Untuk menghibur diri dan menenangkan hatinya, Aurora pergi ke Pantai Malavi, Terletak dibagian barat kota Ivaly. Bajunya belum sempat diganti, Gaun Long Sleeve Evening dress warna putih kelap-kelip gold itu melekat sempurna ditubuhnya. Gaun itu sangat cantik, dan cocok untuknya, sehingga orang akan mengira, dia tuan putri dari kerajaan.
Setelah melepaskan High heels setinggi 9 cm didalam mobilnya, Aurora berjalan masuk menuju Area Pantai Malavi. Kakinya putih dan bersih menginjak pasir putih tanpa alas. Udaranya sangat sejuk disore hari. Tempatnya sangat ramai.Pantai Malavi terkenal dengan pemandangannya yang indah, airnya biru jernih dan pasirnya bersih tanpa sampah bertebaran.Aurora berjalan dibibir pantai, deburan ombak yang teratur kadang kala menyapa punggung kakinya. Saat ini dia berdiri memandang lautan, menarik nafasnya perlahan dan membuangnya. Udaranya sangat sejuk membuat fikirannya tenang dan hatinya merasa rileks.Matanya tertuju keselatan pantai, disana ada sebuah Restoran yang didesain sangat klasik dan cantik bertema romansa outdoor, tersedia juga indoor dan rooftop. Restoran Romance memberikan tampilan yang sangat menarik dan menakjubkan, sehingga langkah kaki Aurora mengiringnya kesana.Dekorasinya sangat indah, Kerlap-kerlip lampu gold dan white bergelantungan diatas, menyala menyambut matahari terbenam dan menerangi malam. Itu sangat indah, Aurora menelitinya sampai tidak menyadari jalanan. Dia menabrak sesuatu yang tegap berdiri menatapnya dengan datar.Aurora kaget dan untung saja menahan untuk tidak jatuh, hanya mundur dua langkah. Dia menengadahkan kepalanya menatap sosok itu. "Kalau jalan pakai mata!"Suara itu sangat ketus lalu berlalu pergi. Itu laki-laki tadi siang, Aurora mendecak dan mengumpat, "Dasar laki-laki aneh! kenapa dunia sangat sempit hingga kami bertemu lagi?"Setelah itu dia berjalan masuk ke restoran romance memesan meja.Didalam Kamar Fila yang terletak disamping Restoran Romance, Alyra sedang duduk didepan meja rias, dibelakangnya seorang Hairdo berdiri menata rambutnya.Raut wajahnya terlihat sangat bahagia dan tidak menyimpan lagi beban. Suara dering ponsel berasal dari miliknya, dia lalu melihat layar pipih itu, Ada nama Manager Liza dan dia menekan tombol hijau.[Hallo, Alyra apa kabar?] Itu suara Anyelin, sahabatnya yang berprofesi sebagai Aktris di negara Savara. Negara yang mengeluarkan banyak drama-drama terbaik dari Aktris dan Aktor terkenal."Baik. Kamu apa kabar? Bagaimana bisa bersama Kak Liza?"Alih-alih Menjawab, Anyelin berkata, [Kami punya kabar baik untukmu!] Suara mereka terdengar sangat antusias dan semangat. Sehingga Alyra merasa sangat penasaran!"Kabar apa?" Tanya Alyra,[Alyra, selamat. Ceo Wanders Entertainment sudah bersedia menandatangani kontrak denganmu. Kamu akan menjadi Aktris terkenal sesuai mimpimu... Kami sudah menyiapkan tiket pesawat untukmu ke Negara Savara satu jam lagi.]Alyra membelalakkan matanya. Ceo Wanders Entertainment? Dia adalah Produser terkenal di Savara, Menjadi salah satu Aktrisnya adalah mimpi terbesar para Aktris.