Brent memejamkan matanya dengan kuat. Aroma tubuh Beverley tercium ke hidungnya dan itu membuatnya menjadi semakin tidak tahan. Akhirnya tangannya masuk ke dalam selimut dan memeluk tubuhnya dari belakang.Jantungnya berdebar-debar. Beverley tidak bereaksi dan itu membuatnya merasa seperti bajingan yang sedang memanfaatkan keadaan. Namun, dia sungguh tidak bisa menahan godaan itu.Entah kenapa ini terasa begitu menantang baginya. Dia mendekatkan bibirnya ke telinga Beverley lalu membisikkan namanya dengan sangat lembut. Wanita itu hanya sedikit mengerutkan kening.Brent menjadi semakin berani. Dia mengecup lehernya dengan lembut. Tangannya bergerak naik ke dadanya dan menyentuh payudaranya yang sangat kenyal dan montok. Itu benar-benar terasa luar biasa di tangannya!Dia meremasnya dengan lembut dan itu langsung membuat Beverley mengerang lirih. Suara erangannya begitu menggoda dan memikat. Brent merasa hampir gila dibuatnya. Apakah wanita itu sungguh tidak sadar?Tangannya terus mere
Setelah sarapan pagi, akhirnya Brent dan Beverley pergi menjenguk James. Mereka tidak diantar sopir, Brent yang menyetir mobil sendiri.Kondisi James saat ini sudah lebih baik dari terakhir kali Beverley melihatnya. Pria itu belum bisa berjalan, tapi dia sudah bisa berbicara dengan baik dan itu membuatnya merasa sangat senang.Beverley berjongkok di depan kursi roda ayahnya lalu tersenyum menatapnya. “Ayah, apa kau menyalahkanku karena akhir-akhir ini jarang menjengkukmu?”James tersenyum lalu menggeleng. Tangannya mengelus puncak kepala putri satu-satunya. “Aku sudah mendengar apa yang sudah kau alami. Maafkan aku …,” ucapnya dengan sedih. “Maafkan Emma.”“Jangan meminta maaf. Aku senang jika Ayah bisa kembali sembuh. Lagi pula ….” Beverley melirik Brent yang sedang berdiri menatap mereka, lalu melanjutkan, “Lagi pula aku tidak memiliki banyak masalah di rumah Brent.”James langsung menatap Brent dengan penuh terima kasih. Dia adalah mantan bawahan Michael sehingga sudah tidak asing
Brent mencium Beverley. Dia menggigit bibir bawahnya hingga terbuka. Lidahnya menyelusup masuk dan melilit lidahnya dengan cepat. Dia menyesap dan mereguk mulutnya yang manis.Beverley memejamkan matanya dengan kuat. Tangannya mencengkeram lengan Brent. Kemudian dia menggeleng melepaskan ciuman itu. “Jangan seperti ini, Brent. Ini tidak benar!”Pria itu menatapnya dengan putus asa. “Aku tahu seharusnya tidak seperti ini.”Mereka saling menatap dengan perasaan yang sulit untuk dijelaskan. Brent memegang tengkuk Beverley dan ingin menciumnya lagi, tapi mereka tiba-tiba mendengar suara langkah kaki mendekat.Beverley segera mendorong Brent mundur, lalu dia merapikan penampilannya sendiri. Dia melipat kemejanya yang basah hingga beberapa saat kemudian pegawai rumah anggur yang melayani mereka muncul.“Tuan dan Nyonya Oliver, aku sudah mendengar sesuatu yang terjadi pada kalian. Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Apakah kalian membutuhkan bantuanku?” tanya pegawai itu.“Tidak.” Brent menj
Keluarga Oliver sudah berkumpul semua. Beverley menjadi tidak tenang karena ayahnya masih belum datang. Apa mungkin James tidak diizinkan pergi oleh dokternya?Dia hendak menelepon ke rumah, tapi tiba-tiba bel berbunyi. Seorang pelayan segera membukakan pintu. Setelah itu sosok wanita bergaun merah melangkah masuk.“Emma?” Beverley mengerutkan kening. Kenapa Emma ada di sini? Wanita itu bahkan datang sendirian tanpa James.Emma dengan penampilan glamornya tersenyum pada semua orang. Dia berjalan menuju meja makan. Tidak ada pelayan yang menghentikannya sama sekali karena mereka tahu dia ibu tiri Beverley.“Selamat malam semuanya. Maaf aku datang terlambat. Dokter tidak mengizinkan James pergi, jadi dia memintaku untuk menggantikannya,” ucap Emma dengan ramah.Beverley hanya membuang napas pelan. Dia tidak tahu apakah Emma berkata jujur atau itu hanya akal-akalannya untuk datang ke sini sendirian. Prasangkanya kepada Emma memang menjadi lebih buruk dari sebelumnya.“Tidak apa-apa. Nyon
