MALAM PERTAMA...
Malam ini begitu sunyi. Rembulan dan bintang, menghiasi langit yang begitu cerah. Desisan angin seperti menyapa tubuh yang sedang merasakan gejolak asmara dan desiran gairah.
Seorang wanita sudah menunggu pangerannya menghampiri dengan gejolak yang sama. Tirai kamar bergerak-gerak, seakan hembusan angin mengiringi sebuah cinta yang akan tersampaikan.
Lampu kamar sudah di matikan. Di balik cahaya kamar yang remang-remang, Kaira sudah memakai gaun malam tanpa bra. Dengan wajah merah dan malu-malu, ekspresi seperti itu membuat Jay tidak bisa menahan lagi gairahnya yang sudah berada di puncak.
Jay mulai jalan mendekat ke arah Kaira yang sudah duduk manis menunggunya. Jay menelan ludahnya, matanya menikmati lekuk tubuh Istrinya yang begitu sempurna. Suara kaki Jay terdengar begitu berirama. Jantung yang berdebar, seperti menambahkan nada.
Jay berdiri di depan Kaira. Sorotan matanya penuh dengan cinta dan juga gairah yang menguasai diri. Jari Jay mulai menyentuh bibir Kaira yang tipis. Bibirnya mulai mencium ujung kepala Kaira, di lanjut mencium kening Kaira, kedua mata Kaira, kedua pipi Kaira, dan mencium hidung Kaira yang mancung.
Bibir Jay berhenti saat hampir menyentuh bibir Kaira. Kaira yang sedari tadi sudah memejamkan mata, menikmati setiap sentuh bibir Jay yang mengenai setiap inci wajahnya, mulai membuka matanya secara perlahan.
"Kau Istriku, bukan?" tanya Jay. Wajah mereka begitu dekat, mata mereks saling bertemu dan berpandangan. Hembusan nafas Jay terasa mengenai bibir Kaira.
"Iya!"
"Apa kau mencintaiku?" tanya Jay.
"Apa Suamiku mencintaiku?"
"Kaira, aku sangat mencintaimu. Perasaan konyol yang sering kali mengganggu perasaanku. Kaira, maukah kau menjadi Istriku selamanya? Istri dan wanita satu-satunya untukku?"
"Hmmmm? Apa ini adalah sebuah lamaran secara resmi?" goda Kaira.
Jay menyematkan cincin di jari manis Kaira lalu mencium tangannya. Bibir Jay terasa begitu lembut saat bibir itu mengenai kulit di tubuh Kaira.
"Istriku, bolehkan aku memulainya?" tanya Jay.
"Tapi, aku tidak tahu harus berbuat apa."
"Kau cukup berbaring dan aku yang akan bergerak!"
Jay tersenyum puas setelah mendapat ijin resmi dari Kaira. Tidak menunggu lama, Jay mengubah posisi duduk Kaira menjadi duduk di pangkuannya. Kaira sudah menghadap ke arah Jay. Bibir Kaira sudah menjadi santapan utama Jay. Kaira yang tidak berpengalaman dalam hubungan intim dengan seorang pria, hanya menurut dan mengimbangi pergerakan Jay.
"Hmmmmm..." desah Kaira saat tangan Jay mulai menyentuh dadanya.
Jay membuka atasan yang di pakainya tanpa melepaskan pagutan bibir yang semakin memanas. Setelah terbuka, Jay mengarahkan tangannya untuk menyentuh dadanya. Kaira meraba dada bidang Jay yang keras dan berotot.
"Uhhhhhh..." Jay mengingit bibir Kaira sebelum melepaskannya.
"Maaf!" Jay membaringkan tubuh Kaira di atas ranjang. Bibir Jay mulai menelusuri leher Kaira dan meninggalkan beberapa bekas di sana.
Kaira menutup bibirnya rapat-rapat supaya tidak mengeluarkan desahan. Sedangkan, Jay sedang menunggu untuk mendengarkan itu.
"Jangan malu! Kau boleh bersuara dan berteriak sepuasmu di sini. Tidak akan ada yang mendengar. Kau tidak boleh menahan dirimu," bisik Jay yang membuat darah Kaira semakin berdesir.
