Tatapan Brent menjadi lebih dingin. Dia mengambil ponsel lalu meletakkannya dengan kasar di atas meja.
“Apa kau tahu statusmu sekarang?” dia bertanya sambil menahan geraman. Otot-otot di lehernya tampak mengencang. Jelas sekali dia sangat marah.
Beverley melirik ponsel Brent hanya untuk melihat fotonya di sana. Foto saat dia masih mengenakan gaun pernikahan, di pinggir jalan, berantakan dan tanpa alas kaki. Sebagian wajahnya tertutup oleh cadar, tapi gaun pengantinnya yang spektakuler itu pasti akan dikenali oleh orang-orang di kalangan komunitas bisnis.
‘Kenapa itu terlihat seperti gaun mempelai wanita Mr. Oliver?’
‘Apakah istri Mr. Oliver melarikan diri dari pernikahannya atau apa?’
Mungkin orang-orang akan berpikir seperti itu jika foto itu berhasil debut di media sosial. Yeah, kecuali mereka berpikir Brent memesan gaun pasaran dengan sepuluh desain yang sama. Tapi itu jelas tidak tampak seperti gaya arogan Mr. Brent Oliver.
Beverley merasa sedikit puas melihat amarah Brent. Meskipun harus dia katakan kalau itu juga sedikit menakutkan. Pria itu sudah membuatnya cukup menderita hari ini, dan ini adalah balasan yang pantas untuknya. Lagi pula reputasi Brent sama sekali bukan urusannya.
“Apa kau mendengarku?!” Nada suara Brent meningkat.
Beverley mencoba membuang jauh-jauh rasa takutnya. Dia memejamkan mata sejenak lalu tersenyum. “Mr. Oliver, aku sudah memenuhi tanggung jawabku untuk menikah denganmu. Ini sudah cukup. Tentang apa yang mungkin orang lain pikirkan, aku tidak memiliki hubungan dengan itu. Itu adalah urusanmu.”
“Aku memaksamu.” Brent mendesis. Dia tiba-tiba membungkuk lalu mencengkeram dagu Beverley. Dia menatap lurus ke kedalaman mata wanita itu.
“Atau, jika kau masih tidak patuh, aku akan menarik semua uang pengobatan ayahmu dan mencegah siapa pun menangani pengobatannya.”
Beverley menjadi marah setelah mendengar ancaman itu. Tangannya terkepal kuat. Dasar keparat! Dia mengumpat dalam hati. Sungguh pria kaya yang tidak bermoral, kejam dan tidak punya hati!
Ingin rasanya dia meninju wajah tampan Brent. Namun, alih-alih berhasil meninjunya, dia yang mungkin akan dipukul sampai babak belur. Lagi pula jika pria itu memelintir lehernya sedikit saja, dia pasti akan mati.
Brent mendengkus dingin melihat Beverley yang hanya diam. Dia bisa merasakan amarah yang membara di mata wanita itu, dan juga sedikit ketakutannya. Kemenangan memenuhi hatinya. Wanita berbibir merah itu tidak akan mungkin bisa melawannya.
Bibir merah.
Tatapan Brent tanpa sadar ditarik pada bibir Beverley yang lembab dan merekah. Dalam jarak sedekat ini, dia tidak bisa berpaling. Bibir kekasihnya bahkan kalah menhgodanya dari ini.
“Lepaskan aku!” Beverley mencoba menjauhkan tangan Brent dari dagunya. Namun, pria itu semakin menguatkan cengkeramannya. Itu membuatnya meringis. “Brent Oliver!”
Tiba-tiba Brent menarik tengkuknya dan bibir mereka saling bertemu. Bibir tebal Brent menekan bibirnya. Dia segera menutup mulutnya rapat-rapat. Tangannya memukul dan mendorong dada pria itu dengan kuat.
“Kau bahkan belum meminta maaf kepadaku, brengsek!” teriak Beverley dengan marah. Dia segera berdiri, lalu berlari masuk ke kamar mandi. Pintunya segera dikunci.
Untuk sesaat Brent tidak bisa berkata-kata. Keningnya sedikit mengerut. Lalu dia berpikir, kenapa dia harus meminta maaf? Apakah wanita itu berharap dia akan merasa bersalah karena sudah menikahinya secara paksa?
Dia mendengkus dingin. “Lucu sekali,” pikirnya dengan sarkas.
“Jangan berharap,” gumamnya datar. Setelah itu, dia mengambil ponselnya dan keluar kamar sambil membanting pintu.
Beverley menghela napas panjang setelah mendengar suara pintu kamar yang ditutup dengan kasar. Setidaknya Brent tidak menuetubuhinya secara paksa di sini. Dia merasa sedikit takut jika memikirkan itu.
