Home / Romansa / Menikahi CEO (INDONESIA) / 12. Membangkitkan Gairah

Share

12. Membangkitkan Gairah

last update Last Updated: 2020-12-02 17:36:55

MALAM PERTAMA...

   Malam ini begitu sunyi. Rembulan dan bintang, menghiasi langit yang begitu cerah. Desisan angin seperti menyapa tubuh yang sedang merasakan gejolak asmara dan desiran gairah.

   Seorang wanita sudah menunggu pangerannya menghampiri dengan gejolak yang sama. Tirai kamar bergerak-gerak, seakan hembusan angin mengiringi sebuah cinta yang akan tersampaikan.

   Lampu kamar sudah di matikan. Di balik cahaya kamar yang remang-remang, Kaira sudah memakai gaun malam tanpa bra. Dengan wajah merah dan malu-malu, ekspresi seperti itu membuat Jay tidak bisa menahan lagi gairahnya yang sudah berada di puncak.

   Jay mulai jalan mendekat ke arah Kaira yang sudah duduk manis menunggunya. Jay menelan ludahnya, matanya menikmati lekuk tubuh Istrinya yang begitu sempurna. Suara kaki Jay terdengar begitu berirama. Jantung yang berdebar, seperti menambahkan nada.

   Jay berdiri di depan Kaira. Sorotan matanya penuh dengan cinta dan juga gairah yang menguasai diri. Jari Jay mulai menyentuh bibir Kaira yang tipis. Bibirnya mulai mencium ujung kepala Kaira, di lanjut mencium kening Kaira, kedua mata Kaira, kedua pipi Kaira, dan mencium hidung Kaira yang mancung.

   Bibir Jay berhenti saat hampir menyentuh bibir Kaira. Kaira yang sedari tadi sudah memejamkan mata, menikmati setiap sentuh bibir Jay yang mengenai setiap inci wajahnya, mulai membuka matanya secara perlahan.

"Kau Istriku, bukan?" tanya Jay. Wajah mereka begitu dekat, mata mereks saling bertemu dan berpandangan. Hembusan nafas Jay terasa mengenai bibir Kaira.

"Iya!"

"Apa kau mencintaiku?" tanya Jay.

"Apa Suamiku mencintaiku?"

"Kaira, aku sangat mencintaimu. Perasaan konyol yang sering kali mengganggu perasaanku. Kaira, maukah kau menjadi Istriku selamanya? Istri dan wanita satu-satunya untukku?"

"Hmmmm? Apa ini adalah sebuah lamaran secara resmi?" goda Kaira.

   Jay menyematkan cincin di jari manis Kaira lalu mencium tangannya. Bibir Jay terasa begitu lembut saat bibir itu mengenai kulit di tubuh Kaira.

"Istriku, bolehkan aku memulainya?" tanya Jay.

"Tapi, aku tidak tahu harus berbuat apa."

"Kau cukup berbaring dan aku yang akan bergerak!"

   Jay tersenyum puas setelah mendapat ijin resmi dari Kaira. Tidak menunggu lama, Jay mengubah posisi duduk Kaira menjadi duduk di pangkuannya. Kaira sudah menghadap ke arah Jay. Bibir Kaira sudah menjadi santapan utama Jay. Kaira yang tidak berpengalaman dalam hubungan intim dengan seorang pria, hanya menurut dan mengimbangi pergerakan Jay. 

"Hmmmmm..." desah Kaira saat tangan Jay mulai menyentuh dadanya.

   Jay membuka atasan yang di pakainya tanpa melepaskan pagutan bibir yang semakin memanas. Setelah terbuka, Jay mengarahkan tangannya untuk menyentuh dadanya. Kaira meraba dada bidang Jay yang keras dan berotot.

"Uhhhhhh..." Jay mengingit bibir Kaira sebelum melepaskannya.

"Maaf!" Jay membaringkan tubuh Kaira di atas ranjang. Bibir Jay mulai menelusuri leher Kaira dan meninggalkan beberapa bekas di sana.

   Kaira menutup bibirnya rapat-rapat supaya tidak mengeluarkan desahan. Sedangkan, Jay sedang menunggu untuk mendengarkan itu.