Jay membuka baju Kaira dan hanya meninggalkan segitiga berenda yang menutupi jalan menuju surga dunia yang di hiasi dengan rerumputan yang begitu tipis. Jay hanya diam, menikmati tubuh Kaira yang hampir tidak mengenakan apa-apa.
"Boleh aku memulainya?" tanya Jay.
Kaira hanya mengangguk dengan malu-malu. Jay mulai menyentuh daging sintal dan kenyal dengan ukuran 38. Lagi-lagi, bibir Jay bermain di dada Kaira, bahkan lidahnya menari-nari sangat lihai. Tangan Jay meremas-remas dada Kaira yang masih kencang.
"Emmmmm... Uhhhhh..." racau Kaira.
"Ada apa? Apa sakit? Aku hanya sedikit menggigitnya," bisik Jay.
"Lakukan lagi!" jawab Kaira karena rasa malu sudah hilang dari dalam dirinya.
Tangan Jay meraba tubuh Kaira semakin liar, hingga jarinya menyentuh sesuatu yang biasa di sebut dengan surga dunia. Tangan Kaira mencegah Jay supaya tidak menyentuh bagian sensitif Kaira.
"Apa tidak boleh?" tanya Jay dengan nada suara yang terdengar kecewa.
"Bukan begitu, aku malu!" jawab Kaira.
Jay melepaskan celana yang melekat pada tubuhnya hingga tidak ada satu benangpun yang menutupi.
"Jangan malu! Aku sudah menunjukan semuanya padamu," bisik Jay.
Jay menyentuh tangan Kaira dan mengarahkan jari-jari Kaira untuk membelai dan menyentuh menara miliknya yang sudah menjulang tinggi. Jay mengajari Kaira untuk menggerakkan tangannya, memainkan dan memanjakan junior miliknya.
"Emmm... Uhhhh..." hanya suara seperti itu yang keluar dari bibir Jay.
"Sayang, cukup! Aku tidak akan menahan diri lagi," bisik Jay.
Jay membuka segitiga berenda yang masih di pakai Kaira. Jay juga membuka kedua kaki Kaira dan menampakan harta berharga satu-satunya yang Kaira jaga selama hidupnya.
Jay menatapnya, karena baru kali ini Jay melihatnya. Perlahan, tangannya mulai menyentuh bagian sensitif Kaira.
"Boleh aku menciumnya?" tanya Jay.
Tanpa menunggu jawaban Kaira, Jay sudah mencium bagian sensitif Kaira. Sensasinya meledak-ledak saat lidah Jay bermain-main di rerumputan tipis yang melindungi jalan menuju surga dunia.
"Uhhhhh... Sayang berhenti!" pinta Kaira.
Jay tidak mendengarkan apa yang Kaira ucapkan. Jari dan bibirnya terus bermain dan menari-nari dengan leluasan dan sangat liar. Kaira menekan kepala Jay yang berada di antara kedua kakinya supaya Jay berhenti melakukannya.
"Aku bisa mabuk kepayang kalau Jay tidak berhenti!" batin Kaira.
"Jay, berhenti!" suara Kaira tidak terdengar romantis lagi, melainkan terdengar seperti kesal.
Jay menghentikan aksinya dan menatap Kaira yang tengah malu-malu.
"Berbaring!" pinta Kaira.
Jay berbaring dan menurut saja dengan perintah Kaira. Kaira teringat akan satu video 21+ yang pernah di lihatnya.
"Aku akan membalasmu!" batin Kaira.
Dimata Jay, Kaira menjadi liar dan berani karena tangannya sudah menyentuh junior Jay yang semakin mengeras. Hukuman yang membuat Jay ingin terus merasakannya.
"Uhhhhhhh..." rancau Jay.
Kaira mulai menjilatnya, mengulumnya seperti sedang menikmati ice cream kesukaannya. Jay hanya memejamkan matanya dan menikmati semua sensasi yang merasuk ke dalam aliran darahnya.
Kaira seperti menghukum Jay tanpa ampun karena terus membuat Jay terbuai dalam gairah yang semakin memanas. Jay yang sudah tidak tahan lagi, menjatuhkan tubuh Kaira dan menindihnya sehingga menara yang besar dan panjang, berada di antara kedua dada Kaira.