Dia keluar dari kamar mandi lalu pintu kamarnya diketuk dari luar. Itu Bibi Daisy yang memberitahunya bahwa makan malam sudah siap. Karena merasa tidak nyaman untuk menolak, Beverley pun mengikuti Bibi Daisy ke meja makan.
Mereka menuruni tangga marmer yang melingkar. Kemudian Bibi Daisy memimpin Beverley menuju ruang makan yang berada cukup jauh dari tangga utama. Mereka perlu melewati koridor yang ada di kanan tangga sebelum akhirnya tiba di ruangan lain yang luas.
Meja makan itu begitu besar dan panjang. Itu terbuat dari marmer berwarna putih tulang dan kaca yang tebal. Ada 10 kursi dengan sandaran tinggi yang mengelilinginya. Di atas meja makan itu terdapat lampu kristal besar yang bersinar hangat.
Beverley tidak bisa berkata-kata. Sekarang akhirnya dia menyadari bahwa mansion ini jauh lebih mewah daripada yang dia pikirkan. Berapa kekayan Brent sehingga bisa memiliki mansion semewah ini?
Edward tua sudah lama menunggu di ruang makan. Dia segera menarik salah satu kursi makan ketika melihat Beverley datang. “Ma'am, silakan duduk,” katanya.
“Terima kasih.”
Beverley tersenyum canggung. Dia mengamati banyaknya makanan di meja. Itu makanan yang mewah, maksudnya makanan untuk sajian khusus seperti perayaan untuk acara tertentu. Di sana juga ada botol anggur merah dan sampanye yang sudah disiapkan.
“Kurasa ini terlalu banyak bukan?” Beverley menatap Edward dan Bibi Daisy dengan heran.
Bibi Daisy menghela napas panjang. “Maaf, aku pikir ini akan menjadi malam yang meriah. Mungkin aku salah.”
Beverley mengerti. Orang normal mungkin akan berpikir malam ini akan menjadi malam perayaan untuk pernikahan mereka. Namun, tidak ada hal seperti itu. Pernikahan ini bukan sesuatu yang menggembirakan, jadi mereka tidak perlu merayakan dengan cara apa pun.
“Di mana pria itu? Apakah dia sudah makan malam?”
Pada saat itu dia mendengar suara langkah kaki dari belakang. Dia menoleh dan melihat Brent yang datang dengan wajah datar, diikuti oleh seorang pria lain yang tampak seumuran. Pria itu terlihat asing, Beverley belum pernah melihatnya sebelum ini.
Edward yang masih berdiri di sana segera menarik kursi untuk Brent. Sekarang Beverley kembali berhadapan dengan pria itu. Melihat dia membuat makanan di meja tampak tidak menarik sama sekali.
“Tuan, anggur atau sampanye?” Edward menawarkan minuman untuk Brent.
“Anggur.”
Edward segera membuka botol anggur dan menuangkannya ke gelas Brent. Dia bergerak ke sebelah Beverley dan menuangkan minuman yang sama ke gelas wanita itu setelah mengucapkan permisi.
Brent memutar gelas anggur di tangannya sambil mengamati cairan merah gelap yang bergoyang-goyang. Keningnya tampak berkerut tidak bahagia. Bahkan lampu kristal di langit-langit itu tampak seperti kehilangan kehangatannya.
Tidak ada seorang pun yang berbicara, seolah kehadiran Brent membuat orang-orang terintimidasi dan menyebabkan mereka tidak berani bersuara. Hanya Bibi Daisy yang berinisiatif untuk menata piring di meja.
Beverley mendengkus pelan, lalu mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Dia ingin segera menyudahi makan malam ini dan kembali ke kamar. Setidaknya dia tidak akan melihat wajah Brent lebih lama.
Dia menusukkan garpunya di atas potongan daging panggang. Tiba-tiba Brent berkata, “Jace, berikan peraturannya.”
Pria asing yang dipanggil Jace itu mengeluarkan map hitam yang cukup tebal. Dia tersenyum pada Beverley lalu menyerahkan map hitam itu padanya. “Ma'am, maaf, kau harus membacanya.”
Beverley menatap curiga pada pria itu. Dia menurunkan pandangannya lalu melihat tulisan Aturan Khusus untuk Pernikahan yang Tak Diinginkan Tuan Oliver.
“….”
Neraka. Ini adalah neraka!