"Jangan malu! Kau boleh bersuara dan berteriak sepuasmu di sini. Tidak akan ada yang mendengar. Kau tidak boleh menahan dirimu," bisik Jay yang membuat darah Kaira semakin berdesir.

   Jay membuka baju Kaira dan hanya meninggalkan segitiga berenda yang menutupi jalan menuju surga dunia yang di hiasi dengan rerumputan yang begitu tipis. Jay hanya diam, menikmati tubuh Kaira yang hampir tidak mengenakan apa-apa.

"Boleh aku memulainya?" tanya Jay.

   Kaira hanya mengangguk dengan malu-malu. Jay mulai menyentuh daging sintal dan kenyal dengan ukuran 38. Lagi-lagi, bibir Jay bermain di dada Kaira, bahkan lidahnya menari-nari sangat lihai. Tangan Jay meremas-remas dada Kaira yang masih kencang. 

"Emmmmm... Uhhhhh..." racau Kaira.

"Ada apa? Apa sakit? Aku hanya sedikit menggigitnya," bisik Jay.

"Lakukan lagi!" jawab Kaira karena rasa malu sudah hilang dari dalam dirinya.

   Tangan Jay meraba tubuh Kaira semakin liar, hingga jarinya menyentuh sesuatu yang biasa di sebut dengan surga dunia. Tangan Kaira mencegah Jay supaya tidak menyentuh bagian sensitif Kaira.

"Apa tidak boleh?" tanya Jay dengan nada suara yang terdengar kecewa.

"Bukan begitu, aku malu!" jawab Kaira.

   Jay melepaskan celana yang melekat pada tubuhnya hingga tidak ada satu benangpun yang menutupi. 

"Jangan malu! Aku sudah menunjukan semuanya padamu," bisik Jay.

   Jay menyentuh tangan Kaira dan mengarahkan jari-jari Kaira untuk membelai dan menyentuh menara miliknya yang sudah menjulang tinggi. Jay mengajari Kaira untuk menggerakkan tangannya, memainkan dan memanjakan junior miliknya.

"Emmm... Uhhhh..." hanya suara seperti itu yang keluar dari bibir Jay.

"Sayang, cukup! Aku tidak akan menahan diri lagi," bisik Jay.

   Jay membuka segitiga berenda yang masih di pakai Kaira. Jay juga membuka kedua kaki Kaira dan menampakan harta berharga satu-satunya yang Kaira jaga selama hidupnya.

   Jay menatapnya, karena baru kali ini Jay melihatnya. Perlahan, tangannya mulai menyentuh bagian sensitif Kaira. 

"Boleh aku menciumnya?" tanya Jay.

   Tanpa menunggu jawaban Kaira, Jay sudah mencium bagian sensitif Kaira. Sensasinya meledak-ledak saat lidah Jay bermain-main di rerumputan tipis yang melindungi jalan menuju surga dunia.

"Uhhhhh... Sayang berhenti!" pinta Kaira.

   Jay tidak mendengarkan apa yang Kaira ucapkan. Jari dan bibirnya terus bermain dan menari-nari dengan leluasan dan sangat liar. Kaira menekan kepala Jay yang berada di antara kedua kakinya supaya Jay berhenti melakukannya.

"Aku bisa mabuk kepayang kalau Jay tidak berhenti!" batin Kaira.

"Jay, berhenti!" suara Kaira tidak terdengar romantis lagi, melainkan terdengar seperti kesal.

   Jay menghentikan aksinya dan menatap Kaira yang tengah malu-malu.

"Berbaring!" pinta Kaira.

   Jay berbaring dan menurut saja dengan perintah Kaira. Kaira teringat akan satu video 21+ yang pernah di lihatnya. 

"Aku akan membalasmu!" batin Kaira.

   Dimata Jay, Kaira menjadi liar dan berani karena tangannya sudah menyentuh junior Jay yang semakin mengeras. Hukuman yang membuat Jay ingin terus merasakannya.

"Uhhhhhhh..." rancau Jay.

