Share

13. Ingin Lagi

    Saat terbangun dari tidurnya di pagi hari, Kaira merasakan pinggangnya seperti cidera. Betapa buas dan tidak terkontrolnya Jay pada saat melakukannya dengan Kaira semalam.

   Jay menyadari kalau Kaira sudah terbangun dari mimpi indahnya. Jay mencium tengkuk Kaira dan Kaira merasakan sesuatu yang bergerak-gerak di pinggulnya.

"Apa yang akan aku katakan pada Jay? Aduhhhh, malunya aku!" batin Kaira.

   Kaira diam saja saat merasakan Jay sudah memberikan kode untuk mengulang lagi apa yang mereka lakukan semalam. Kaira pura-pura tidur kembali.

"Sayang, kenapa kau tidak memujiku?" tanya Jay dengan manja.

"Aduhhhhh... Apa aku memiliki Suami yang tidak tahu malu? Kenapa dia bersikap seperti tidak terjadi apa-apa semalam?" batin Kaira.

"Sayang, aku tahu kau sudah bangun. Jadi, jawab aku! Apa aku hebat semalam?"

"Iya!" akhirnya Kaira menjawab pertanyaan Jay.

"Ayo kita lakukan sekali lagi!" bisik Jay.

    Tanpa menunggu persetujuan Kaira, Jay membuka sedikit kaki Kaira dan siap bermain dari belakang. Gairah yang di miliki Jay tidak bisa di tolak hingga Kaira hanya diam dan menerima setiap perlakuan lembut Jay.

"Apa dia seorang monster? Semalam sudah 2x dan sekarang nambah lagi. Apa dia tidak kasihan padaku yang malang ini?" batin Kaira.

"Ayo katakan sekali lagi kalau kau juga ingin," bisik Jay.

    Kaira yang tidak bisa menahan rayuan dan godaan Jay, akhirnya menuruti kemauan Jay yaitu bercinta pada saat pagi hari.

   Kaira menutup bibir Jay dengan bibirnya supaya Jay tidak mengeluarkan erangan yang begitu keras seperti semalam. Para pekerja di waktu pagi, biasanya sudah berkeliling membersihkan setiap ruangan, sehingga Kaira tidak ingin mereka mendengar ranjang yang bergoyang.

   Tubuh Jay terkulai lemas setelah hasratnya terpenuhi. Jay berbaring di sebelah tubuh Kaira yang di penuhi dengan tanda merah akibat perbuatannya yang di luar logika.

"Sayang, bagaimana kalau kita pindah ke hotel? Atau kita usir dulu para pekerja?" bisik Jay.

"Jay, penerbangan jam berapa hari ini? Bukannya Suamiku harus berangkat dinas?" tanya Kaira.

"Bolehkah aku membawamu?"

"Hanya dua hari. Tahan saja," goda Kaira.

"Pesonamu membuatku tidak bisa menahannya walaupun hanya sedetik," jawab Jay.

BRUKKKK

"Aduh!" pekik Kaira.

   Kaira terjatuh dari ranjang saat hendak berdiri dan ingin mandi. Tubuhnya terasa begitu lengket. Kaki Kaira lemas, dan merasakan sakit di pangkal pahanya.

"Sayang, kamu kenapa?" Jay langsung menggendong Kaira.

"Sakit," ucap Kaira.

"Mana yang sakit?" tanya Jay dengan penuh kekhawatiran.

"Ini!" wajah Jay langsung memerah setelah Kaira sengaja menunjukkan miliknya yang memang terasa nyeri.

    Jay duduk di sebelah Kaira, lalu memeluknya dengan sangat lama tanpa berbicara apapun.

"Padahal, aku ingin sekali nambah 2 atau 3 kali lagi tapi kenapa sudah sakit?" tanya Jay dengan kecewa.

"Bukannya Suamiku juga tahu kalau ini kali pertama untukku?" Jay langsung menoleh ke arah seprai putih yang terdapat sebercak darah.

"Bukannya semalam juga Istriku sudah menggigitku untuk meredakan sakitnya? Sekarang, boleh tidak menggigitku lagi untuk meredakan sakit?" Jay tidak berhenti berusaha untuk merayu Kaira.

"Tapi aku haus!" ucap Kaira.

    Denga gerakan cepat, Jay mengambil air putih yang ada di atas meja dan memberikannya pada Kaira dengan harapan setelah minum, Jay bisa menambah jatah lagi sebelum berangkat dinas.

"Terimakasih!" ucap Kaira dan memberikan kembali gelasnya pada Jay.

