Home / Romansa / Menikahi CEO (INDONESIA) / 18. Ayo Kita Punya Bayi

Share

18. Ayo Kita Punya Bayi

last update Last Updated: 2020-12-13 04:15:01

  "Haahahahaha..."

"Berhenti menertawakanku!" sungut Kaira.

"Istriku begitu lucu. Aku sampai tidak bisa berhenti tertawa," jawab Jay.

BUKKKKK...

    Kaira melemparkan bantal pada wajah Jay. Sejak keluar dari ruang meeting, Jay tidak berhenti tertawa karena teringat ekspresi wajah Kaira yang seperti wanita bodoh.

    Kaira yang tidak panda berbahasa asing, hanya duduk diam dengan ekspresi wajah yang di buat setenang mungkin.

"Ap kau menganggapku bodoh?" Kiara mengeluarkan senjata yang paling ampuh, yaitu airmata.

"Aku bilang kalau Istriku lucu, bukan bodoh!"

"HUAAAAAAAA... Kau menindasku!" 

"Sayang, jangan menangis! Aku minta, oke. Aku yang bodoh! Aku, bukan Istriku!" Jay kelabakan karena Kaira menangis di depan matanya.

"Coba mengaku sekali lagi, kalau kau bodoh dan aku tidak," pinta Kaira.

"Baiklah! AKu yang bodoh dan Istriku pintar," jawab Jay.

"Serius?"

"Iya. Kau Istriku yang paling pintar karena itulah kau menikah denganku," ledek Jay

"Jadi? Kau bodoh, karena itulah menikah denganku? Jayyyyyyy..."

BUKKK... BUKKK... BUKKK...

    Kaira memukul tubuh Jay menggunakan bantal. Jay berlari mengitari kamar untuk menghindari pukulan mematikan dari Istri yang sedang mengamuk tanpa bisa di kendalikan.

"KYAAAAA..." 

    Jay menangkap tubuh Kiara, lalu memeluknya dan membaringkan Kaira di atas ranjang yang masih rapi.

"Hukum aku dengan cara ini!" bisik Jay.

    Jay melepaskan dasi yang di pakainya, dan membuka kancing atas kemejanya. Wajah Kaira memerah melihat wajah Jay yang bersinar di bawah sinar matahari yang terang.

"Kiara, ayo kita punya bayi," bisik Jay.

"Ap-apa tidak terlalu cepat?"

"Kalau begitu, kita buat saja dulu!" wajah Kaira semakin memerah.

    Jay tidak memiliki rasa malu didepan Kaira. Baginya, didepan seorang Istri, tidak ada yang perlu di tutupi.

"Hentikan! Jangan menggodaku lagi."

***

    Sudah dua hari Kaira mendapingi Jay dengan status Nyonya muda di keluarga Alrecha. Dua hari itu juga, Kaira mulai memahami dunia bisnis yang di selama ini di geluti oleh Jay.

   Kaira menilai semuanya rumit tapi hanya di awal saja, Setelah dua hari belajar, sedikit demi sedikit Kaira mulai paham.

   Kaira ikut meeting, menemui klien, ke kantor cabang, hingga Kaira merasa tubuhnya kelelahan. Vanka sama sekali tidak memiliki waktu untuk menggoda Jay.

   Kaira tidak pernah membiarkan Jay sendirian. Vanka merasa kesal karena Jay juga sama sekali tidak meliriknya yang memiliki tubuh molek.

"Aku pasti bisa mendapatkan apa yang aku incar!" batin Vanka.

"Sayang, apa hari ini sepadat kemarin?" tanya Kaira.

"Oh, sudah tentu. Pertanyaan macam apa itu?" sindir Jay.

"Ehem, jangan mulai meledekku. Ini masih pagi," seru Kaira.

"Ayo kita cari yang hangat karena di pagi hari sangatlah dingin," goda Jay.

"Nih, hangat!" Kaira memasukkan sesendok sup ke dalam mulut Jay.

"Hah... Hah... Hah... Sayang.. Aduhhh panas!" protes Jay.

"Itu namanya hot di pagi hari," ejek Kaira.

***

      Jay sangat ingin menghabiskan waktunya bersama Kaira, tapi pekerjaan harus segera selesai tanpa adanya hambatan.

     Kaira tertidur di atas sofa yang ada dalam ruangan kerja Jay. Jay menatap wajah Istrinya yang kelelahan.

"Kalau aku memintamu untuk tinggal di villa, kau akan kesepian. Membawamu seperti ini juga, membuatku tidak tega," batin Jay.

     Jay memerintahkan siapapun tidak di ijinkan untuk masuk ke dalam ruangannya selama Jay berada di ruang meeting karena ada Kaira yang masih tertidur.

     Pekerjaan menumpuk dan malam ini ada pertemuan dengan rekan bisnis penting. Jay tidak berniat mengajak Kaira karena pertemuan di adakan tengah malam.

     Dua jam meeting berlangsung, Kaira bangun dan mencari Jay namun tidak ada di dalam ruangannya. Jay menuliskan sebuah pesan kecil di atas mejanya.

"SAYANG, AKU MEETING DULU. KALAU SUDAH BANGUN, JANGAN MERINDUKANKU."

    Kaira tersenyum seorang diri, membaca catatan sederhana namun mampu membuat hati berbunga-bunga.

CEKLEK...