“Ayo coba lagi,” kata Brent tanpa mengalihkan perhatiannya dari wanita di depannya.Beverley menatap marah pada pria itu. Namun, sekarang mereka berada di tengah-tengah ruangan. Jika dia membuat keributan, itu akan menarik perhatian banyak orang.Akhirnya dia meletakkan tangannya lagi di pundak Brent. Dia menatap pria itu dengan tajam. “Jangan bermain-main, Brent,” ucapnya penuh peringatan.Kali ini Brent menjadi lebih serius. Dia menahan diri agar tidak melakukan sesuatu yang buruk pada Beverley.Mereka kembali berdansa mengikuti irama musik. Setelah melalui beberapa putaran akhirnya Beverley bisa menyeimbangi Brent. Dia merasa senang karena akhirnya bisa berdansa dengan cukup baik.Beberapa saat kemudian, acara dansa itu akhirnya selesai. Orang-orang menikmati anggur mereka sambil mengobrol dan bercanda. Beberapa orang juga menggunakan acara itu untuk membangun relasi bisnis.Sementara itu, Beverley kabur ke toilet setelah menyelesaikan dansanya dengan Brent. Dia tidak ingin Michael
Beverley bangun di pagi hari dengan kepala berdenyut. Dia memegang kepalanya sambil melihat ke sekeliling. Ingatan semalam ketika dia mabuk langsung membanjiri kepalanya.“ASTAGA!”Dia langsung menutup wajahnya dengan malu. Wajahnya berubah menjadi merah padam. Ingatan itu tidak begitu detail, tapi dia memang mengingat beberapa hal.Bagaimana dia bisa melakukan itu? Bagaimana dia bisa mencoba merobek dressnya di depan Brent, menuntun pria itu menyentuh payudaranya, dan bahkan dengan tangannya sendiri dia membuka ujung dressnya sampai memperlihatkan celana dalamnya!“Bodoh! Bodoh! Bodoh!”Beverley memukul kepalanya sendiri beberapa kali dengan marah. “Kenapa aku bisa melakukan itu? Kenapa aku harus mabuk? Kenapa aku harus …. Arrgghhh!”Dia menenggelamkan kepalanya ke dalam bantal. Selama ini dia selalu waspada kepada Brent, tapi semalam dia justru bertindak begitu berani. Bagaimana dia harus menghadapi Brent setelah ini?Tiba-tiba pintu kamar tidur itu dibuka dan Brent melangkah masuk.
Pagi ini Beverley sedang memasak di dapur bersama Bibi Daisy ketika tiba-tiba seseorang membunyikan bel rumah. “Siapa itu?” Dia bertanya dengan penasaran.Edward yang saat itu kebetulan baru turun dari lantai atas langsung pergi membukakan pintu depan. Ekspresinya berubah kaku ketika melihat siapa yang datang.“Di mana Brent?” tanya sang tamu.Pria tua itu menjawab dengan pelan, “Mr. Oliver belum turun, Miss Hale.”Natalie tersenyum. “Baiklah. Kalau begitu aku akan menemuinya di atas,” ucapnya sambil melangkah masuk. Wanita itu tidak membutuhkan persetujuan Edward karena dia sudah terbiasa keluar masuk rumah itu kapan pun dia mau.Kepala pelayan itu menghela napas sambil memerhatikan Natalie yang berjalan menaiki tangga. Setelah dia tak terlihat lagi, dia segera pergi ke dapur.“Wanita itu datang lagi,” katanya pada Bibi Daisy dan Beverley.“Siapa maksudmu, Edward?” Beverley segera bertanya.“Siapa lagi jika bukan Nona Hale?”Ekspresi Beverley langsung berubah ketika mendengar nama it
Beverley di depan meja rias menggerutu sambil mengaplikasikan bedak di wajahnya. Dia masih kesal dengan Natalie yang ingin menamparnya.“Apa hanya karena dia adalah seorang model lalu bisa seenaknya menyebut aku wanita rendahan?”“Jika tadi Brent tidak menghentikannya dan aku benar-benar ditampar, aku ingin sekali menampar balik wajahnya.”Dia tersenyum dingin. “Bisa menampar seorang model pasti akan sangat memuaskan.”Pada saat itu, tiba-tiba pintu kamar dibuka. Dia langsung menoleh dan melihat Brent berdiri di ambang pintu. Untuk apa pria itu datang ke sini?Dia mendengkus lalu mengabaikannya dan hanya melanjutkan kegiatan berdandannya dengan mengambil lip balm. Saat dia sedang memoleskan lip balm itu ke bibirnya, Brent tiba-tiba bertanya, “Apa kau masih sakit hati dengan kata-kata Natalie?”Beverley memutar bola matanya. “Menurutmu? Kekasihmu itu benar-benar hebat,” sindirnya.“Kau juga hebat karena mengintip dan menguping pertengkaran orang lain.” Brent balas menyindir yang langsu