"Siapa yang mengajarimu melakukan hukuman seperti itu?" suara dan bisikkan Jay penuh dengan godaan.
Jay menggigit telinga Kaira untuk membangkitkan gairah Kaira sepenuhnya. Bibir Jay kembali mencium bibir Kaira, melumatnya hingga tidak ada ruang untuk Kaira protes saat Jay kembali memasukkan jarinya ke dalam pulau kenikmatan supaya jalan yang akan di tempuhnya menjadi sedikit licin dan tidak menyakiti Kaira.
"Aku mencitaimu!" ucap Jay.
"Aku juga!" jawab Kaira.
"Aku akan melakukannya, dan kau akan menjadi Istriku seutuhnya!"
Saat terbangun dari tidurnya di pagi hari, Kaira merasakan pinggangnya seperti cidera. Betapa buas dan tidak terkontrolnya Jay pada saat melakukannya dengan Kaira semalam. Jay menyadari kalau Kaira sudah terbangun dari mimpi indahnya. Jay mencium tengkuk Kaira dan Kaira merasakan sesuatu yang bergerak-gerak di pinggulnya."Apa yang akan aku katakan pada Jay? Aduhhhh, malunya aku!" batin Kaira. Kaira diam saja saat merasakan Jay sudah memberikan kode untuk mengulang lagi apa yang mereka lakukan semalam. Kaira pura-pura tidur kembali."Sayang, kenapa kau tidak memujiku?" tanya Jay dengan manja."Aduhhhhh... Apa aku memiliki Suami yang tidak tahu malu? Kenapa dia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa semalam?" batin Kaira."Sayang, aku tahu kau sudah bangun. Jadi, jawab aku! Apa aku hebat semalam?""Iya!" akhirnya Kaira menjawab
Meskipun dengan susah payah dan menahan nyeri di bagian ujung pahanya, Kaira tetap mengantar Jay ke bandara. Jay akan dinas paling cepat 2 hari dan paling lambat 10 hari. Pasangan yang baru saja di penuhi dengan cinta, harus terpisah oleh sebuah jarak. Saling percaya adalah sumber kekuatan yang pertama. Kaira di berikan cuty 3 hari oleh atasannya karena identitas Kaira sebagai Istri Jay masih di sembunyikan dan menjadi sebuah rahasia."Sayang, aku harus ke Prancis dulu baru ke Jepang.""Iya. Jangan lupa memberiku kabar dan jaga kesehatan," ucap Kaira sebelum Jay masuk ke ruang tunggu. Tuan dan Nyonya Alrecha menemani Kaira selama Jay dinas. Mereka memberikan perhatian pada Kaira bukan hanya sebatas menantu melainkan sudah seperti anak kandung. Kaira masih merasa canggung, tapi Nyonya
"Rasya, apa masih ada penerbangan ke London hari ini?" tanya Jay"Masih!" jawab Rasya."Pesankan aku tiket. Aku harus menemui Istriku.""Pekerjaan?""Ada kau, semua pasti beres.""Aku?" seru Rasya."Kau tinggallah di sini. Aku harus menjelaskannya pada Istriku sebelum semuanya semakin kacau.""Ke Jepang?" tanya Rasya."Setelah menjelaskannya, aku akan segera kembali ke sini.""Cih, kekuatan cinta!" batin Rasya menggerutu.***LONDON... Jay sampai di rumah sekitar tengah malam. Semua orang sudah tertidur termasuk Kaira. Jay melihat mobil Tuan A
Wanita itu langsung menemui Direktur Winny dan mengabaikan Kaira. Kaira juga wanita yang cuek, simple dan tidak suka dengan sesuatu yang berbelit."Aku sudah minta maaf, jadi semua sudah beres," batin Kaira sembari masuk ke dalam ruangannya. Lily memberika setumpuk kertas untuk Kaira periksa, bahkan sebelum duduk dengan benar. Kaira menghela nafas melihat setumpuk kertas yang membuat kepalanya langsung berdenyut."Aduhhh... Pinggangku sakit tapi aku harus duduk lama di kursi ini dan bersenandung dengan kertas-kertas ini," gumam Kaira."Hei, Kai!" bisik Lily."Lily, jangan bisik-bisik!" ucap Kaira sembari menyibakkan rambutnya. Lily menatap Kaira dengan pandangan curiga setelah melihat beberapa tanda merah di leher dan bawah telinga Kaira."Kai...""Apa?" Kaira belum menyadari