Suasana kembali hening. Beverley meletakkan garpunya lalu menyentuh map hitam di atas meja. Membayangkan isinya saja sudah membuat kepalanya mati rasa. Kenapa pria itu begitu menyebalkan?Halaman pertama: Istri harus bersikap baik pada suami dan keluarga suami.Beverley mendengkus.Halaman ke dua: Istri harus bersikap selayaknya istri yang seharusnya ketika muncul di depan publik.Beverley kembali mendengkus. Wajahnya menjadi semakin cemberut.Halaman ke tiga: Istri tidak boleh ikut campur pada masalah pribadi suami, dan suami akan melakukan hal yang sama.Kali ini Beverley setuju. Itu artinya mereka tidak akan ikut campur urusan pribadi satu sama lain. Kemudian dia membuka lembar selanjutnya.Halaman ke empat: Istri tidak boleh bepergian sendirian di malam hari.“Tidak bisa!” Beverley memprotes. “Kenapa aku tidak boleh bepergian di malam hari?”Brent menatapnya dengan datar. “Kecuali kau mau diculik atau dicelakai oleh saingan-saingan bisnisku. Dan jika itu terjadi, aku tidak akan pe
“Oh, bukankah itu istri barumu yang ketahuan berjalan kaki dengan mengenakan gaun pengantin?”Suara pacar Brent terdengar nyaring hingga Beverley bisa mendengarnya. Nadanya sarkas dan mengejek. Itu sedikit menjengkelkan, tapi Beverley tidak ingin berurusan dengannya. Dia hanya menyipitkan mata, lalu berjalan pergi.“Tunggu dulu!” Pacar Brent mencoba menghentikan Beverley. Dia berjalan mendekatinya sambil menggandeng tangan Brent.“Nona Holmes, kenapa kau begitu terburu-buru?”Beverley menarik napas panjang. Dia menghentikan langkah kakinya tanpa berbalik ke belakang. “Maaf, tapi saya memiliki urusan lain yang lebih penting.”“Oh, Brent sayang, lihatlah bagaimana istrimu berbicara denganku. Dia bahkan tidak mau melihatku.” Natalie mengeluh pada Brent dengan manja. Pria itu mencium bibirnya sekilas lalu berjalan mendekati Beverley.“Ke mana kau akan pergi?”“Sayangnya ini adalah hari kerja. Jadi, aku harus berangkat bekerja,” jawab Beverley dengan acuh tak acuh. Dia bersiap untuk melanj
Beverley merasa sangat kesal dan cemas. Dia mempertahankan dirinya untuk tetap diam di sepanjang jalan sampai akhirnya mobil yang dia tumpangi sampai di kantor kepolisian terdekat. Dia baru akan turun ketika Brent tiba-tiba mengulurkan tangan padanya."Apa?!" Dia langsung bertanya."Pinjamkan aku ponselmu," ucap Brent."Untuk apa?"Brent mendengkus. "Kau akan tahu nanti."Dia ragu-ragu sejenak. Tapi setelah berpikir selama beberapa saat, akhirnya dia memberikan ponselnya padanya. "Jangan menggunakannya untuk macam-macam!"Brent hanya meliriknya dengan sinis sebelum turun dari mobil. Dia mendial beberapa nomor untuk menelepon seseorang. Beberapa saat kemudian, Beverley mendekatinya tepat setelah dia selesai menelepon."Siapa yang kau panggil?""Seseorang yang lebih berguna," jawab Brent tanpa ekspresi. Kata-katanya hanya terdengar seolah Beverley sama sekali tidak berguna. Itu membuatnya merasa semakin kesal.'Bukankah kau yang sudah menyebabkan ini semua? Kau bahkan harus meminta bant
Beverley berdiri diam di depan sebuah club malam besar yang terlihat mewah dan berkelas. Gedung yang terdiri dari lima lantai itu terlihat cukup tertutup. Cat temboknya didominasi dengan warna hitam dan kuning keemasan.Lampu-lampu kuning keemasan menghiasi bagian depannya. Tulisan “The Paradisus” di bagian atas depannya terlihat sangat elegan. Orang akan tahu itu adalah club malam untuk orang-orang kalangan atas hanya dengan sekali lihat.Dia menatap ke atas dengan datar. Bukankah Brent ingin mengajaknya bertemu dengan musuhnya? Kenapa dia membawanya ke club malam?“Cepatlah!”Brent yang sudah berjalan mendahuluinya berbalik menatapnya. Kepalanya miring sedikit, keningnya berkerut dalam. Tiba-tiba pria itu melangkah mendekat.“Brent, apa kau serius?”Beverley melangkah mundur satu kali, lalu merapikan dressnya beberapa kali. Ya, dress! Sebelum pergi ke club malam ini, Brent memaksanya untuk mengubah penampilannya. Dia tidak bisa menolak keinginan pria itu.Dress maroon yang dia pakai
