[WARNING! FOR 18+ ONLY] Setelah bertengkar dengan ibu tirinya, Beverley tiba-tiba mendapatkan undangan pernikahan yang isinya membuat wajahnya memucat. Bukan karena undangan itu datang dari mantan kekasihnya yang menikah dengan wanita lain, melainkan karena nama mempelai wanita yang tertulis adalah namanya sendiri! Jadi, ibu tirinya tidak berbohong? Wanita itu benar-benar menjualnya untuk melunasi utang jutaan dolar? Lalu siapa calon suaminya? *** Saat pertama kali Brent Oliver melihat calon istrinya di altar pernikahan, dia bersumpah untuk tidak pernah tergoda oleh kecantikan dan keseksiannya. Namun, siapa yang menyangka semakin banyak waktu yang dihabiskan bersama wanita itu, sikapnya yang polos dan sulit untuk ditaklukkan menjadi begitu menggoda hingga membuatnya tergila-gila. Bisakah Brent terus mempertahankan hubungannya dengan kekasih rahasianya? Atau apakah dia terjebak dengan istrinya yang begitu memikat?
View More*REMEMBER THAT THIS GETS DARKER AS YOU READ AND THE FIRST STORY IS A SLOW-BURN.*
JAYDEN’s POV Rafael, son of Alpha Zane, isn’t just some glorified titleholder designed to make the females swoon and the Betas bark in submission. He is young, sinfully handsome, and tall with a broad chest that begged for tongues to slide over. The first time I heard his voice on TV, every word from his mouth curled like claws around my throat. But what would someone like him want with someone like me? Would he even glance twice if we crossed paths in the darkened halls of the city? And if by some twisted fate we collided... I mean if our scents tangled in the air, would he ever choose a filthy Omega? Would he claim me? And would he want to be with a fellow male? I’m just a castaway. An Omega with no wolf. No home. No power. And with all that, my body betrays me at the thought of him. I’ve whimpered in the dark, imagining his growl at my neck and his hand gripping my throat as I stroke myself with my slick fingers. With each fantasy, I twitch like a bitch in heat. “Jayden, are you coming with me or not? This might be your last chance,” Sophia called from outside the cracked wall, her voice echoing into the living room like the last rope out of hell. I wiped my sweaty palms on my jeans and went. She smiled softly when I stepped out like she pitied me but didn’t know how to say it without sounding cruel. She’s another Omega in the pack. But unlike me, she has a wolf. She has a warm bed. A shitty but steady job. She has options. I could curse my parents for siring me, for giving me nothing but shame and a broken bond. If I had a second chance at life, I would beg to be born as anything else. Beta. Rogue. Even prey. Sophia led me to the private hotel suite, a high-end place for higher-ranking wolves. The kind of place where Alphas came to eat, sleep, and do whatever they like with whoever dared to enter their territory. We entered, and she took me straight to meet the manager. A man with ice-blue eyes and a voice slicker than oil. His gaze raked over me like I was meat. Just something to taste and toss. I tried to grin, but my stomach knotted. I dropped my gaze quickly, avoiding eye contact. “You’re beautiful,” he murmured. “Thank you,” I replied, my voice barely a whisper. He leaned back in his leather seat with a smirk. “I’ll take him.” Sophia turned and gave me a smile, warm enough to make my eyes sting. As we walked down the hallway, Sophia explained the rules, though I barely heard any, until we reached the kitchen and tied on our aprons. The air inside was thick with the scents of herbs, roasted meats, and the buzzing nerves of every low-ranked wolf trying not to make mistakes. Sophia and I joined the queue of waiters and waitresses who were all lined up with trays in their hands and their heads lowered as the kitchen head barked out orders. Then we were each handed a sticky note bearing a room number. “Room 1705,” mine read. I left the kitchen with the others, walking in single file through the winding hallway of the Luxura Private Hotel Suite. Each