Meskipun dengan susah payah dan menahan nyeri di bagian ujung pahanya, Kaira tetap mengantar Jay ke bandara. Jay akan dinas paling cepat 2 hari dan paling lambat 10 hari.
Pasangan yang baru saja di penuhi dengan cinta, harus terpisah oleh sebuah jarak. Saling percaya adalah sumber kekuatan yang pertama.
Kaira di berikan cuty 3 hari oleh atasannya karena identitas Kaira sebagai Istri Jay masih di sembunyikan dan menjadi sebuah rahasia.
"Sayang, aku harus ke Prancis dulu baru ke Jepang."
"Iya. Jangan lupa memberiku kabar dan jaga kesehatan," ucap Kaira sebelum Jay masuk ke ruang tunggu.
Tuan dan Nyonya Alrecha menemani Kaira selama Jay dinas. Mereka memberikan perhatian pada Kaira bukan hanya sebatas menantu melainkan sudah seperti anak kandung.
Kaira masih merasa canggung, tapi Nyonya Luna selalu memberikan dukungan dan meminta Kaira untuk tidak menganggapnya orang lain.
Setelah sampai di rumah, Kaira hanya berdiam diri di dalam kamar sembari menatap foto pernikahannya dengan Jay.
"Jay, apa semalam kita terlalu gegabah? Harusnya kita saling menguatkan cinta, baru melebur menjadi satu. Apa aku salah kalau aku takut kau meninggalkanku? Bagaimana nasibku kalau Keysana kembali? Harusnya aku tahu diri dan menjauh darimu, bukan?" gumam Kaira.
"Kaira, Mama buatkan jamu untuk menambah stamina," ucap Nyonya Luna yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Kaira.
"Terimakasih, Ma!" jawab Kaira dengan mata yang memerah.
"Kaira sedang memikirkan apa?"
"Ma, apa Mama akan baik padaku kalau Menantu asli Mama kembali? Lalu, bagaimana denganku Ma?" akhirnya, kegelisahan hati terucap juga dari bibir Kaira.
"Menantu yang akan Mama akui hanya kamu," Nyonya Luna memeluk Kaira seperti seorang Ibu yang tengah menenangkan Putrinya.
***
PARIS CHARLES DE GAULLE AIRPORT
"TIDAK! LEPASKAN AKU! AKU TIDAK SUDI IKUT KALIAN."
"AKU BUKAN NYONYA KALIAN LAGI. AKU SUDAH BERCERAI DENGAN TUAN KALIN."
Jay menoleh pada sumber suara keributan. Seorang wanita yang bertubuh lemah, di biarkan begitu saja menghadapi para pria yang bertubuh besar.
BRUKKKKK
Jay tidak ingin ikut campur, tapi wanita itu berusaha berlari dan melepaskan diri lalu menabrak Jay yang sedang berjalan ke arah pintu keluar.
"Nona, apa kau tidak apa-apa?" Jay membantu wanita muda itu untuk berdiri.
Jay terkejut saat wanita itu menatap ke arahnya. Wajah yang sama sekali tidak ingin dia temui. Wajah yang sangat ingin dia hindari.
"Jay!" wanita itu memeluk Jay dengan erat. "Jay, bantu aku untuk menjauh dari orang-orang itu. Aku ingin kembali ke London," imbuhnya.
"Grace!" Jay tidak membalas pelukannya dan membiarkan Grace berbicara sesuka hatinya.
Tiba-tiba, Grace tidak sadarkan diri setelah mengucapkan beberapa untaian kata maaf.
"Grace, kau kenapa?" Jay langsung menggendongnya dan meminta Rasya cepat menyiapkan mobil.
Pertemuan yang sudah di jadwal dengan Tuan Dron, gagal. Jay memilih untuk membawa Grace ke rumah sakit.
"Tuan, biarkan saya yang menunggu Nona Grace. Anda harus menjaga rumor," Rasya memperingati Jay.
"Aku akan jelaskan pada Kaira," jawab Jay.
Rasya tidak memiliki wewenang untuk berbicara lebih jauh lagi. Soal pribadi, bukanlah menjadi tanggungjawabnya.
"Jay!" panggil Grace yang sudah sadar kembali.