[Ceo Wanderers tidak mudah menerima ini. Kami bersusah payah membujuknya dan akhirnya berhasil memberikanmu kesempatan. Segera bersiaplah...] Ujar Manager Liza didalam telpon.Pikiran Alyra kalut dan gusar, Mimpinya perlahan menjadi kenyataan. Tetapi dia telah membuat keputusan, bahwa dia telah mengubur impian itu! Dia berdiri memandang Pesona Pantai malavi dari jendela setelah Hairdo selesai mengemas rambutnya.Philip menunggunya sangat lama, Alyra pernah mengecewakannya dan sekarang tidak akan lagi. "Maaf...Tapi aku nggak lagi menginginkannya? Philip sudah menungguku selama enam tahun, aku selalu memberikan harapan palsu padanya, Aku..."Dia menarik nafasnya pelan dan melanjutkan, "Aku sudah tidak menginginkannya lagi. Karir itu memang penting, tetapi aku tidak mau mengecewakan Philip lagi. Aku akan menikah dengannya dalam waktu dekat ini."Pernyataan itu membuat Manager Liza dan Anyelin sedikit kecewa. Mereka bersusah payah mewujudkan impian Alyra menjadi Aktris terkenal. Tetapi mereka tidak bisa memaksa. [Kami memahami keputusanmu. Tetapi kami masih sangat berharap. Alyra, Karirmu sangat penting dan Ceo Wanders akan melemparkannya kepada Calon Aktris lain. Pernikahan masih bisa ditunda! kontraknya hanya dua tahun!]Alyra menutup matanya, "Maaf, tapi aku tidak bisa!" Jawab Alyra.[Kami tidak bisa memaksamu, hanya saja hubungi kami kalau kamu berubah pikiran. Fikirkan baik-baik keputusan ini kembali, Kami sangat berharap.]"Sampai jumpa" Alyra menutup sambungan teleponnya dan menatap lautan. Dia merasa sangat gusar dan tidak tenang setelah melihat File kontrak dari Wanderers Entertainment. Karir dan Cinta , keduanya adalah mimpinya, apalagi menikah dengan Philip!Dia menarik nafasnya dan mempertimbangkan keputusan ini baik-baik!Saat malam sudah semakin larut, Aurora belum bisa memejamkan kedua matanya dengan rapat. Dia terus membolak-balikkan badan diatas ranjang didalam sebuah kamar hotel yang telah dipesan untuk satu malam. Sedangkan Jeffry juga memesan satu kamar disebelahnya, Jeffry pendatang baru yang tentu saja belum terlalu mengenal kota Ivaly yang besar. Aurora memikirkan Philip, Pria itu sekarang sedang marah, Philip bukan orang sembarangan yang bisa melakukan apapun sesukanya. "Kamu satu-satunya keluarga mama sekarang. Maafkan mama hampir saja mencegahmu datang kedunia." Lirihnya seraya mengusap perut dengan perasaan amat bersalah. Sekarang dia berjanji akan menjaga calon anaknya baik-baik, dan tidak akan membiarkan siapapun melukainya ataupun membahayakan nyawanya. Pagi hari menjelang, Aurora sudah bersiap-siap untuk meninggalkan kamar. Ketika membuka pintu, dia berpapasan dengan Jeffry yang akan menghampirinya. "Selamat pagi, Aurora." Sapa Jeffry tersenyum. Senyumnya manis ditambah wa
Philip masih marah atas kejadian tadi. Seharusnya Aurora menepati janjinya, namun gadis itu rupanya tidak bisa dipercaya. Flashback on! "Aku mohon, anak ini tidak bersalah apapun. Jangan menghukumnya! Dia berhak lahir kedunia..." Aurora bersimpuh dibawah seraya menangis untuk nyawa calon anaknya. Kedua tangan Philip mengepal kuat, matanya menyala tajam seakan ingin menghancurkan apapun. Dia seperti iblis yang sedang marah, sampai Aura disekitarnya ikut terasa mencengkam menakutkan. "Aku nggak menginginkan apapun darimu, tuan. Pernikahan ini memang salahku, tapi anak ini... dia keluargaku satu-satunya. Aku mohon... Izinkan dia tetap hidup!" Aurora terisak-isak mengatakannya. Dia terus memohon agar Philip luluh, dia tidak perduli lagi grup Adelina ataupun Philip. Sekarang Aurora hanya menginginkan anaknya hidup. Meski anak itu akan terlahir tanpa seorang ayah. "Kau..." Philip menahan nafasnya lalu mendorong pundak Aurora menjauhi kakinya hingga Aurora jatuh. "Pergi dari s
