“Oh, bukankah itu istri barumu yang ketahuan berjalan kaki dengan mengenakan gaun pengantin?”Suara pacar Brent terdengar nyaring hingga Beverley bisa mendengarnya. Nadanya sarkas dan mengejek. Itu sedikit menjengkelkan, tapi Beverley tidak ingin berurusan dengannya. Dia hanya menyipitkan mata, lalu berjalan pergi.“Tunggu dulu!” Pacar Brent mencoba menghentikan Beverley. Dia berjalan mendekatinya sambil menggandeng tangan Brent.“Nona Holmes, kenapa kau begitu terburu-buru?”Beverley menarik napas panjang. Dia menghentikan langkah kakinya tanpa berbalik ke belakang. “Maaf, tapi saya memiliki urusan lain yang lebih penting.”“Oh, Brent sayang, lihatlah bagaimana istrimu berbicara denganku. Dia bahkan tidak mau melihatku.” Natalie mengeluh pada Brent dengan manja. Pria itu mencium bibirnya sekilas lalu berjalan mendekati Beverley.“Ke mana kau akan pergi?”“Sayangnya ini adalah hari kerja. Jadi, aku harus berangkat bekerja,” jawab Beverley dengan acuh tak acuh. Dia bersiap untuk melanj
Beverley merasa sangat kesal dan cemas. Dia mempertahankan dirinya untuk tetap diam di sepanjang jalan sampai akhirnya mobil yang dia tumpangi sampai di kantor kepolisian terdekat. Dia baru akan turun ketika Brent tiba-tiba mengulurkan tangan padanya."Apa?!" Dia langsung bertanya."Pinjamkan aku ponselmu," ucap Brent."Untuk apa?"Brent mendengkus. "Kau akan tahu nanti."Dia ragu-ragu sejenak. Tapi setelah berpikir selama beberapa saat, akhirnya dia memberikan ponselnya padanya. "Jangan menggunakannya untuk macam-macam!"Brent hanya meliriknya dengan sinis sebelum turun dari mobil. Dia mendial beberapa nomor untuk menelepon seseorang. Beberapa saat kemudian, Beverley mendekatinya tepat setelah dia selesai menelepon."Siapa yang kau panggil?""Seseorang yang lebih berguna," jawab Brent tanpa ekspresi. Kata-katanya hanya terdengar seolah Beverley sama sekali tidak berguna. Itu membuatnya merasa semakin kesal.'Bukankah kau yang sudah menyebabkan ini semua? Kau bahkan harus meminta bant
Beverley berdiri diam di depan sebuah club malam besar yang terlihat mewah dan berkelas. Gedung yang terdiri dari lima lantai itu terlihat cukup tertutup. Cat temboknya didominasi dengan warna hitam dan kuning keemasan.Lampu-lampu kuning keemasan menghiasi bagian depannya. Tulisan “The Paradisus” di bagian atas depannya terlihat sangat elegan. Orang akan tahu itu adalah club malam untuk orang-orang kalangan atas hanya dengan sekali lihat.Dia menatap ke atas dengan datar. Bukankah Brent ingin mengajaknya bertemu dengan musuhnya? Kenapa dia membawanya ke club malam?“Cepatlah!”Brent yang sudah berjalan mendahuluinya berbalik menatapnya. Kepalanya miring sedikit, keningnya berkerut dalam. Tiba-tiba pria itu melangkah mendekat.“Brent, apa kau serius?”Beverley melangkah mundur satu kali, lalu merapikan dressnya beberapa kali. Ya, dress! Sebelum pergi ke club malam ini, Brent memaksanya untuk mengubah penampilannya. Dia tidak bisa menolak keinginan pria itu.Dress maroon yang dia pakai
“Oh, benarkah? Istri barumu?”David menunjukkan ekspresi terkejut setelah mendengar pernyataan Brent. Namun, itu hanya pura-pura. Pada kenyataannya hampir semua orang yang mengenal Brent sudah mendengar kabar tentang pernikahannya. Apalagi ada media khusus para pebisnis yang menyebarkan beritanya.“Aku sudah menyembunyikan Beverley terlalu lama. Bukankah aku akan menjadi pria bajingan jika tidak segera menikahinya?” tanya Brent sambil menyeringai pada David. Tangan kirinya dengan lembut membelai rambut panjang wanita di pangkuannya.Beverley hanya bisa menelan ludahnya. Dia diam-diam mencengkeram jas Brent hingga kusut. Apakah sekarang dia harus mengikuti permainan pria itu?“Oh, jadi namanya Beverley. Nama yang cantik, sama seperti orangnya.” David tersenyum penuh arti. “Kenapa kau tidak memperkenalkan kami satu sama lain?”Brent mengangkat salah satu sudut alisnya. Dia menatap Beverley lalu mengangkat dagunya dengan lembut. “Sayang, apa kau ingin berkenalan dengannya?”Pertanyaan it