"Iya, Grace," jawab Jay dengan dingin.
"Apa kau marah padaku?" tanya Grace.
"Grace, kau sudah sadar. Aku juga sangat sibuk. Kau bisa mengurus dirimu sendiri."
Grace turun dari tempatnya berbaring dan memeluk Jay yang sudah lama tidak di temuinya.
"Jay, aku takut. Tolong, bawa aku bersamamu."
"Grace, aku sudah menikah. Aku sangat mencintai Istriku. Aku akan membelikanmu tiket dan memastikan kau sampai di London dengan selamat. Aku hanya akan membantumu sebatas ini. Kau sudah bersuami dan aku sudah beristri," jawab Jay dengan tegas sembari melepaskan tangan Grace yang memeluknya.
"Bohong! Seharusnya kau tidak menolongku kalau kau mencintai Istrimu. Jay, aku sudah bercerai!" teriak Grace.
"Aku menolongmu, karena kau orang lain bagiku!"
Jay meninggalkan tiket untuk Grace di atas meja lalu pergi. Garce meremas tiket itu dengan rasa kesal yang membara. Darahnya seperti mendidih di bakar api cemburu.
"Tidak, Jay. Kau hanya boleh menjadi milikku! Kalau aku tidak bisa mendapatkanmu, maka dia juga tidak bisa," gumam Grace.
***
DUA HARI KEMUDIAN
Terdengar kasak kusuk sebuah gosip yang menyebar di kantor. Kaira yang seharusnya cuty 3 hari, hanya menjadi 2 hari karena adanya proyek baru yang membuat karyawan kantor sangat sibuk dan membutuhkan banyak tenaga.
"Wahhhhh... Presdir parah ya," bisik Lily pada Kaira.
"Parah apa?" tanya Kaira santai.
"Nih!" Lily memberikan sebuah majalah yang di dalamnya terdapat berita hot tentang Jay yang sedang bulan madu bersama Istri tercintanya yang tak lain adalah mantan kekasih Jay.
Ada sesuatu yang terasa sakit, berdenyut dan nyeri di dada Kaira. Kaira kembali menata kepercayaannya meskipun rasa sakitnya sangat terasa.
"Aku tidak boleh terpengaruh oleh sebuah rumor," batin Kaira.
"Kai, kenapa kamu diam saja?"
"LIly, ini hanyalah rumor. Kamu jangan terlalu mempercayainya," jawab Kaira.
(Berdering...)Ponsel Kaira berdering. Nomor Nyonya Luna terlihat jelas di layar ponselnya. Kaira langsung gugup seketika.
"Mama? Kenapa Mama menghubungiku?" batin Kaira.
"Kai, ada apa?" tanya Lily.
"Gak ada. Aku angkat telpon dulu sebentar ya!"
Kaira keluar ruangan dan mencari yang aman untuk berbicara pada Nyonya Luna. Nyonya Luna tidak akan menghubungi Kaira di waktu jam kerja jika bukan dikarenakan hal yang mendesak.
"Hallo, Ma!" dengan penuh keberanian, Kaira menerima telpon Nyonya Luna setelah 5 x panggilan tidak di jawabnya.
"KAIRA, KAMU BISA PULANG SEKARANG?"
"Ada apa, Ma? Soal majalah?" tanya Kaira to the point.
"IYA."
"Mama khawatir sama Kaira ya? Ma, itu hanya rumor. Mama jangan percaya itu," ucap Kaira.
"KAIRA, MASALAHNYA TIDAK SESEDERHANA ITU."
"Maksud, Mama?"
***
"Rasya, bagaimana perkembangannya? Apa semua pekerjaan sudah selesai?"
"Wahhhhh... Buru-buru sekali?"
"Aku ingin segera ke Jepang dan membereskan semua pekerjaan. Aku merindukan Istriku," seru Jay dengan wajah yang malu-malu.
"Apa kau sudah menghubungi Nyonya?"
"Belum!"
"Kau belum melihat majalah?" tanya Rasya.
"Apa kau pikir, aku memiliki banyak waktu untuk membaca majalah?"
"Tuanku yang tampan, coba Anda lihat dulu ini," Rasya memberikan majalah dan Jay menjadi sampul utama sembari menggendong Grace.
