Shanna menelan air liurnya dengan susah payah. Dia tahu Damar kemungkinan akan menolak permintaannya, tetapi Shanna sudah berjanji kepada Rangga. Dia sudah berjanji akan membujuk Damar untuk tidak ikut tender dengan perusahaan Lumina.
Damar menatap Shanna. “Dari mana kau tahu kalau aku sedang bersaing untuk mendapatkan tender dari perusahaan Lumina?” tanyanya, meskipun Damar sudah melunakkan suaranya, tetapi tetap saja terdengar menakutkan di telinga Shanna.
“Aku ... aku tadi bertemu Rangga. Bukan Rangga yang menemuiku, tapi aku yang meminta bertemu dengannya,” jawab Shanna cepat menjelaskan sebelum Damar salah paham kepadanya.
“Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dariku.” Shanna berkata pelan dengan kepala tertunduk, tidak berani menatap mata Damar yang tajam. “Aku tahu kau nggak akan pernah memberitahuku, karena itu aku berinisiatif menemui Rangga untuk bertanya padanya. Dan dia mengatakan semuanya padaku.”
Shanna menelan air liurnya dengan susah payah. Dia tahu Damar kemungkinan akan menolak permintaannya, tetapi Shanna sudah berjanji kepada Rangga. Dia sudah berjanji akan membujuk Damar untuk tidak ikut tender dengan perusahaan Lumina.Damar menatap Shanna. “Dari mana kau tahu kalau aku sedang bersaing untuk mendapatkan tender dari perusahaan Lumina?” tanyanya, meskipun Damar sudah melunakkan suaranya, tetapi tetap saja terdengar menakutkan di telinga Shanna.“Aku ... aku tadi bertemu Rangga. Bukan Rangga yang menemuiku, tapi aku yang meminta bertemu dengannya,” jawab Shanna cepat menjelaskan sebelum Damar salah paham kepadanya.“Aku tahu kamu menyembunyikan sesuatu dariku.” Shanna berkata pelan dengan kepala tertunduk, tidak berani menatap mata Damar yang tajam. “Aku tahu kau nggak akan pernah memberitahuku, karena itu aku berinisiatif menemui Rangga untuk bertanya padanya. Dan dia mengatakan semuanya padaku.”
Rangga sudah datang lebih dulu saat Shanna masuk. Pemuda itu memberi isyarat kepada Shanna yang langsung menghampiri Rangga.“Sudah lama kita nggak bertemu. Aku senang kamu baik-baik aja,” ucap Shanna membuka obrolan.Shanna merasa kikuk duduk berdua dengan Rangga. Sejak dia tinggal di kediaman Adipramana, hubungannya dengan Rangga dan Harsa tidak terlalu akur. Apalagi sejak Damar mengajaknya tinggal terpisah dari keluarga Adipramana, hubungan mereka semakin renggang. Walau begitu, sesekali Rangga datang berkunjung. Namun, beberapa tahun terakhir hubungan mereka semakin jauh.“Hm!”Rangga tidak membenci Shanna yang merupakan sepupu sekaligus bibinya, tetapi akibat Diana yang selalu menanamkan kebencian kepada Shanna, membuat Rangga sedikit banyaknya tidak menyukai Shanna. Apalagi saat tahu Damar menikahi Shanna yang merupakan anak angkat pria itu.Namun, Rangga tidak mempunyai hak atas kehidupan pamannya. Rangga tidak menyukai Shanna, tetapi dia sa
Shanna menyambut hari dengan senyum lebar. Apalagi saat Damar memberi tahu bahwa pria itu mengambil cuti kerja selama tiga hari. Sinar kebahagiaan semakin terpancar jelas di wajah ayunya.Mereka benar-benar menghabiskan waktu bersama. Damar mengajak Shanna jalan-jalan, nonton film, dan makan romantis di restoran berbintang."Apa kamu senang?" tanya Damar seraya memeluk Shanna dari belakang.Saat ini mereka berada di ruang tengah. Mereka baru saja pulang dari makan siang di restoran mewah langganan Damar."Hm!" Shanna mengangguk kecil. "Terima kasih sudah membawaku makan romantis selama tiga hari ini.""Tidak perlu berterima kasih. Tidak ada salahnya sesekali menikmati hidup. Apalagi hampir sebulan kita tidak bertemu."Damar menciumi belakang leher Shanna.Shanna tersenyum kecil. Tanpa melepaskan tangan Damar yang melingkar di perutnya, Shanna berbalik dan mencium Damar. Semakin lama, ciuman mereka semakin panas dan membangkitkan nafsu
