“Tapi kau adalah istriku,” samar-samar Brent berbisik. Pria itu menurunkan salah satu tali gaunnya. “Kau tidak boleh menolak keinginan suamimu.”“Tidak, Brent. Kita bukan—”Brent kembali menciumnya, membungkam kata-kata yang ingin dia ucapkan. Telapak tangannya yang besar meraup buah dadanya, meremasnya, memelintir putingnya, dan membuat pikirannya kacau. Dia mengerang dengan tubuh gemetar.“Kau sudah terangsang, Honey,” bisik Brent sambil menjilat telinganya. Tiba-tiba tangannya turun ke perut Beverley, dan turun lagi lebih ke bawah.“Tidak! Brent … jangan sentuh itu!”Beverley berteriak lalu membuka kedua matanya sambil terengah-engah. Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk, lalu menyeka keringat yang menetes di dahinya. “Ya Tuhan…. Mimpi macam apa lagi itu?!”Dia menjadi kesal dan marah. Sejak malam ketika Brent mabuk selepas dari club malam, dia sudah dua kali mendapatkan mimpi yang tidak normal. Pria itu mendatanginya di dalam mimpi, menghantuinya dengan sesuatu yang tidak s
“Nyonya, silakan naik,” ucap Jace pada Beverley. Wanita itu masih mematung di depan tangga menuju pintu jet pribadi milik Brent.“Kalian serius?” Beverley diam-diam menelan ludahnya. Dia sebenarnya tidak ingin terlihat seperti gadis kampungan, tapi ini adalah pertama kalinya dia melihat jet pribadi secara langsung. Tentu saja itu membuatnya tertegun!Brent yang sudah naik terlebih dahulu, berbalik dan menoleh ke bawah. Dia tersenyum mengejek. “Cepatlah! Kau masih bisa mengagumi jet ini dari dalam.”Beverley mendengkus dengan sinis. Dia mengibaskan rambut panjangnya ke belakang dengan anggun, lalu menyusul Brent. Dia tidak ingin pria itu mengejeknya karena terlihat seperti gadis kampungan.Bagian dalam kabin itu berbeda dengan kabin pesawat pada umumnya. Itu tidak luas. Jumlah kursinya hanya ada beberapa. Semuanya terlihat mewah dengan didominasi oleh warna putih.Seorang pria muda tampan dengan pakaian pilot keluar dari sebuah pintu yang tertutup. Pria itu tersenyum pada Brent dan Bev
“Kalian pergilah terlebih dahulu. Aku akan menyusul,” kata Brent dengan eskpresi wajah yang dingin. Dia tampak tidak ingin diganggu atau dibantah.Beverley tidak mengerti apa masalahnya, tapi dia terlalu malas untuk bertanya. Akhirnya dia bersama dengan Jace melanjutkan langkah ke kamar hotel yang akan mereka tempati.Sementara itu, Brent berjalan menuju ke koridor di mana sebelumnya dia melihat seorang wanita yang sangat dikenal. Tangannya merogoh ponselnya lalu segera menelepon seseorang. Beberapa saat kemudian, suara manis kekasihnya terdengar.“Halo, Sayang. Apa kau sudah sampai di Hawaii?” tanya Natalie.“Aku tiba di sini beberapa saat yang lalu,” jawab Brent tanpa ekspresi. “Apa kau masih sibuk dalam sesi pemotretan di studio?”Natalie tidak langsung menjawab. Wanita itu kemudian tertawa kecil. “Aku sedang beristirahat sejenak. Hari ini sangat melelahkan. Aku tidak bisa mengobrol banyak denganmu.”“Oh ya?” Brent menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu kamar yang tertutup.