"Bagaimana bisa hal ini terjadi? Apa majalah ini juga tersebar di London?" tanya Jay dengan gusar.
"Tentu saja!"
"Sialan! Rasya, buat perhitungan dengan perusahaan yang sudah menerbitkan berita ini. Jangan memberikan mereka belas kasih sedikitpun!" teriak Jay sembari membuang majalah yag di berikan Rasya padanya.
Rasya sibuk mencari informasi, sedangkan Jay sibuk menghubungi Kaira yang sedari tadi terus menolak panggilannya.
"Sayang, ayolah angkat. Aku ingin menjelaskan supaya tidak terjadi salah paham di antata kita."
"Rasya, apa masih ada penerbangan ke London hari ini?" tanya Jay"Masih!" jawab Rasya."Pesankan aku tiket. Aku harus menemui Istriku.""Pekerjaan?""Ada kau, semua pasti beres.""Aku?" seru Rasya."Kau tinggallah di sini. Aku harus menjelaskannya pada Istriku sebelum semuanya semakin kacau.""Ke Jepang?" tanya Rasya."Setelah menjelaskannya, aku akan segera kembali ke sini.""Cih, kekuatan cinta!" batin Rasya menggerutu.***LONDON... Jay sampai di rumah sekitar tengah malam. Semua orang sudah tertidur termasuk Kaira. Jay melihat mobil Tuan A
Wanita itu langsung menemui Direktur Winny dan mengabaikan Kaira. Kaira juga wanita yang cuek, simple dan tidak suka dengan sesuatu yang berbelit."Aku sudah minta maaf, jadi semua sudah beres," batin Kaira sembari masuk ke dalam ruangannya. Lily memberika setumpuk kertas untuk Kaira periksa, bahkan sebelum duduk dengan benar. Kaira menghela nafas melihat setumpuk kertas yang membuat kepalanya langsung berdenyut."Aduhhh... Pinggangku sakit tapi aku harus duduk lama di kursi ini dan bersenandung dengan kertas-kertas ini," gumam Kaira."Hei, Kai!" bisik Lily."Lily, jangan bisik-bisik!" ucap Kaira sembari menyibakkan rambutnya. Lily menatap Kaira dengan pandangan curiga setelah melihat beberapa tanda merah di leher dan bawah telinga Kaira."Kai...""Apa?" Kaira belum menyadari
"TAPI DIMATAKU, KAU SAMA SEKALI TIDAK MEMILIKI SEBUAH HARGA!""...""..." Kaira maupun Vanka menoleh ke arah sumber suara yang tegas dan juga terdengar begitu gagah."Sayang!" Jay menyambut Kaira dengan merentangkan tangan lalu memeluknya dengan hangat."Apa dia sedang membelaku?" batin Kaira sembari membalas pelukan Jay."Apa yang di katakan Grace benar, kalau pria ini sudah menikah?" batin Vanka. Kaira meletakkan telapak tangannya di kening Jay untuk memastikan suhu tubuhnya."Menunduk!" pinta Kaira. Jay menunduk sesuai arah, lalu Kaira menempelkan keningnya di kening Jay karena setelah memeriksa dengan telapak tangan, suhu tubuh Jay normal."Aneh... Kata Mama sakit, tapi kenapa dia ter
"Haahahahaha...""Berhenti menertawakanku!" sungut Kaira."Istriku begitu lucu. Aku sampai tidak bisa berhenti tertawa," jawab Jay.BUKKKKK... Kaira melemparkan bantal pada wajah Jay. Sejak keluar dari ruang meeting, Jay tidak berhenti tertawa karena teringat ekspresi wajah Kaira yang seperti wanita bodoh. Kaira yang tidak panda berbahasa asing, hanya duduk diam dengan ekspresi wajah yang di buat setenang mungkin."Ap kau menganggapku bodoh?" Kiara mengeluarkan senjata yang paling ampuh, yaitu airmata."Aku bilang kalau Istriku lucu, bukan bodoh!""HUAAAAAAAA... Kau menindasku!""Sayang, jangan menangis! Aku minta, oke. Aku yang bodoh! Aku, bukan Istriku!" Jay kelabakan karena Kaira menangis di depan matanya."Coba mengaku sekali lagi, kalau kau bodoh da