   Kaira mulai menjilatnya, mengulumnya seperti sedang menikmati ice cream kesukaannya. Jay hanya memejamkan matanya dan menikmati semua sensasi yang merasuk ke dalam aliran darahnya.

   Kaira seperti menghukum Jay tanpa ampun karena terus membuat Jay terbuai dalam gairah yang semakin memanas. Jay yang sudah tidak tahan lagi, menjatuhkan tubuh Kaira dan menindihnya sehingga menara yang besar dan panjang, berada di antara kedua dada Kaira.

"Siapa yang mengajarimu melakukan hukuman seperti itu?" suara dan bisikkan Jay penuh dengan godaan.

   Jay menggigit telinga Kaira untuk membangkitkan gairah Kaira sepenuhnya. Bibir Jay kembali mencium bibir Kaira, melumatnya hingga tidak ada ruang untuk Kaira protes saat Jay kembali memasukkan jarinya ke dalam pulau kenikmatan supaya jalan yang akan di tempuhnya menjadi sedikit licin dan tidak menyakiti Kaira.

"Aku mencitaimu!" ucap Jay.

"Aku juga!" jawab Kaira.

"Aku akan melakukannya, dan kau akan menjadi Istriku seutuhnya!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Cyntia Adi
Duuhhh .. panaaassss bgt niiihhh .. 🥵🥵🥵 AC mana AC .. 😂😂😂 Selamat Kaira , km udah resmi jd istrinya Jayy ❤️❤️❤️ yeeaayyy 👏👏👏
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   95. Keluarga Kecil (Tamat)

    Sebuah kesepakatan akhirnya terjalin setelah Jay dan Loreta saling berjabat tangan. Rasya bisa menghela napasnya sedikit lega membiarkan Tuannya itu pergi bersama Loreta.Perjanjian itu akan terpenuhi setelah Loreta mempertemukan Jay dan Kaira. Lalu, Jay melepaskan Orthela untuk kembali ke negara asalnya.Perseteruan sudah cukup membuat kacau. Loreta tidak ingin semuanya berlanjut semakin jauh karena banyak hal yang terbengkalai karena masalah yang tidak juga kunjung selesai.Loreta membawa Jay pergi ke tempat pemakaman. Pria tersebut menyipitkan matanya heran sembari melirik curiga ke arah Loreta.“Apa yang kau rencanakan dengan membawaku ke sini?” tanya Jay. Bariton suara yang tegas itu, membuat sekujur tubuh Loreta merinding.“Anda jangan salah paham, Tuan. Saya membawa Anda ke sini bukan tanpa sebab,” ujar Loreta.Dari pandangan yang cukup jauh, terlihat dua orang sedang menghadap ke salah satu makam yang tidak asing. Jay berlari tidak sabar ingin segera memeluk wanita yang be

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   94. Di mana Istriku?

    "Jangan mendekat!" teriak Kaira. Rasanya cukup mengerikan. Kaira menjadi ketakutan. Ia berusaha pergi meski cukup sulit, tapi Orthela sudah lebih dulu memegang kendali kursi rodanya."Kenapa kau tkut? Bukankah aku sudah cukup membuatmu tenang? Kau bahkan sudah melihat bagaimana aku sangat menyesal," kata Orthela. Ia bahkan tidak merubah ekspresinya. Tetap terlihat sangat menyedihkan."Pergi! Aku memiliki keluargaku sendiri, Orthela. Aku tidak akan pernah pergi denganmu. Tidak akan pernah!" teriak Kaira."Bagaimana kalau Ziel sudah bersamaku? Apa kau tetap akan menolakku?""Apa? Kau menyandera Ziel? Orthela, dia tidak tahu apapun. Ziel msih anak-anak." Pada dasarnya, Kaira bukan wanita yang pandai mengumpat atau berkata kasar. Ia hanya berteriak meluapkan emosinya dengan kata-kata yang masih tertata dengan lembut."Aku tahu kalau kau akan menolakku. Maafkan

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   93. Pergilah Bersamaku!