step up the stairs made my heart beat faster. By the time I reached the top, I could feel it almost jumping out of my chest. I knocked softly but the door creaked open all on its own. That’s weird. But then, some unfamiliar scent caught my nose—Spiced cedar. Burnt amber. Warm leather and pure Alpha heat. It washed over me in a wave, flooding my senses, knocking air out of my lungs. My knees trembled slightly. A whimper curled at the edge of my lips, but I bit it back. I stepped inside the room, cautiously, my eyes darting across the dim space. It was silent and empty. No footsteps. No presence. It was just that scent all around. Whoever was staying here clearly wasn’t in. I would just drop the tray and go. I placed the food carefully on the drawer near the bed and turned toward the door. Then I stopped. Did Sophia say anything about guests being absent? Were we allowed to just drop the food? Shit. I hadn’t listened well enough. Cursing under my breath, I reached for the door. But my hand stalled on the knob. My instincts screamed at me. I turned back, hurrying to the drawer to retrieve the tray. My hands curled around it and as I was still bent forward, I heard a soft click as a door creaked open behind me. My fingers clenched tighter around the tray as I straightened slowly, my spine stiff. The air behind me felt different now—charged and dominant. I turned around slowly only to see Alpha Rafael. Tall. Bare-chested. Drops of water trailed down the ridges of his stomach like they worshipped him. A towel hung low on his hips, barely clinging to decency. His silver eyes—cold, piercing and possessive—landed on me like a blade to the throat. Then, it rolled to trail down my nape. My heart raced faster as my legs shook until something stirred inside me. I tightened my grip on the tray as my blood warmed up. ~He’s cute. I like him.~ What…? I looked around quickly, my eyes darting left to right. But the room was empty. It was just me and… him. But, he’s still yet to say a word.Brent dan rekan-rekannya berhasil mengumpulkan bukti-bukti kejahatan Natalie dalam waktu tiga hari yang singkat. Mereka menyerahkannya kepada pihak kepolisian hingga akhirnya penangkapan pun dilakukan.Beverley ikut dalam penangkapan itu. Pada awalnya Brent melarangnya, tapi dia bersikeras ingin ikut. Dia ingin melihat apakah Natalie akan mengakui kejahatannya.“Dia memiliki niat untuk mencelakaimu, Sayang,” ucap Brent saat mobil yang mereka tumpangi sampai di apartemen Natalie. Dia menatap istrinya itu dengan lembut. “Jangan sampai dia melakukannya lagi.”“Jangan khawatir, Brent. Dia tidak akan melakukannya karena kita datang bersama petugas polisi.”Brent akhirnya mencium keningnya dengan penuh cinta. “Baiklah. Ayo turun.” Dia membuka pintu lalu menuntun Beverley keluar dari mobil.Beverley tertawa kecil. Sejak mengetahui kehamilannya, sikap Brent menjadi lebih lembut padanya. Pria itu juga akan mengabulkan apa pun keinginannya. Dia begitu manis dan penuh kasih sayang.Para petugas
Kematian Chris merupakan pukulan berat untuk Brent dan Michael. Chris telah banyak merugikan mereka dan menyebabkan banyak masalah untuk keluarga. Namun, mereka sama sekali tidak menginginkan kematiannya.Berhari-hari setelah proses pemakaman dilakukan, Brent menjadi sangat sibuk. Dia berjuang untuk menyelidiki siapa yang telah mendalangi kecelakaan itu. Pihak kepolisian melakukan penyelidikan, tapi dia tidak bisa hanya mengandalkan mereka.Karena masalah itu, waktunya untuk Beverley juga berkurang banyak. Wanita itu memakluminya. Namun, dia menjadi penasaran seserius apa masalahnya.Hampir tengah malam, Brent belum naik ke kamar tidur padahal dia sudah pulang dari kantor. Beverley menuruni tangga dengan hati-hati. Tidak ada seorang pun yang terlihat di mansion itu. Para pelayan sudah beristirahat.Dia mengintip ke luar halaman dan melihat mobil Ryan parkir di sana. ‘Mereka masih ada di sini,’ batin Beverley.Dengan hati-hati dia melangkah mendekati ruang baca yang jarang digunakan. I