"Menurutmu, kenapa Aurora bisa menikah?" Didalam mobil, Erick bertanya. Alice yang menunduk fokus pada ponselnya seketika menengadahkan kepalanya, "Mana aku tau. kenapa memangnya? Jangan pernah lupa kalau kita sudah menikah, Erick Axelio!" Ketus Alice dengan kesal. ia benci seseorang yang terus menanyakan saudara tirinya, terlebih Erick suaminya sendiri yang notabennya merupakan mantan kekasih Aurora. Erick mendecih lalu menyahut, "Aku hanya bertanya. Apa itu juga salah?" "Salah! Karena kamu sekarang sudah menikah! Jadi, jangan coba-coba mencari tau informasi apapun tentang Aurora atau gadis lain!" Ancam Alice. "Ya, baiklah sayang. Jangan marah-marah. Alangkah baiknya kita kepusat perbelanjaan untuk menyenangkan hatimu." Hibur Erick mengalihkan perhatiannya. Sifat Alice dan Aurora itu jauh berbeda. Mereka memang sama-sama punya pendirian kuat, tapi Aurora mudah diluluhkan dan dikendalikan, berbeda dengan Alice yang harus mengendalikan dan mendominasi. Kalau tau begitu,
"Apa kamu bilang?" Kedua bola mata Philip membulat tajam, dia mendekati Aurora mencengkram rahangnya kuat. Tidak ada yang boleh bermain-main dengan Philip Mayer! Siapa Aurora? berani sekali mempermainkannya! "Katakan sekali lagi!" Bentak Philip, suaranya menekan dan membuat Aurora ketakutan. Hasil USG-nya bahkan jatuh, kedua tangannya berusaha mendorong tangan Philip yang sangat kuat. Tenaganya kalah, wajah Aurora merah dan kehabisan oksigen. "Ka mu...A ku.. ti dak, bi sa ber nafas!" dada Aurora kembang kempis. Philip yang belum puas terpaksa menarik tangannya, Aurora langsung terbatuk dan menghirup udara sebanyak-banyaknya. "Jangan pernah bermain-main denganku!" Bentak Philip mengancam. Aurora tidak mampu melawan sekarang, tenaganya kalah, dan dia pasti kalah melawan pria berkuasa seperti Philip Mayer. Tidak berselang lama, pintu ruangan terbuka, muncul dokter Brave dan perawat serta Louis. "Nyonya, mari ikut kami keruang tindakan!" Perawat membantu merapikan pakaia
"Panggil suster dan bawakan obat P3K untuk mengobati lukanya!" Philip memberi perintah terhadap Louis. Louis menjalankan tugasnya baru dia memindahkan mobil milik Philip keparkiran mobil. Aurora dibawa kekursi stainless diruang tunggu lalu mereka duduk disana menunggu suster yang datang. Bukan hanya siku, tapi beberapa bagian kaki juga lecet. Setelah perawat pergi, nama Aurora dipanggil untuk segera memasuki ruang pemeriksaan. Aurora harus menjalani serangkaian pemeriksaan terlihat dahulu, untuk memastikan bagaimana kondisi janin yang tumbuh dirahimnya. Seluruh tubuhnya merasakan ketegangan, keringat dingin menetes saat seorang dokter menyuruhnya berbaring diranjang pemeriksaan untuk melakukan USG. Bukan hanya dokter, ada juga dua perawat yang membantu lalu Philip dan Louis menunggu diluar ruangan. "Permisi nyonya, saya akan mengoleskan gel diperutmu..." Izin perawat. Aurora mengangguk ragu, suster mengeluarkan kemejanya dari dalam rok span hitam pendeknya lalu membuka
Aurora sesungguhnya merasakan sakit di pinggulnya karena jatuh tadi. Tapi dia tidak sudi ditolong oleh Erick. Sedangkan ibu itu menggendong anaknya yang menangis karena ketakutan. Erick masih menawarkan diri. dia baru akan sedikit membungkuk, namun tiba-tiba saja bahunya ditahan seseorang. Seketika Erick menoleh dan langsung mendapatkan tatapan tidak mengenakkan dari pria disampingnya. "Tidak perlu repot-repot mengotori tangan anda untuk menolong istri saya, tuan muda Axelio!" Philip berkata pelan dan menekan. Philip mengulurkan tangannya kehadapan Aurora yang tercengang melihatnya, "Ayo sayang..." Philip berkata pelan. Seolah dia sungguh mencintai Aurora. Nada bicaranya yang lembut seolah memang dia sangat perhatian sebagai suami. Aurora tidak bisa berdiri. Dia menengadah keatas lalu menggeleng pelan, keningnya yang mengerut serta bibirnya yang sedikit terbuka, sudah membuktikan dia menahan sakit. Philip menyadarinya bahkan melihat kemana tangan istrinya yang terus mendek
