Share

14. Berita Itu, Apa Benar?

     Meskipun dengan susah payah dan menahan nyeri di bagian ujung pahanya, Kaira tetap mengantar Jay ke bandara. Jay akan dinas paling cepat 2 hari dan paling lambat 10 hari.

     Pasangan yang baru saja di penuhi dengan cinta, harus terpisah oleh sebuah jarak. Saling percaya adalah sumber kekuatan yang pertama.

     Kaira di berikan cuty 3 hari oleh atasannya karena identitas Kaira sebagai Istri Jay masih di sembunyikan dan menjadi sebuah rahasia.

"Sayang, aku harus ke Prancis dulu baru ke Jepang."

"Iya. Jangan lupa memberiku kabar dan jaga kesehatan," ucap Kaira sebelum Jay masuk ke ruang tunggu.

     Tuan dan Nyonya Alrecha menemani Kaira selama Jay dinas. Mereka memberikan perhatian pada Kaira bukan hanya sebatas menantu melainkan sudah seperti anak kandung.

     Kaira masih merasa canggung, tapi Nyonya Luna selalu memberikan dukungan dan meminta Kaira untuk tidak menganggapnya orang lain.

     Setelah sampai di rumah, Kaira hanya berdiam diri di dalam kamar sembari menatap foto pernikahannya dengan Jay.

"Jay, apa semalam kita terlalu gegabah? Harusnya kita saling menguatkan cinta, baru melebur menjadi satu. Apa aku salah kalau aku takut kau meninggalkanku? Bagaimana nasibku kalau Keysana kembali? Harusnya aku tahu diri dan menjauh darimu, bukan?" gumam Kaira.

"Kaira, Mama buatkan jamu untuk menambah stamina," ucap Nyonya Luna yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Kaira.

"Terimakasih, Ma!" jawab Kaira dengan mata yang memerah.

"Kaira sedang memikirkan apa?"

"Ma, apa Mama akan baik padaku kalau Menantu asli Mama kembali? Lalu, bagaimana denganku Ma?" akhirnya, kegelisahan hati terucap juga dari bibir Kaira.

"Menantu yang akan Mama akui hanya kamu," Nyonya Luna memeluk Kaira seperti seorang Ibu yang tengah menenangkan Putrinya.

***

PARIS CHARLES DE GAULLE AIRPORT 

"TIDAK! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SUDI IKUT KALIAN."

"AKU BUKAN NYONYA KALIAN LAGI. AKU SUDAH BERCERAI DENGAN TUAN KALIN."

     Jay menoleh pada sumber suara keributan. Seorang wanita yang bertubuh lemah, di biarkan begitu saja menghadapi para pria yang bertubuh besar.

BRUKKKKK

    Jay tidak ingin ikut campur, tapi wanita itu berusaha berlari dan melepaskan diri lalu menabrak Jay yang sedang berjalan ke arah pintu keluar.

"Nona, apa kau tidak apa-apa?" Jay membantu wanita muda itu untuk berdiri.

     Jay terkejut saat wanita itu menatap ke arahnya. Wajah yang sama sekali tidak ingin dia temui. Wajah yang sangat ingin dia hindari.

"Jay!" wanita itu memeluk Jay dengan erat. "Jay, bantu aku untuk menjauh dari orang-orang itu. Aku ingin kembali ke London," imbuhnya.

"Grace!" Jay tidak membalas pelukannya dan membiarkan Grace berbicara sesuka hatinya.

     Tiba-tiba, Grace tidak sadarkan diri setelah mengucapkan beberapa untaian kata maaf.

"Grace, kau kenapa?" Jay langsung menggendongnya dan meminta Rasya cepat menyiapkan mobil.

     Pertemuan yang sudah di jadwal dengan Tuan Dron, gagal. Jay memilih untuk membawa Grace ke rumah sakit.

"Tuan, biarkan saya yang menunggu Nona Grace. Anda harus menjaga rumor," Rasya memperingati Jay.

"Aku akan jelaskan pada Kaira," jawab Jay.

     Rasya tidak memiliki wewenang untuk berbicara lebih jauh lagi. Soal pribadi, bukanlah menjadi tanggungjawabnya. 

"Jay!" panggil Grace yang sudah sadar kembali.

"Iya, Grace," jawab Jay dengan dingin.

"Apa kau marah padaku?" tanya Grace.

"Grace, kau sudah sadar. Aku juga sangat sibuk. Kau bisa mengurus dirimu sendiri."

     Grace turun dari tempatnya berbaring dan memeluk Jay yang sudah lama tidak di temuinya. 

"Jay, aku takut. Tolong, bawa aku bersamamu."