Helia terkejut dengan kedatangan Shanna yang tiba-tiba menanyainya. Tubuhnya bergerak gelisah, seolah tertangkap basah telah melakukan sesuatu yang buruk.“Maaf, aku nggak bermaksud mengagetkanmu,” ucap Shanna cepat ketika melihat reaksi Helia. “Aku menemuimu karena sejak tadi aku melihatmu di luar sendirian. Apa kamu sedang menunggu sesorang?”“Ya,” jawab Helia dengan suara pelan.“Apa kamu sudah menghubungi orang yang kamu tunggu?” tanya Shanna berbasa-basi walau dia tahu sebenarnya siapa yang Helia tunggu.Helia mengalihkan pandangannya dari Shanna. Dia tampak sedikit gugup. Dan hal itu tidak luput dari pandangan Shanna.“Kamu sudah sejak tadi berada di sini, coba kamu hubungi orang itu supaya tahu kalau kamu sudah sampai dan menunggunya di parkiran,” lanjut Shanna memberi saran karena tidak mendapat jawaban Helia.Helia terdiam sejenak sebelum berkata, “Aku tidak punya nomornya. Jadi aku tidak bisa menghubunginya. Terima kasih atas perhatianmu. Aku akan menunggunya di sini saja.”
Shanna mengikuti Viona yang menunjuk ke arah luar. Matanya membulat sempurna ketika melihat Helia berdiri di parkiran, di dekat sebuah mobil sedan berwarna biru. Tidak menyangka Helia begitu gigih untuk bisa bertemu dengan Nadia.Kedua sudut bibir Shanna terangkat sedikit, sangat samar hingga tidak ada yang bisa melihat senyumnya.Kening Viona berkerut. “Untuk apa dia di sini?”“Entahlah, aku nggak tahu, Vi,” jawab Shanna berbohong.Shanna sangat yakin kehadiran Helia pasti ada hubungannya dengan Nadia. Namun, Shanna tidak menemukan sosok wanita itu saat mengedarkan pandangan ke segala arah.‘Di mana wanita itu?’ pikir Shanna penasaran dengan keberadaan Nadia.“Ada apa, Shan?” tanya Devara yang membuat Shanna terkejut dan refleks menatap Devara dengan senyum kecil.“Nggak ada apa-apa, Tante.” Shanna menjawab cepat. “Cuma sedikit heran aja, kenapa restoran ini sepi sekali. Padahal sekarang sudah waktunya makan siang.”“Mungkin mereka banyak yang memilih makan di lantai atas,” ucap Kayra
Shanna dan Viona pun pergi ke lantai atas, di mana lantai atas merupakan pusat jajanan serba ada.“Kalau aku melihatnya lagi, aku benar-benar nggak akan melepaskan Helia,” ucap Viona masih dengan kekesalan yang kentara karena tidak berhasil bertatap muka dengan Helia.“Kamu sudah tahu identitas wanita itu?” tanya Shanna berpura-pura tidak tahu. Dia ingin tahu sejauh mana Viona mengetahui identitas Helia.“Oh, aku lupa memberi tahumu. Kemarin orang yang kupinta untuk mencari tahu mengenai gadis itu memberikan informasinya padaku. Gadis itu namanya Helia Danastri. Dia yatim piatu. Dibesarkan di panti asuhan di pinggiran kota.”Viona pun dengan semangat membara memberi tahu Shanna mengenai Helia. Shanna bersyukur informasi yang didapatkan Viona hanyalah informasi umum. Dia tidak tahu apa yang akan ketiga temannya lakukan kalau mengetahui identitas Helia yang sebenarnya.“Apa aku harus menemuinya langsung ke rumahnya, ya?” celetuk Viona tiba-tiba.“Nggak perlu, Vi.” Shanna menjawab cepat.
