Share

7. Aturan Khusus Brent

Tatapan Brent menjadi lebih dingin. Dia mengambil ponsel lalu meletakkannya dengan kasar di atas meja.

“Apa kau tahu statusmu sekarang?” dia bertanya sambil menahan geraman. Otot-otot di lehernya tampak mengencang. Jelas sekali dia sangat marah.

Beverley melirik ponsel Brent hanya untuk melihat fotonya di sana. Foto saat dia masih mengenakan gaun pernikahan, di pinggir jalan, berantakan dan tanpa alas kaki. Sebagian wajahnya tertutup oleh cadar, tapi gaun pengantinnya yang spektakuler itu pasti akan dikenali oleh orang-orang di kalangan komunitas bisnis.

‘Kenapa itu terlihat seperti gaun mempelai wanita Mr. Oliver?’

‘Apakah istri Mr. Oliver melarikan diri dari pernikahannya atau apa?’

Mungkin orang-orang akan berpikir seperti itu jika foto itu berhasil debut di media sosial. Yeah, kecuali mereka berpikir Brent memesan gaun pasaran dengan sepuluh desain yang sama. Tapi itu jelas tidak tampak seperti gaya arogan Mr. Brent Oliver.

Beverley merasa sedikit puas melihat amarah Brent. Meskipun harus dia katakan kalau itu juga sedikit menakutkan. Pria itu sudah membuatnya cukup menderita hari ini, dan ini adalah balasan yang pantas untuknya. Lagi pula reputasi Brent sama sekali bukan urusannya.

“Apa kau mendengarku?!” Nada suara Brent meningkat.

Beverley mencoba membuang jauh-jauh rasa takutnya. Dia memejamkan mata sejenak lalu tersenyum. “Mr. Oliver, aku sudah memenuhi tanggung jawabku untuk menikah denganmu. Ini sudah cukup. Tentang apa yang mungkin orang lain pikirkan, aku tidak memiliki hubungan dengan itu. Itu adalah urusanmu.”

“Aku memaksamu.” Brent mendesis. Dia tiba-tiba membungkuk lalu mencengkeram dagu Beverley. Dia menatap lurus ke kedalaman mata wanita itu.

“Atau, jika kau masih tidak patuh, aku akan menarik semua uang pengobatan ayahmu dan mencegah siapa pun menangani pengobatannya.”

Beverley menjadi marah setelah mendengar ancaman itu. Tangannya terkepal kuat. Dasar keparat! Dia mengumpat dalam hati. Sungguh pria kaya yang tidak bermoral, kejam dan tidak punya hati!

Ingin rasanya dia meninju wajah tampan Brent. Namun, alih-alih berhasil meninjunya, dia yang mungkin akan dipukul sampai babak belur. Lagi pula jika pria itu memelintir lehernya sedikit saja, dia pasti akan mati.

Brent mendengkus dingin melihat Beverley yang hanya diam. Dia bisa merasakan amarah yang membara di mata wanita itu, dan juga sedikit ketakutannya. Kemenangan memenuhi hatinya. Wanita berbibir merah itu tidak akan mungkin bisa melawannya.

Bibir merah.

Tatapan Brent tanpa sadar ditarik pada bibir Beverley yang lembab dan merekah. Dalam jarak sedekat ini, dia tidak bisa berpaling. Bibir kekasihnya bahkan kalah menhgodanya dari ini.

“Lepaskan aku!” Beverley mencoba menjauhkan tangan Brent dari dagunya. Namun, pria itu semakin menguatkan cengkeramannya. Itu membuatnya meringis. “Brent Oliver!”

Tiba-tiba Brent menarik tengkuknya dan bibir mereka saling bertemu. Bibir tebal Brent menekan bibirnya. Dia segera menutup mulutnya rapat-rapat. Tangannya memukul dan mendorong dada pria itu dengan kuat.

“Kau bahkan belum meminta maaf kepadaku, brengsek!” teriak Beverley dengan marah. Dia segera berdiri, lalu berlari masuk ke kamar mandi. Pintunya segera dikunci.

Untuk sesaat Brent tidak bisa berkata-kata. Keningnya sedikit mengerut. Lalu dia berpikir, kenapa dia harus meminta maaf? Apakah wanita itu berharap dia akan merasa bersalah karena sudah menikahinya secara paksa?

Dia mendengkus dingin. “Lucu sekali,” pikirnya dengan sarkas.

“Jangan berharap,” gumamnya datar. Setelah itu, dia mengambil ponselnya dan keluar kamar sambil membanting pintu.