Beverley hanya bisa terdiam dengan tubuh kaku. Hatinya dipenuhi dengan kepahitan ketika melihat Brent sedang menuangkan wine untuk dirinya sendiri. Di seberangnya, David tampak tersenyum puas dengan keputusan Brent.“Mrs. Oliver, kenapa kau tidak ikut bergabung dengan kami?” Salah satu wanita penghibur di samping David bertanya dengan santai. “Setidaknya kau harus mendukung suamimu, kan?”Beverley menarik napas dalam-dalam. Akhirnya dia kembali duduk. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya memerhatikan bagaimana Brent akan bermain.Brent dan David menenggak satu gelas wine secara bersamaan. Keduanya saling menatap dalam-dalam. “Ini adalah permainan yang kekanakan,” katanya.David menyeringai. Dia memberi kode pada salah satu wanitanya untuk membantu menuangkan wine untuk mereka berdua. Kemudian mereka kembali menenggak wine itu secara bersamaan.“Mungkin ini kekanakan, tapi apa yang kau pertaruhkan bukan hal sepele,” jawab David.“Kau benar-benar brengsek.” Brent berkata sebelum m
“Tapi kau adalah istriku,” samar-samar Brent berbisik. Pria itu menurunkan salah satu tali gaunnya. “Kau tidak boleh menolak keinginan suamimu.”“Tidak, Brent. Kita bukan—”Brent kembali menciumnya, membungkam kata-kata yang ingin dia ucapkan. Telapak tangannya yang besar meraup buah dadanya, meremasnya, memelintir putingnya, dan membuat pikirannya kacau. Dia mengerang dengan tubuh gemetar.“Kau sudah terangsang, Honey,” bisik Brent sambil menjilat telinganya. Tiba-tiba tangannya turun ke perut Beverley, dan turun lagi lebih ke bawah.“Tidak! Brent … jangan sentuh itu!”Beverley berteriak lalu membuka kedua matanya sambil terengah-engah. Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk, lalu menyeka keringat yang menetes di dahinya. “Ya Tuhan…. Mimpi macam apa lagi itu?!”Dia menjadi kesal dan marah. Sejak malam ketika Brent mabuk selepas dari club malam, dia sudah dua kali mendapatkan mimpi yang tidak normal. Pria itu mendatanginya di dalam mimpi, menghantuinya dengan sesuatu yang tidak s
“Nyonya, silakan naik,” ucap Jace pada Beverley. Wanita itu masih mematung di depan tangga menuju pintu jet pribadi milik Brent.“Kalian serius?” Beverley diam-diam menelan ludahnya. Dia sebenarnya tidak ingin terlihat seperti gadis kampungan, tapi ini adalah pertama kalinya dia melihat jet pribadi secara langsung. Tentu saja itu membuatnya tertegun!Brent yang sudah naik terlebih dahulu, berbalik dan menoleh ke bawah. Dia tersenyum mengejek. “Cepatlah! Kau masih bisa mengagumi jet ini dari dalam.”Beverley mendengkus dengan sinis. Dia mengibaskan rambut panjangnya ke belakang dengan anggun, lalu menyusul Brent. Dia tidak ingin pria itu mengejeknya karena terlihat seperti gadis kampungan.Bagian dalam kabin itu berbeda dengan kabin pesawat pada umumnya. Itu tidak luas. Jumlah kursinya hanya ada beberapa. Semuanya terlihat mewah dengan didominasi oleh warna putih.Seorang pria muda tampan dengan pakaian pilot keluar dari sebuah pintu yang tertutup. Pria itu tersenyum pada Brent dan Bev
“Kalian pergilah terlebih dahulu. Aku akan menyusul,” kata Brent dengan eskpresi wajah yang dingin. Dia tampak tidak ingin diganggu atau dibantah.Beverley tidak mengerti apa masalahnya, tapi dia terlalu malas untuk bertanya. Akhirnya dia bersama dengan Jace melanjutkan langkah ke kamar hotel yang akan mereka tempati.Sementara itu, Brent berjalan menuju ke koridor di mana sebelumnya dia melihat seorang wanita yang sangat dikenal. Tangannya merogoh ponselnya lalu segera menelepon seseorang. Beberapa saat kemudian, suara manis kekasihnya terdengar.“Halo, Sayang. Apa kau sudah sampai di Hawaii?” tanya Natalie.“Aku tiba di sini beberapa saat yang lalu,” jawab Brent tanpa ekspresi. “Apa kau masih sibuk dalam sesi pemotretan di studio?”Natalie tidak langsung menjawab. Wanita itu kemudian tertawa kecil. “Aku sedang beristirahat sejenak. Hari ini sangat melelahkan. Aku tidak bisa mengobrol banyak denganmu.”“Oh ya?” Brent menghentikan langkahnya di depan sebuah pintu kamar yang tertutup.