    Jay meletakkan gelas itu kembali ke tempat semula, lalu menghampiri Kaira. Jay tidak sadar bahwa dirinya berjalan dengan tubuh yang masih telanjang. Kaira menahan tawanya saat melihat menara Jay sudah tegak menjulang tinggi dan siap untuk bertempur.

"Apa begitu asyik menertawakanku?" bisik Jay.

"Siapa yang tertawa?" Kaira tidak mengakuinya.

"Bagaimana kalau aku menghukummu?" Jay mendorong tubuh Kaira hingga berbaring di atas tempat tidur.

TOK... TOK... TOK...

"Jay, apa kau belum bangun?" 

"Itu suara Mama!" Kaira buru-buru mendorong tubuh Jay untuk menjauh darinya.

"Hufffftttt... Untung Mama datang. Kalau tidak, habislah aku!" batin Kaira.

"Apa Istriku senang sekarang karena tidak jadi aku terkam?" tanya Jay sembari menggendong Kaira dan membawanya ke dalam kamar mandi. "Apa sangat sakit? Mau aku bantu untuk mandi?" goda Jay.

"Jangan! Cepat pakai handuk dan temui Mama sebelum suara Mama meledak-ledak di telinga," Kaira mendorong Jay supaya keluar menemui Ibunya.

***

"Aku kasih Mama hukuman apa ya karena sudah mengganggu pagi pertamaku?" batin Jay sembari berjalan lalu membuka pintu kamarnya.

"Jay, kamu baru bangun? Menantu Mama mana?" hal pertanya yang di tanyai adalah Kaira.

"Ma, anak Mama aku atau Kaira?" tanya Jay.

"Berisik! Menantu Mama mana?"

"Masih mandi!" jawab Jay dengan malas.

   Nyonya Luna menerobos masuk ke dalam kamar Jay. Kamar yang hampir mirip tempat perang.

"Ma, jangan masuk!" teriak Jay.

    Nyonya Luna diam terpaku melihat keadaan kamar Jay yang hancur seperti di terpa badai. Pakain dan juga dalaman masih berserakan di atas lantai, di tambah lagi dengan bercak darah yang sudah mengering di seprai putih.

   Jay buru-buru menutup bercak itu dengan selimut dan Jay duduk diam siap menerima omelan Nyonya Luna yang tidak akan ada habisnya meskipun di bagi 7 turunan.

"Apa kalian..."

"Ma, Mama itu datang di saat yang tidak tepat. Aku sama Kaira sedang membuatkanmu cucu tapi Mama malah mengganggu," ucap Jay.

"Mama? Ganggu?" tanya Nyonya Luna.

"Mending sekarang Mama pulang! Aku akan melanjutkan hal yang tertunda dengan Kaira," bisik Jay.

"Dasar anak tidak tahu malu! Bisa-bisanya mengusir Mama?" 

BUKK... BUK... BUKKK

   Nyonya Luna memukul Jay dengan buku yang di ambilnya di atas meja. Nyonya Luna memukul Jay tanpa memberikan ampun padanya.

"Mama... Mama... Mama..." Kaira langsung memanggil dan mencegah Nyonya Luna untuk memukul Jay. "Mama, tarik nafas dulu biar tenang ya!" imbuhnya.

    Nyonya Luna akhirnya tenang setelah Kaira datang. Jay mengelus dadanya dengan lega. Persekutuan antara Jay dan Nyonya Luna terlihat begitu lucu. Setiap kali bertemu, ada saja hal yang membuat mereka bertengkar namun hanya sebuah pertengkaran dalam bentuk candaan.

"Sayang, kamu kenapa jalan sendiri? Bukannya masih sakit?" tanya Jay tanpa memperdulikan Ibunya yang masih ada di dalam kamar.

    Kiara melototkan matanya ke arah Jay dengan sinis sebagai kode supaya Jay tidak berbicara sembarang lagi.

"Sayang, cepetan mandi ya. Penerbangan sebentar lagi."

    Jay menatap jam yang tergantung di dinding kamarnya. Penerbangan tinggal 3 jam lagi. Jay masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Kaira dengan jalan yang susah payah, harus menyiapkan pakaian yang akan di pakai Jay.

"Kaira, apa Jay kasar semalam?" tanya Nyonya Luna tiba-tiba.

"Kasar gimana ya Ma?" tanya Kaira berpura-pura bodoh.

"Kasar melakukannya!" jawab Nyonya Kaira.

"Melakukan apa, Ma?"

"Membuatkan Mama cucu!" Kaira langsung melihat kondisi kamarnya yang sangat tidak pantas di lihat oleh Ibu Mertua.

"Haaaaa?"

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Aduhhhh mama
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status