"Grace, aku sudah menikah. Aku sangat mencintai Istriku. Aku akan membelikanmu tiket dan memastikan kau sampai di London dengan selamat. Aku hanya akan membantumu sebatas ini. Kau sudah bersuami dan aku sudah beristri," jawab Jay dengan tegas sembari melepaskan tangan Grace yang memeluknya.

"Bohong! Seharusnya kau tidak menolongku kalau kau mencintai Istrimu. Jay, aku sudah bercerai!" teriak Grace.

"Aku menolongmu, karena kau orang lain bagiku!"

     Jay meninggalkan tiket untuk Grace di atas meja lalu pergi. Garce meremas tiket itu dengan rasa kesal yang membara. Darahnya seperti mendidih di bakar api cemburu.

"Tidak, Jay. Kau hanya boleh menjadi milikku! Kalau aku tidak bisa mendapatkanmu, maka dia juga tidak bisa," gumam Grace.

***

     DUA HARI KEMUDIAN

     Terdengar kasak kusuk sebuah gosip yang menyebar di kantor. Kaira yang seharusnya cuty 3 hari, hanya menjadi 2 hari karena adanya proyek baru yang membuat karyawan kantor sangat sibuk dan membutuhkan banyak tenaga.

"Wahhhhh... Presdir parah ya," bisik Lily pada Kaira.

"Parah apa?" tanya Kaira santai.

"Nih!" Lily memberikan sebuah majalah yang di dalamnya terdapat berita hot tentang Jay yang sedang bulan madu bersama Istri tercintanya yang tak lain adalah mantan kekasih Jay.

    Ada sesuatu yang terasa sakit, berdenyut dan nyeri di dada Kaira. Kaira kembali menata kepercayaannya meskipun rasa sakitnya sangat terasa.

"Aku tidak boleh terpengaruh oleh sebuah rumor," batin Kaira.

"Kai, kenapa kamu diam saja?"

"LIly, ini hanyalah rumor. Kamu jangan terlalu mempercayainya," jawab Kaira.

(Berdering...)

     Ponsel Kaira berdering. Nomor Nyonya Luna terlihat jelas di layar ponselnya. Kaira langsung gugup seketika.

"Mama? Kenapa Mama menghubungiku?" batin Kaira.

"Kai, ada apa?" tanya Lily.

"Gak ada. Aku angkat telpon dulu sebentar ya!"

     Kaira keluar ruangan dan mencari yang aman untuk berbicara pada Nyonya Luna. Nyonya Luna tidak akan menghubungi Kaira di waktu jam kerja jika bukan dikarenakan hal yang mendesak.

"Hallo, Ma!" dengan penuh keberanian, Kaira menerima telpon Nyonya Luna setelah 5 x panggilan tidak di jawabnya.

"KAIRA, KAMU BISA PULANG SEKARANG?"

"Ada apa, Ma? Soal majalah?" tanya Kaira to the point.

"IYA."

"Mama khawatir sama Kaira ya? Ma, itu hanya rumor. Mama jangan percaya itu," ucap Kaira.

"KAIRA, MASALAHNYA TIDAK SESEDERHANA ITU."

"Maksud, Mama?"

***

"Rasya, bagaimana perkembangannya? Apa semua pekerjaan sudah selesai?"

"Wahhhhh... Buru-buru sekali?"

"Aku ingin segera ke Jepang dan membereskan semua pekerjaan. Aku merindukan Istriku," seru Jay dengan wajah yang malu-malu.

"Apa kau sudah menghubungi Nyonya?"

"Belum!"

"Kau belum melihat majalah?" tanya Rasya.

"Apa kau pikir, aku memiliki banyak waktu untuk membaca majalah?"

"Tuanku yang tampan, coba Anda lihat dulu ini," Rasya memberikan majalah dan Jay menjadi sampul utama sembari menggendong Grace.

"Bagaimana bisa hal ini terjadi? Apa majalah ini juga tersebar di London?" tanya Jay dengan gusar.

"Tentu saja!"

"Sialan! Rasya, buat perhitungan dengan perusahaan yang sudah menerbitkan berita ini. Jangan memberikan mereka belas kasih sedikitpun!" teriak Jay sembari membuang majalah yag di berikan Rasya padanya.

     Rasya sibuk mencari informasi, sedangkan Jay sibuk menghubungi Kaira yang sedari tadi terus menolak panggilannya.

"Sayang, ayolah angkat. Aku ingin menjelaskan supaya tidak terjadi salah paham di antata kita."

Comments (2)
goodnovel comment avatar
h-d
bego sih, bos kan bisa menolong tanpa menyentuh apalagi sampr menggendong? suruh bawahannya saja yg membawa mantan gada akhlak kerumah sakit dan memastikan sampai london, ngapa juga mengotori diri seperti itu? heran...
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Itulah akibatnyaa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status