Beverley menghela napas panjang setelah mendengar suara pintu kamar yang ditutup dengan kasar. Setidaknya Brent tidak menuetubuhinya secara paksa di sini. Dia merasa sedikit takut jika memikirkan itu.

Dia keluar dari kamar mandi lalu pintu kamarnya diketuk dari luar. Itu Bibi Daisy yang memberitahunya bahwa makan malam sudah siap. Karena merasa tidak nyaman untuk menolak, Beverley pun mengikuti Bibi Daisy ke meja makan.

Mereka menuruni tangga marmer yang melingkar. Kemudian Bibi Daisy memimpin Beverley menuju ruang makan yang berada cukup jauh dari tangga utama. Mereka perlu melewati koridor yang ada di kanan tangga sebelum akhirnya tiba di ruangan lain yang luas.

Meja makan itu begitu besar dan panjang. Itu terbuat dari marmer berwarna putih tulang dan kaca yang tebal. Ada 10 kursi dengan sandaran tinggi yang mengelilinginya. Di atas meja makan itu terdapat lampu kristal besar yang bersinar hangat.

Beverley tidak bisa berkata-kata. Sekarang akhirnya dia menyadari bahwa mansion ini jauh lebih mewah daripada yang dia pikirkan. Berapa kekayan Brent sehingga bisa memiliki mansion semewah ini?

Edward tua sudah lama menunggu di ruang makan. Dia segera menarik salah satu kursi makan ketika melihat Beverley datang. “Ma'am, silakan duduk,” katanya.

“Terima kasih.”

Beverley tersenyum canggung. Dia mengamati banyaknya makanan di meja. Itu makanan yang mewah, maksudnya makanan untuk sajian khusus seperti perayaan untuk acara tertentu. Di sana juga ada botol anggur merah dan sampanye yang sudah disiapkan.

“Kurasa ini terlalu banyak bukan?” Beverley menatap Edward dan Bibi Daisy dengan heran.

Bibi Daisy menghela napas panjang. “Maaf, aku pikir ini akan menjadi malam yang meriah. Mungkin aku salah.”

Beverley mengerti. Orang normal mungkin akan berpikir malam ini akan menjadi malam perayaan untuk pernikahan mereka. Namun, tidak ada hal seperti itu. Pernikahan ini bukan sesuatu yang menggembirakan, jadi mereka tidak perlu merayakan dengan cara apa pun.

“Di mana pria itu? Apakah dia sudah makan malam?”

Pada saat itu dia mendengar suara langkah kaki dari belakang. Dia menoleh dan melihat Brent yang datang dengan wajah datar, diikuti oleh seorang pria lain yang tampak seumuran. Pria itu terlihat asing, Beverley belum pernah melihatnya sebelum ini.

Edward yang masih berdiri di sana segera menarik kursi untuk Brent. Sekarang Beverley kembali berhadapan dengan pria itu. Melihat dia membuat makanan di meja tampak tidak menarik sama sekali.

“Tuan, anggur atau sampanye?” Edward menawarkan minuman untuk Brent.

“Anggur.”

Edward segera membuka botol anggur dan menuangkannya ke gelas Brent. Dia bergerak ke sebelah Beverley dan menuangkan minuman yang sama ke gelas wanita itu setelah mengucapkan permisi.

Brent memutar gelas anggur di tangannya sambil mengamati cairan merah gelap yang bergoyang-goyang. Keningnya tampak berkerut tidak bahagia. Bahkan lampu kristal di langit-langit itu tampak seperti kehilangan kehangatannya.

Tidak ada seorang pun yang berbicara, seolah kehadiran Brent membuat orang-orang terintimidasi dan menyebabkan mereka tidak berani bersuara. Hanya Bibi Daisy yang berinisiatif untuk menata piring di meja.

Beverley mendengkus pelan, lalu mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Dia ingin segera menyudahi makan malam ini dan kembali ke kamar. Setidaknya dia tidak akan melihat wajah Brent lebih lama.

Dia menusukkan garpunya di atas potongan daging panggang. Tiba-tiba Brent berkata, “Jace, berikan peraturannya.”

Pria asing yang dipanggil Jace itu mengeluarkan map hitam yang cukup tebal. Dia tersenyum pada Beverley lalu menyerahkan map hitam itu padanya. “Ma'am, maaf, kau harus membacanya.”

Beverley menatap curiga pada pria itu. Dia menurunkan pandangannya lalu melihat tulisan Aturan Khusus untuk Pernikahan yang Tak Diinginkan Tuan Oliver.

“….”

Neraka. Ini adalah neraka!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status