Kening Aurora mengerut dan berfikir sejenak, sepertinya dia pernah mendengar grup Glorry. Seharusnya meetingnya baru dua hari lagi, sebab Kliennya dari luar negeri. Mungkin saja memang mendadak, jadi dia tetap ikut Louis tanpa kembali bertanya. Terlebih Tuan muda Philip sudah menunggu dimobil. Sampai dibasmant, Louis langsung membukakan pintu mobil penumpang belakang, namun Aurora mencegah. "Aku didepan saja!" "Tidak bisa, Nona. Silahkan masuk!" Louis kembali mempersilahkan. Aurora mengabaikan dan tetap ingin didepan. ia tidak mau duduk berdampingan dengan Philip, Pria yang tidak bisa dipegang janjinya. Saat baru membuka pintu, suara berat dan penuh penekanan Philip terdengar. "Mau duduk dibelakang, atau saya seret?" Aurora menutup kembali pintu mobil dengan keras lalu berjalan didepan Louis dan masuk kedalam mobil. Mobil Maybach hitam milik Philip keluar dari grup Mayer dan membelah keramaian kota Ivaly disore hari. Aurora diam saja, duduk bersandar di sandaran kursi
Makan siang tiba, Aurora baru bisa bertemu Adara dilobby gedung pencakar langit milik grup Meyer. Adara pun sama halnya, menunggu Aurora untuk membahas percakapan tadi pagi yang harus terhenti karena datangnya Philip. Mereka duduk dikursi Coffeshop yang terlihat disebrang jalan gedung Meyer. "Nona Aurora, kamu... sungguh bekerja disini?" Tanya Adara, dia sungguh tidak percaya kalau Aurora bekerja dengan orang lain sekarang. Dia adalah nona muda Aurora Adelina yang statusnya sangat tinggi dan disanjung banyak orang dikota Ivaly. Namun setelah diusir dari grup Adelina, namanya hilang dan seperti tidak ada jejaknya. Setelah Aurora menceritakan semua kejadian yang dialami, Adara sungguh tidak menyangka ada orang sejahat Alice dan bahkan ayah kandung Aurora sendiri. "Untuk sementara aku butuh pamasukan. Setidaknya sampai aku bisa mengambil kembali grup Adelina." Jawab Aurora. "Semoga semuanya kembali ketangan kamu lagi, Nona Aurora. Saya benar-benar sedih. Saya terpaksa mengund
Mana mungkin grup Adelina gulung tikar?Perusahaan itu sudah berdiri lama dari Sesha Adelina masih hidup sampai mengalami kecelakaan tragis dan sampai sekarang.Meski Aurora marah kepada Ayahnya, namun dia tidak akan membiarkan grup Adelina merosot jatuh, karena disana memiliki banyak kenangan ibunya."Dari mana kamu tau semua ini?" Aurora bertanya pelan. Sungguh sulit dipercaya, bahkan Asisten pribadinya juga mengundurkan diri dan beberapa karyawan utama juga.Philip tersenyum smirk. Dia menyahut "Tidak perlu tau dari mana mendapatkannya. Gugurkan anak itu. kupastikan dalam waktu dekat, grup Adelina akan berpindah kembali padamu, Nona Adelina." Sebenarnya tidak ada gunanya juga anak yang tengah dikandung. Aurora tidak siap hamil sekarang, bahkan tidak tau siapa ayahnya.Yang terpenting sekarang, Grup Adelina berpindah kembali ke tangannya. Mengusir nyamuk-nyamuk gatal yang terus mengincar harta keluarga Adelina.Sangat tidak mudah juga untuk Aurora merelakan janinnya untuk digugurka