    Tiga hari Kaira menghilang. Orang yang paling tertekan dan hampir gila adalah Jay. Jay yang tidak pernah menggunakan kekuasaannya, sekarang menekan semua orang untuk mencari Kaira sampai Kaira ditemukan. Nyonya Luna membawa Ziel pergi. Ziel yang tidak tahu apa-apa, tidak boleh terkecoh dengan keadaan yang ada. Orthela tidak memiliki niatan buruk. Racun yang sudah masuk ke dalam tubuh Kaira adalah buatan dari orangnya. Meski sudah mendapatkan penawar, tapi masih ada satu penawaran lagi yang harus hati-hati dan perlahan disuntikan ke dalam tubuh Kaira."Ini di mana?" gumam Kaira. Kaira terbangun dari tidurnya yang cukup panjang. Kepalanya terasa berdenyut dan berkunang-kunang. Tempat itu sangat asing, apalagi seseorang yang menatapnya."Kau sudah sadar? Syukurlah. Aku bisa mengembalikanmu tanpa rasa bersalah," ucap Orthela."Kau!" pekik Kaira."Jangan terlalu banyak gerak dan bicar

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   92. Menebus Kesalahan

    Kaira belum sadar setelah pengobatan. Tapi, kondisinya berangsur-angsur membaik. Tuan Alrecha dan Nyonya Luna, akhirnya mengetahui kalau keadaan sedang kacau saat ini. Keysana menemani Kaira sembari mengasuh Ziel. Rasya sibuk mengurus gugatan untuk Orthela dan Jay sekeluarga, mengurus pemakaman Grace karena keluarga Grace, semuanya sudah mengakhiri hidupnya sendiri."Grace, sejauh ini..." Jay terdiam dengan kedua matanya yang sembab. "Sejauh ini, aku tidak membencimu. Kau menunjukkan perubahan yang sangat besar. Sebagai rasa terima kasihku, aku akan merawat rumah terakhirmu," lanjutnya. Nyonya Luna mengusap-usap punggung Jay. Jay yang sedang bersimpuh menaburkan bunga di atas gundukan tanah yang masih basah, tangannya terus saja gemetar. Tuan Alrecha tidak banyak bicara. Ia cukup paham dengan perasaa

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   91. Kematian

    Jay masuk ke dalam rumah Orthela. Dia menggendong Grace yang sudah tiada. Tidak hanya itu, Paul yang datang berniat membawa Grace tapi dia malah menjadi sasaran utama kemarahan Jay. Jay menarik kerah kemeja yang Paul kenakan. Jay sudah membuat wajah dan tubuh Paul memar, terluka, berdarah, kesakitan, merintih dan memohon.Srek! Srek! Srek! Suara tubuh Paul yang diseret paksa membuat Delon, Orthela dan Loreta terperanjat kaget. Mata mereka terbelalak lebar. Lantai yang Jay lewati, dibanjiri oleh darah yang mengalir dari Paul dan juga Grace. Wajah Jay suram. Sorot matanya begitu tajam. Delon menelan salivanya karena baru kali ini dia melihat ekspresi iblis dari aura Jay. Jay yang ia kenal sebagai suami yang sangat lembut dan hangat tapi kali ini, ekspresinya begitu kejam.“Menarik!” ujar Jay

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   90. Penyesalan

    “Key, Rasya, aku titip Kaira dan Ziel,” ujar Jay.“Kau mau ke mana? Bukankah pengobatan Kaira hampir selesai?” tanya Keysana.“Ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Setelah kembali nanti, aku sendiri yang akan menjelaskannya pada Kaira.” Rasya hanya diam saja. Jay meminta Rasya supaya tetap berada di rumah sakit untuk menjaga situasi di sana. Jay menggenggam erat surat dari Grace yang di dalamnya ternyata ada chip milik Orthela. Jay berfikir kalau ia tidak bisa sepenuhnya lepas tangan dalam masalah ini dan menyerahkannya pada Delon. Kenangan pahit Delon, tragedi, trauma, masih membekas jelas. Jay tidak ingin malah Delon yang terseret lebih dalam lagi. Langkah dan tindakan Jay cepat. Ia berharap kedatangannya jauh lebih dulu dibandingkan Delon di kediaman Orthela.“Delon, aku ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status