Air mata menetes di wajah Brent. Dia langsung berbalik lalu memeluk Beverley. Tubuhnya gemetar dan dia menangis dalam diam.Beverley memeluk pria itu dengan erat. Dia mengerti kesedihannya. Brent biasanya terlihat begitu membenci Chris. Namun, pria itu selalu melindunginya.Semarah apa pun Brent, dia tidak pernah bertindak kejam atau terlalu jauh pada Chris. Ancaman-ancaman yang keluar dari mulutnya hanya kata-kata yang tidak sungguh-sungguh dia lakukan. Pria itu diam-diam selalu menyayangi saudaranya. Atau dia tidak pernah menyadarinya.“Aku tidak buru-buru untuk berdamai dengan dia. Kupikir … masih ada banyak waktu yang tersisa,” bisik Brent dengan mata terpejam.“Seharusnya aku tidak pergi ke New York. Itu pastilah tanda-tandanya," gumamnya.Beverley mengusap punggung Brent dengan lembut. Telapak tangannya merasakan jejak kain melintang di punggungnya. Keningnya berkerut dalam. Apakah yang Chris katakan benar? Dia mencoba mengesampingkan hal itu sementara.“Brent, bahkan jika kau t
Tubuh Chris tergeletak di tengah jalan. Darah segar mengalir dari kepalanya. Wajahnya bersimbah darah. Dia berdiam dan tak bergerak.Beverley gemetaran melihat apa yang baru saja terjadi. Wajahnya pucat pasi. “Tidak. Tidak. Chris, apa kau baik-baik saja?!”Dia mencoba berdiri, tapi kakinya sakit dan lemah. Perut dan kepalanya juga sakit. Dengan panik dia merangkak mendekati pria itu.Chris tersedak dan kehabisan napas. Beverley langsung menangis setelah melihat betapa buruknya kondisinya. Dia segera memegang tangannya.“Chris, aku akan memanggil bantuan. Tolong bertahanlah,” pintanya dengan suara bergetar. Dia segera mengambil ponselnya tapi Chris mencengkeram tangannya.“Beverley ….” Chris memanggilnya dengan lemah.“Jangan katakan sesuatu dulu, kumohon.” Beverley sambil menangis mencoba mengendalikan tangannya yang gemetar. Dia menekan nomor 911 dengan panik.“Maafkan aku … Bev,” bisik Chris dengan susah payah. Dia merasa tubuhnya melayang semakin tinggi. Dadanya sesak. Rasa sakit m
Upacara pemakaman untuk Emma dilakukan dengan cepat. James dan Beverley sepakat untuk membuat semuanya sederhana dan tidak mencolok. Mereka juga tidak mengundang banyak orang.Pemakaman itu dilakukan sehari kemudian. Beverley berdiri di belakang ayahnya yang berjongkok di dekat batu nisan. Upacara pemakaman itu sudah selesai. Orang-orang yang datang sebagian sudah pergi.Michael menghampiri Beverley. Pria tua itu menepuk pundaknya dan berbisik, “Brent seharusnya akan segera tiba di LA. Anak itu benar-benar ….”Beverley menggeleng dan tersenyum. “Dia mengalami beberapa kendala yang membuatnya tertunda. Tidak apa-apa. Lagi pula dia berada di negara bagian lain. Perjalanan pulang akan memakan waktu berjam-jam.”Kemarin Brent bilang akan segera pulang setelah rapat selesai. Namun, pria itu mengaku menemukan masalah serius yang mustahil untuk ditinggalkan. Akhirnya dia baru bisa kembali hari ini.“Aku senang karena kau memakluminya. Setelah Brent tiba di mansion nanti, aku akan langsung me
Keesokan harinya, sesuatu yang mengejutkan tiba-tiba terjadi. Pagi itu Beverley baru sampai di kafe Katy. Ponselnya berdering. Ada panggilan masuk dari James.“Sangat jarang James meneleponku,” gumamnya. Dia segera menjawab telepon itu. “Halo, Ayah.”Suara tangisan James tiba-tiba memasuki telinga Beverley. Pria itu tidak mengatakan apa-apa dan itu membuatnya khawatir. “Ayah, ada apa? Kenapa kau menangis?”James terisak. “Emma ….”“Kenapa dengan Emma?” Beverley segera berdiri dari kursi. Perasaannya menjadi tidak tenang. Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?“Dia mengonsumsi begitu banyak obat-obatan terlarang. Dia overdosis, Bev,” bisik James dengan suara lemah.Beverley menggeleng tidak percaya. “Bagaimana … bagaimana mungkin?”Suara isak tangis James kembali terdengar bersama dengan suara keributan beberapa orang. Ada banyak orang di tempat di mana pria itu berada. Dan itu semakin membuat Beverley khwatir.“Ayah, di mana Ayah sekarang? Aku akan segera ke sana.”“Datanglah ke rumah,
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments