tegang. “Itu bohong! Dia yang memaksa aku masuk! Dia bilang ada dokumen penting yang harus segera diambil dengan alasan kalau cuma aku yang tahu tempatnya. Aku hanya menuruti karena kupikir itu memang urusan kantor.”

Namun suaranya ditelan gumaman CEO yang mulai condong mempercayai tuduhan si perempuan. Elena menggertakkan giginya. Ia tahu Daniel tidak berbohong, tapi bukti visual memang terlihat memberatkan.

CEO mengetuk meja. “Cukup. Fakta jelas terlihat, Daniel masuk ke ruangan itu bersama dia.”

Daniel membalas dengan suara yang bergeta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Menikah Karena Visa   BAB 211 : Rela Namun Belum sepenuhnya

    Ruangan rapat kembali hening setelah rekaman CCTV ditutup. Semua mata kini tertuju pada perempuan itu. Keringatnya menetes, tangan bergetar saat CEO menatapnya tajam. “Bicara yang jujur sekarang,” suara CEO terdengar berat. “Kalau tidak, saya akan anggap kamu sengaja memfitnah karyawan tanpa bukti dan konsekuensinya akan sangat berat.” Perempuan itu menunduk dalam, bahunya bergetar. “S-saya… saya tidak berniat… tapi saya—” suaranya terhenti, lalu pecah dengan tangisan. “Saya… hanya disuruh! Saya disuruh oleh… Tuan Lukas!” Seketika, ruangan menjadi riuh. Bisikan kaget terdengar di mana-mana. Elena langsung menoleh tajam ke arah Lukas, sedangkan Daniel memicingkan mata penuh amarah yang ia tahan dengan keras. “APA?!” Lukas berdiri, wajahnya merah padam. “Kau gila! Fitnah macam apa ini?!” Perempuan itu hanya terus menangis, menutup wajahnya. “Benar! Dia yang menyuruhku… kalau tidak, aku akan dipecat! Aku tidak punya pilihan…” Lukas menggeram, wajahnya penuh amarah. Dalam seke

  • Menikah Karena Visa   BAB 210 : CCTV

    Ruangan rapat mendadak hening saat rekaman CCTV dari lorong ditayangkan. Terlihat jelas sosok Daniel berjalan bersama perempuan itu menuju ruang data. Bisik-bisik kecil langsung terdengar di antara karyawan yang hadir. “Itu… Daniel,” ucap Lukas yang berada di sana. Perempuan yang menangis tadi langsung menunjuk layar. “Lihat! Itu buktinya. Dia memaksaku masuk!” Suaranya pecah-pecah, menambah dramatisasi. Daniel berdiri mendadak, wajahnya tegang. “Itu bohong! Dia yang memaksa aku masuk! Dia bilang ada dokumen penting yang harus segera diambil dengan alasan kalau cuma aku yang tahu tempatnya. Aku hanya menuruti karena kupikir itu memang urusan kantor.” Namun suaranya ditelan gumaman CEO yang mulai condong mempercayai tuduhan si perempuan. Elena menggertakkan giginya. Ia tahu Daniel tidak berbohong, tapi bukti visual memang terlihat memberatkan. CEO mengetuk meja. “Cukup. Fakta jelas terlihat, Daniel masuk ke ruangan itu bersama dia.” Daniel membalas dengan suara yang bergeta

  • Menikah Karena Visa   BAB 209 : Entah Siapa yang Benar

    Riuh kantor masih belum reda saat tiba-tiba suara berat CEO terdengar dari arah koridor. “Ada apa ini? Kenapa ramai sekali?” Kerumunan spontan terbelah. CEO berjalan masuk dengan langkah tegas, didampingi dua orang staf senior. Wajahnya tampak serius, matanya menyapu ruangan hingga akhirnya berhenti tepat pada Daniel dan Elena yang berdiri di tengah suasana penuh tuduhan itu. Perempuan yang menangis tadi langsung berdiri dan bersuara dengan lantang, meski masih bergetar. “Pak, itu… Daniel! Semalam dia… dia mencoba melecehkan saya di ruang data!” Suasana kembali riuh. Beberapa karyawan bahkan terengah, seolah kalimat itu saja sudah cukup menjadi vonis. Mata CEO menyipit. Ia menoleh cepat ke arah Daniel. “Daniel,” suaranya tegas, “ikut saya ke ruangan.” Daniel membuka mulut, ingin membela diri, tapi kata-katanya tercekat. Ia hanya bisa mengangguk pelan, meski wajahnya jelas menunjukkan keterkejutan dan kemarahan yang ditahan. Elena spontan menggenggam lengan Daniel, beru

  • Menikah Karena Visa   BAB 208 : Fitnah

    Setelah makan malam kecil itu, ketiganya akhirnya duduk bersama di ruang tamu. Televisi menyala, tapi hampir tak ada yang benar-benar menonton. Adi dengan santainya banyak berbincang dengan Elena, sementara Daniel lebih banyak diam, sesekali menyahut singkat. “Elena, kalau besok kamu sempat, aku ada beberapa rekomendasi tempat makan enak di sekitar sini. Nanti aku kasih list-nya,” kata Adi sambil menyeruput minumannya. Elena tersenyum ramah. “Oh, boleh banget. Makasih ya, Di.” Daniel yang dari tadi menahan diri akhirnya meletakkan gelasnya dengan sedikit keras ke meja. “Wah, Adi, kamu ternyata kayak pemandu wisata ya. Lengkap banget. Mungkin nanti kamu bisa bikin brosur.” Adi terkekeh, pura-pura tak peduli. “Boleh juga idenya. Tapi kalau untuk Elena, aku kasih rekomendasi khusus.” Elena cepat-cepat mengalihkan. “Eh, makanan ini enak ya… Daniel, kamu coba deh.” Daniel hanya melirik sekilas. “Aku kenyang.” Tak lama kemudian, Adi pamit pulang. Elena mengantar sampai pintu d

  • Menikah Karena Visa   BAB 207 : Tetangga Baru

    Mobil melaju pelan di jalan kota yang mulai ramai sore itu. Elena yang mengambil kemudi, sesekali melirik ke Daniel yang tampak diam bersandar sambil menatap keluar jendela. “Masih sebel gara-gara dokumen tadi?” tanya Elena sambil fokus ke jalan. Daniel menghela napas panjang. “Nggak, cuma lagi mikirin betapa bodohnya aku mau ditarik-tarik gara-gara salah laci.” Elena hanya tersenyum geli. Namun tiba-tiba, di sisi trotoar terlihat sosok yang cukup familiar. Adi, dengan kemeja rapi dan tas kerja di bahunya, berjalan santai sambil sesekali menatap ponselnya. Begitu ia melihat mobil Elena mendekat, wajahnya langsung cerah. “Elena!” seru Adi sambil melambai. Refleks Elena menepikan mobil. Jendela kaca diturunkan, dan Adi mendekat. “Kebetulan sekali, boleh nebeng? Hotel tempat aku nginap searah kok,” katanya dengan senyum ramah. Elena sempat ragu sejenak, tapi akhirnya mengangguk. “Oh, ya sudah, masuk aja.” Adi segera membuka pintu depan, hendak duduk di kursi sebelah Ele

  • Menikah Karena Visa   BAB 206 : Nomor Dua

    Elena baru saja keluar dari ruangannya, membawa beberapa map untuk diserahkan ke bagian administrasi. Koridor sore itu agak sepi, hanya suara langkah sepatunya yang terdengar. Dari arah berlawanan, Lukas muncul dengan senyum ramah—terlalu ramah menurut Elena. “Elena,” sapa Lukas. “Kebetulan banget. Kamu ada waktu sebentar, ngga?” Elena berhenti, menahan helaan napas. Kenapa harus sekarang… pikirnya. Namun ia tetap tersenyum tipis, sopan. “Oh, Lukas. Ada apa?” “Tidak banyak. Aku cuman mau bilang, hasil presentasimu kemarin bagus banget. Perusahaan beruntung punya orang kayak kamu,” ucapnya dengan nada datar. Elena mengangguk singkat, menahan diri untuk tidak menunjukkan rasa enggannya. “Terima kasih. Itu memang tugasku.” “Kalau kau butuh bantuan untuk proyek baru itu, mungkin aku bisa ikut menyumbangkan sesuatu,” lanjut Lukas, nada bicaranya seolah penuh niat baik, tapi membuat Elena semakin ingin cepat pergi. “Sejauh ini sudah tertangani dengan baik,” jawab Elena singkat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status