Suasana semakin menegangkan setelah Kaira mendapatkan satu tamparan keras pada pipi kanannya. Kancing bajunya juga sudah berserakan di atas lantai. Kaira menutup dadanya menggunakan kedua tangannya karena Kaira sudah tidak menggunakan bra di saat malam hari tiba. Tenaga pria itu jauh lebih kuat dari bayangan Kaira. Kaira berusaha sebisa mungkin melepaskan diri supaya bisa lari. Lari sejauh yang dia bisa. Berulang kali pria itu menampar Kaira hingga wajahnya penuh dengan lebam. Naura membalasnya dengan mencakar wajah pria itu dengan kukunya."Wanita sialan!" bentaknya. Pria itu menancapkan pisau kecil di leher Kaira, supaya membuat Kaira tidak melawannya. Namun, Kaira memilih mati dengan cara tidak hormat, dibandingkan dengan menyerahkan segala kehormatannya."Kau benar-benar ingin mati ru
PLAKKK! Jay menyentuh pipinya yang terkena tamparan begitu keras oleh tangan lembut Nyonya Luna. Sorot mata kemarahan dan kecewa tak bisa lagi Jay hindari."Ma...""Mama mendatangkan Istrimu untuk menjagamu dari godaan, tapi kau menjaga Istrimu saja tidak becus. Jay, kau sama sekali tidak berguna menjadi seorang suami!" teriak Nyonya Luna. Jay terdiam. Jay tidak bisa membantah karena apa yang di katakan oleh Nyonya Luna adalah sebuah kenyataan."Mama benar. Aku seorang Suami yang tidak berguna," jawab Jay sembari menundukkan kepalanya."Sebelum Kaira bangun, Mama ingin kau sudah menemukan siapa orang yang ingin melukai Menantu Mama!""Jay tititp Kaira," ucap Jay. Jay meninggalkan Rumah Sakit dan langsung menuju villa, tempat dimana Kaira mendapatkan perlakuan yang sangat tidak
"Ma, Kaira istriku, tentu saja aku mencintainya!" jawab Jay."Menggunakan hatimu yang telah lama kosong?" Nyonya Luna terus mendesak Jay."Ma...""Jawab Jay!" ucap Nyonya Luna dengan nada yang cukup keras."Aku tidak tahu. Aku hanya tahu kalau aku mencintainya karena Kaira adalah istriku!""Lebih baik kau jangan menemui Kaira. Kaira biar Mama yang jaga. Aku sangat tidak rela, Kaira tersentuh oleh tangan tanpa cinta!" ucap Nyonya Luna dengan amarah yang di tahannya."Ma, Kaira istriku! Bagaimana bisa Mama menjauhkannya dariku?" tolak Jay."Jay, menjadi istri tanpa cinta, akan sulit. Kau hanya mencintainya karena statusmu suaminya, bukan?""Apa aku salah?""Jay, kalau kau mencintai Kaira dengan status, bagaimana jadinya kalau ada orang ketiga masuk yang akan membuatmu jatuh cinta dalam setiap hal?" jelas Nyonya L
Satu bulan telah berlalu sejak kejadian itu. Hubungan Jay dan Kaira juga baik-baik saja. Tapi, Kaira sedikit menjaga jarak bahkan sedikit sekali bicara. Kaira sudah kembali bekerja untuk mengisi waktu luangnya agar tidak terlalu memikirkan kejadian yang masih saja membuatnya ketakutan."Kaira!" teriak Lily."Bisakah kau kecilkan suaramu?" Luka di leher Kaira sudah sembuh tapi bekasnya tidak akan hilang. Sama halnya dengan perasaan. Kasus selesai, tapi trauma masih berjalan. Pernikahan Kaira dan Jay masih menjadi sebuah rahasia. Entah kapan, Jay akan mengungkapkan siapa sebenarnya Istrinya di depan publik."Kau, apa kau baik-baik saja?" tanya Lily khawatir. Sejak masuk kembali bekerja, Kaira bersikap dingin, banyak diam, tidak seperti dulu. A