Beverley tidak begitu peduli dengan Brent yang masih belum kembali. Saat ini dia sudah sampai di kamar dan menerima beberapa arahan dari staf hotel. Setelah mereka pergi, dia segera mengagumi seluruh kamar yang sangat luas itu.Itu benar-benar kamar yang menakjubkan. Selain kamar tidur utama, ada juga ruang tamu yang cukup besar dan dapur yang dilengkapi dengan pantry, bar mini, dan mesin pembuat kopi. Kapan lagi dia memiliki kesempatan untuk menikmati kemewahan seperti itu?Ranjang king size-nya dihiasi dengan handuk-handuk yang dibentuk menjadi dua angsa yang saling berhadapan. Ada lilin-lilin cantik dan taburan bunga mawar segar di sekitarnya.Beverley mendengkus. “Jadi, Carol bersungguh-sungguh dengan ucapannya. Tapi ini tidak akan berguna,” komentarnya.Kemudian dia membuka pintu kaca yang mengarah ke teras balkon yang cukup luas. Teras itu menghadap langsung ke laut. Itu tempat yang sangat strategis untuk menikmati keindahan Pantai Waikiki.Ini sudah hampir senja. Beverley ingin
“Aku tidak akan keluar selama tidak ada pakaian yang bisa aku pakai!” seru Beverley yang kemudian menutup pintu kamar mandi dengan cukup keras.Brent mendengkus. “Terserah,” gumamnya dengan dingin. Dia meninggalkan Beverley lalu mulai sibuk dengan laptop dan pekerjaannya.Sementara itu, Beverley menunggu di dalam kamar mandi dengan sabar. Namun, setelah waktu yang lama, tidak ada seorang pun yang datang mengantarkan pakaian. Dia menjadi kesal. Apakah Brent menipunya?Dia kembali membuka pintu lalu bertanya, “Brent, kenapa masih belum datang juga?!”Brent tidak menjawab pertanyaannya. Dia menjadi tidak sabar dan memilih keluar dari kamar mandi untuk memastikan apakah pria itu masih di kamar.Samar-samar suara Brent terdengar dari ruang tamu. Pria itu sedang menelepon seseorang. Beverley hanya mendengar beberapa kalimat sebelum akhirnya pria itu menutup teleponnya. Tepat setelah itu, bunyi ketukan pintu terdengar.Kemudian Brent membuka pintu yang langsung memperlihatkan Jace yang sedan
Beverley kembali ke kamar dengan wajah lesu. Dia membuka pintu dan langsung melihat Brent yang menunggunya di sofa dengan penampilan yang rapi. Pria itu menatapnya dengan tajam.“Kenapa kau lama sekali!” Brent terdengar jengkel. Beverley menghela napas lalu tanpa mengatakan apa-apa langsung masuk ke kamar mandi.Brent mengerutkan kening. Kenapa wanita itu terlihat kesal dan tidak bahagia? Dia pun menunggunya keluar sambil mengemasi beberapa barang yang akan dibawa pergi tak lama lagi.Setelah beberapa saat, akhirnya Beverley keluar dari kamar mandi. Brent langsung memerintah, “Bersiaplah! Kita harus pergi menemui calon investor.”“Apa?” Beverley segera menggeleng. “Tidak. Aku lelah dan tidak ingin ke mana-mana. Kau pergilah sendiri,” ucapnya sambil berjalan ke dapur.Dia membuka kulkas kecil dan mengambil air mineral. Ketika dia hendak membuka tutup botolnya, Brent langsung merebutnya. “Kau harus ikut.”“Brent, berhentilah memaksaku!” Beverley berseru dengan kesal. “Jika aku mengataka
“Itu tidak benar, Brent.” Beverley menggelengkan kepalanya beberapa kali. “Aku sama sekali tidak mengenalnya. Pria itu menabrakku dengan keras, lalu mencoba menahan tubuhku yang hampir jatuh.”Brent mengerutkan kening. Dia mengangkat pergelangan tangan Beverley yang tadi pagi sempat memerah. “Lalu bagaimana dengan ini?” tanyanya penuh selidik.Beverley tidak tahu harus mengatakan apa. Jika dia memberitahu Brent tentang tindakan buruk Natalie, apakah pria itu akan percaya?“Lihat, kau bahkan tidak bisa menjawab!” Brent menggertakkan giginya. “Apakah pria itu melakukan kekerasan kepadamu padahal dia tidak mengenalmu? Atau apakah kau akan mengatakan dia melecehkanmu seperti kau selalu menuduhkan itu padaku?”Kata-kata itu membuat Beverley marah. “Dia tidak melakukan itu tapi apa yang kau lakukan di masa lalu adalah nyata!”Brent tertawa mengejek. “Omong kosong!”“Kau tidak pernah mau mengakuinya bukan? Dasar pria brengsek!” Beverley memaki. “Tanyakanlah pada kekasihmu kenapa foto seperti
Pada hari berikutnya, Beverley dan Brent akhirnya kembali ke Los Angeles. Itu lebih cepat dari waktu yang dijadwalkan. Namun, tidak ada satu pun yang merasa keberatan dengan itu.Setelah melakukan penerbangan panjang, mereka akhirnya sampai di bandara. Brent pergi lebih dulu, meninggalkan Beverley kepada Jace. Pria itu terburu-buru karena suatu urusan.“Ma’am, biarkan aku membantumu,” ucap Jace yang hendak memapah Beverley. Dia khawatir dengan luka di telapak kakinya yang belum sembuh.“Tidak perlu, Jace. Aku hanya akan berpegangan padamu.”Jace akhirnya mengulurkan tangannya dan menuntun Beverley keluar dari bandara. Mereka langsung masuk ke mobil yang sudah lama menunggu dan dengan cepat kembali ke rumah.Sementara itu, Brent bukan pergi untuk urusan pekerjaan melainkan untuk menemui Natalie. Dia masuk ke sebuah apartemen mewah yang dihuni oleh orang-orang kaya dan bergengsi. Keamanan privasi di sana sangat tinggi yang membuatnya merasa lebih tenang.Dia naik ke lantai 12 lalu berja