"TAPI DIMATAKU, KAU SAMA SEKALI TIDAK MEMILIKI SEBUAH HARGA!""...""..." Kaira maupun Vanka menoleh ke arah sumber suara yang tegas dan juga terdengar begitu gagah."Sayang!" Jay menyambut Kaira dengan merentangkan tangan lalu memeluknya dengan hangat."Apa dia sedang membelaku?" batin Kaira sembari membalas pelukan Jay."Apa yang di katakan Grace benar, kalau pria ini sudah menikah?" batin Vanka. Kaira meletakkan telapak tangannya di kening Jay untuk memastikan suhu tubuhnya."Menunduk!" pinta Kaira. Jay menunduk sesuai arah, lalu Kaira menempelkan keningnya di kening Jay karena setelah memeriksa dengan telapak tangan, suhu tubuh Jay normal."Aneh... Kata Mama sakit, tapi kenapa dia ter
"Haahahahaha...""Berhenti menertawakanku!" sungut Kaira."Istriku begitu lucu. Aku sampai tidak bisa berhenti tertawa," jawab Jay.BUKKKKK... Kaira melemparkan bantal pada wajah Jay. Sejak keluar dari ruang meeting, Jay tidak berhenti tertawa karena teringat ekspresi wajah Kaira yang seperti wanita bodoh. Kaira yang tidak panda berbahasa asing, hanya duduk diam dengan ekspresi wajah yang di buat setenang mungkin."Ap kau menganggapku bodoh?" Kiara mengeluarkan senjata yang paling ampuh, yaitu airmata."Aku bilang kalau Istriku lucu, bukan bodoh!""HUAAAAAAAA... Kau menindasku!""Sayang, jangan menangis! Aku minta, oke. Aku yang bodoh! Aku, bukan Istriku!" Jay kelabakan karena Kaira menangis di depan matanya."Coba mengaku sekali lagi, kalau kau bodoh da
Suasana semakin menegangkan setelah Kaira mendapatkan satu tamparan keras pada pipi kanannya. Kancing bajunya juga sudah berserakan di atas lantai. Kaira menutup dadanya menggunakan kedua tangannya karena Kaira sudah tidak menggunakan bra di saat malam hari tiba. Tenaga pria itu jauh lebih kuat dari bayangan Kaira. Kaira berusaha sebisa mungkin melepaskan diri supaya bisa lari. Lari sejauh yang dia bisa. Berulang kali pria itu menampar Kaira hingga wajahnya penuh dengan lebam. Naura membalasnya dengan mencakar wajah pria itu dengan kukunya."Wanita sialan!" bentaknya. Pria itu menancapkan pisau kecil di leher Kaira, supaya membuat Kaira tidak melawannya. Namun, Kaira memilih mati dengan cara tidak hormat, dibandingkan dengan menyerahkan segala kehormatannya."Kau benar-benar ingin mati ru
PLAKKK! Jay menyentuh pipinya yang terkena tamparan begitu keras oleh tangan lembut Nyonya Luna. Sorot mata kemarahan dan kecewa tak bisa lagi Jay hindari."Ma...""Mama mendatangkan Istrimu untuk menjagamu dari godaan, tapi kau menjaga Istrimu saja tidak becus. Jay, kau sama sekali tidak berguna menjadi seorang suami!" teriak Nyonya Luna. Jay terdiam. Jay tidak bisa membantah karena apa yang di katakan oleh Nyonya Luna adalah sebuah kenyataan."Mama benar. Aku seorang Suami yang tidak berguna," jawab Jay sembari menundukkan kepalanya."Sebelum Kaira bangun, Mama ingin kau sudah menemukan siapa orang yang ingin melukai Menantu Mama!""Jay tititp Kaira," ucap Jay. Jay meninggalkan Rumah Sakit dan langsung menuju villa, tempat dimana Kaira mendapatkan perlakuan yang sangat tidak