Shanna dan Kayra adalah orang yang paling pendiam di acara makan siang itu. Shanna hanya membuka suara saat ada yang bertanya. Berbeda dengan Devara yang berbaur bersama teman-temannya. Senyum dan tawa renyahnya tidak pernah berhenti.Shanna merasa waktu berjalan begitu lambat. Acara berakhir saat Shanna berada di ujung rasa bosannya.Shanna menghela napas lega begitu mereka berada di dalam mobil.“Maaf kalau membuatmu tidak nyaman.” Devara menggenggam tangan Shanna. Penyesalan dan rasa bersalah terdengar jelas pada nada bicaranya.Shanna tersenyum kecil. “Nggak apa-apa, Tante. Mungkin memang aku aja yang masih belum bisa beradaptasi. Jadi tante nggak perlu mengkhawatirkanku.”“Kalau misalnya tante mengajakmu untuk berkumpul dengan mereka lagi, kamu mau ikut lagi, ‘kan?”Tubuh Shanna sedikit tegang. Ekspresinya pune berubah.“Tante hanya bercanda.” Devara tertawa pelan. “Tante tahu kamu tidak nyaman bersama mereka. Jadi tidak mungkin tante mengajakmu untuk bertemu mereka lagi.”Seketik
Pukul enam sore, Shanna dan Ardo meninggalkan rumah menuju kediaman Hattala. Tadi sore Devara meneleponnya, mengundangnya untuk makan malam bersama di kediaman Hattala.Sudah lama Shanna tidak berkujung ke kediaman Hattala, sehingga saat dirinya tiba, Shanna langsung disambut dengan antusias oleh keluarga Hattala, terutama oleh anak-anak Galang dan Devara. Sama seperti Galang yang menganggap Shanna seperti anaknya, Shanna pun menganggap kedua anak Galang seperti keponakannya sendiri.“Kenapa kamu tidak bilang kalau Damar ke luar kota?” Devara menatap Shanna dengan ekspresi kesal. “Seharusnya kamu bilang. Atau kalau tidak, kamu bisa bermain ke sini.”“Benar.” Galang ikut menyahuti. “Kalau tadi aku tidak menelepon Damar untuk mengundangnya makan malam, aku tidak akan tahu kalau dia ke luar kota. Apalagi Damar sudah hampir tiga minggu di luar kota.”Shanna tersenyum canggung. “Aku nggak mau membuat Tante dan om khawatir. Lagian ada Kak Ardo yang menemaniku di rumah.”Galang menghela napas
Beberapa hari berlalu, Helia rutin datang ke rumah Nadia. Sayangnya wanita itu tidak pernah bisa menemui Nadia.Tidak hanya Ardo yang memberi laporan seperti itu kepada Shanna. Ketiga sahabatnya pun mengatakan hal yang sama mengenai Helia yang selalu mendatangi rumah Nadia belakangan ini.“Aku benar-benar penasaran dengan tujuan wanita itu mendatangi rumah Nadia.” Viona meletakkan gelas minumnya. Rasa penasaran kentara pada nada bicaranya.“Sepertinya kita harus menyelidiki wanita itu juga,” usul Neila. “Aku yakin pasti ada sesuatu. Nggak mungkin wanita itu akan menemui Nadia tanpa memiliki maksud tertentu.”“Ya, kamu benar, Nei.” Viona setuju dengan usulan Neila. “Nanti aku akan meminta orang untuk menyelidikinya juga.”“Tapi aku benar-benar salut pada wanita ular itu,” ucap Neila kesal. “Sudah lama kita mengawasinya, tapi kita masih belum bisa menemukan kelemahannya.”“Kamu benar. Apa mungkin orang yang kita sewa itu nggak kompeten?” Viona berkata dengan sedikit ragu.“Nggak mungkin.