“Oh, benarkah? Istri barumu?”David menunjukkan ekspresi terkejut setelah mendengar pernyataan Brent. Namun, itu hanya pura-pura. Pada kenyataannya hampir semua orang yang mengenal Brent sudah mendengar kabar tentang pernikahannya. Apalagi ada media khusus para pebisnis yang menyebarkan beritanya.“Aku sudah menyembunyikan Beverley terlalu lama. Bukankah aku akan menjadi pria bajingan jika tidak segera menikahinya?” tanya Brent sambil menyeringai pada David. Tangan kirinya dengan lembut membelai rambut panjang wanita di pangkuannya.Beverley hanya bisa menelan ludahnya. Dia diam-diam mencengkeram jas Brent hingga kusut. Apakah sekarang dia harus mengikuti permainan pria itu?“Oh, jadi namanya Beverley. Nama yang cantik, sama seperti orangnya.” David tersenyum penuh arti. “Kenapa kau tidak memperkenalkan kami satu sama lain?”Brent mengangkat salah satu sudut alisnya. Dia menatap Beverley lalu mengangkat dagunya dengan lembut. “Sayang, apa kau ingin berkenalan dengannya?”Pertanyaan it
Beverley hanya bisa terdiam dengan tubuh kaku. Hatinya dipenuhi dengan kepahitan ketika melihat Brent sedang menuangkan wine untuk dirinya sendiri. Di seberangnya, David tampak tersenyum puas dengan keputusan Brent.“Mrs. Oliver, kenapa kau tidak ikut bergabung dengan kami?” Salah satu wanita penghibur di samping David bertanya dengan santai. “Setidaknya kau harus mendukung suamimu, kan?”Beverley menarik napas dalam-dalam. Akhirnya dia kembali duduk. Namun, dia tidak mengatakan apa-apa, hanya memerhatikan bagaimana Brent akan bermain.Brent dan David menenggak satu gelas wine secara bersamaan. Keduanya saling menatap dalam-dalam. “Ini adalah permainan yang kekanakan,” katanya.David menyeringai. Dia memberi kode pada salah satu wanitanya untuk membantu menuangkan wine untuk mereka berdua. Kemudian mereka kembali menenggak wine itu secara bersamaan.“Mungkin ini kekanakan, tapi apa yang kau pertaruhkan bukan hal sepele,” jawab David.“Kau benar-benar brengsek.” Brent berkata sebelum m
“Tapi kau adalah istriku,” samar-samar Brent berbisik. Pria itu menurunkan salah satu tali gaunnya. “Kau tidak boleh menolak keinginan suamimu.”“Tidak, Brent. Kita bukan—”Brent kembali menciumnya, membungkam kata-kata yang ingin dia ucapkan. Telapak tangannya yang besar meraup buah dadanya, meremasnya, memelintir putingnya, dan membuat pikirannya kacau. Dia mengerang dengan tubuh gemetar.“Kau sudah terangsang, Honey,” bisik Brent sambil menjilat telinganya. Tiba-tiba tangannya turun ke perut Beverley, dan turun lagi lebih ke bawah.“Tidak! Brent … jangan sentuh itu!”Beverley berteriak lalu membuka kedua matanya sambil terengah-engah. Dia segera mengubah posisinya menjadi duduk, lalu menyeka keringat yang menetes di dahinya. “Ya Tuhan…. Mimpi macam apa lagi itu?!”Dia menjadi kesal dan marah. Sejak malam ketika Brent mabuk selepas dari club malam, dia sudah dua kali mendapatkan mimpi yang tidak normal. Pria itu mendatanginya di dalam mimpi, menghantuinya dengan sesuatu yang tidak s
“Nyonya, silakan naik,” ucap Jace pada Beverley. Wanita itu masih mematung di depan tangga menuju pintu jet pribadi milik Brent.“Kalian serius?” Beverley diam-diam menelan ludahnya. Dia sebenarnya tidak ingin terlihat seperti gadis kampungan, tapi ini adalah pertama kalinya dia melihat jet pribadi secara langsung. Tentu saja itu membuatnya tertegun!Brent yang sudah naik terlebih dahulu, berbalik dan menoleh ke bawah. Dia tersenyum mengejek. “Cepatlah! Kau masih bisa mengagumi jet ini dari dalam.”Beverley mendengkus dengan sinis. Dia mengibaskan rambut panjangnya ke belakang dengan anggun, lalu menyusul Brent. Dia tidak ingin pria itu mengejeknya karena terlihat seperti gadis kampungan.Bagian dalam kabin itu berbeda dengan kabin pesawat pada umumnya. Itu tidak luas. Jumlah kursinya hanya ada beberapa. Semuanya terlihat mewah dengan didominasi oleh warna putih.Seorang pria muda tampan dengan pakaian pilot keluar dari sebuah pintu yang tertutup. Pria itu tersenyum pada Brent dan Bev