    Jay kembali dan di sambung hangat dengan senyum manis Kaira. Setiap hari bertemu dan bersama, tapi Jay selalu saja merindukan senyum yang membuat wajah Kaira berseri.

"Malam ini aku akan pulang subuh. Aku akan mengantarmu pulang. Vanka dan Rasya akan ikut bersamaku karena ini perihal pekerjaan. Apa tidak masalah kalau aku meninggalkanmu di rumah sendirian?" tanya Jay.

"Tidak masalah!" jawab Kaira.

     Jay mengambil tas Kaira, lalu menggandeng tangannya dan keluar ruangan. Rasya dan juga Vanka sudah menunggu di mobil.

    Jay merasa hatinya tidak tenang karena harus meninggalkan Kaira serang diri. Pekerja yang mengurus villa juga sedang mengambil cuty.

    Jay berusaha menyembunyikan kekhawtairannya supaya Kaira tetap tenang melepaskan Jay pergi berbisnis.

"Aku harus yakin semuanya akan baik-baik saja. Tempat yang akan aku datangi lebih berbahaya dibandingkan di dalam villa," batin Jay

    Mobil Jay sudah sampai di depan Villa. Sebelum itu, Jay sudah membelikan makan malam untul Kaira.

"Jangan lupa di makan ya. Jangan buka pintu kalau bukan suaraku. Satu lagi, kau harus selalu membawa ponsel kemana-mana," ucap Jay.

"Iya. Htai-hati ya! Cepatlah kembali."

BRUM... BRUM... BRUM...

     Mobil Jay sudah pergi meninggalkan halaman villa. Kaira langsung masuk ke dalam dan menguncinya. Kaira meletakkan makanan di meja makan, lalu meletakkan barang-barang pribadinya di dalam kamar sembari mandi dan berganti pakaian.

     Di jepang sedang musim hujan. Di luar villa hujan sudah mulai berintik-rintik berdatangan. Kaira duduk dengan damai. Ponsel berada di dalam saku bajunya. Makanan yang sedang di lahap Kaira sudah hampir hampir.

TOK... TOK... TOK...

"Hmmmm? Siapa ya tengah malam datang?" gumam Kaira.

"Sayang, ini aku!" 

"Suara Jay? Tapi tidak terdengar suara mobil. Apa ada sesuatu yang tertinggal?" batin Kaira.

      Kaira meninggalkan makan malamnya dan membuka pintu dengan segera karena khawatir Jay membutuhkan sesuatu dengan cepat.

"Siapa?" Kaira menutup kembali pintunya karena ternyata bukan Jay. Hanya suara saja yang di buat seperti Jay dengan sengaja.

BRAKKKK...

    Kiara kalah tenaga. Pria itu menendang pintu yang berusaha Kaira tutup hingga tubuh Kiara terpental.

"EMMMM... EMMMMM... EMMMM..."

    Pria itu membungkam bibir Kaira dengan telapak tangannya. Pria itu seperti pekerja profesional karena bisa mengetahui gerak-gerik targetnya.

"Diluar hujan dan dingin. Bagaimana kalau kita bersenang-senang?" Pria itu mengeluarkan belati kecil dari sakunya dan menodongkan ke leher Kaira.

"Emmmmmmm..." ingin rasanya Kaira memaki ketidaksopanan pria yang menjijikan di depan matanya.

"Aku bisa langsung menusuk lehermu, tapi melihatmu wangi dan segar, sangat di sayangkan kalau langsung aku bunuh."

      Tangan Kiara di pegang dengan kuat. Kaira yang terpental ke atas lantai, membuat tubuhnya berbaring. pria asing itu duduk di atas perut Kaira.

"Pergi! Jangan menggangguku!" teriak Kaira.

   Pria itu menggunakan tenaganya membuka piyama yang di pakai Kaira dengan paksa hingga seluruh kancing terlepas dan berpencar di atas lantai.

"Siapa kamu? Jangan menyentuhku!" teriak Kaira.

PLAKKKKKKK

    

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Veni Sinaga
Kiara atau Kaira dan Meisya atau Olivia?jangan typo soal nama Thor, susah memahami nya
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Yaa Allah semoga ada yg Menolongnya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   95. Keluarga Kecil (Tamat)

    Sebuah kesepakatan akhirnya terjalin setelah Jay dan Loreta saling berjabat tangan. Rasya bisa menghela napasnya sedikit lega membiarkan Tuannya itu pergi bersama Loreta.Perjanjian itu akan terpenuhi setelah Loreta mempertemukan Jay dan Kaira. Lalu, Jay melepaskan Orthela untuk kembali ke negara asalnya.Perseteruan sudah cukup membuat kacau. Loreta tidak ingin semuanya berlanjut semakin jauh karena banyak hal yang terbengkalai karena masalah yang tidak juga kunjung selesai.Loreta membawa Jay pergi ke tempat pemakaman. Pria tersebut menyipitkan matanya heran sembari melirik curiga ke arah Loreta.“Apa yang kau rencanakan dengan membawaku ke sini?” tanya Jay. Bariton suara yang tegas itu, membuat sekujur tubuh Loreta merinding.“Anda jangan salah paham, Tuan. Saya membawa Anda ke sini bukan tanpa sebab,” ujar Loreta.Dari pandangan yang cukup jauh, terlihat dua orang sedang menghadap ke salah satu makam yang tidak asing. Jay berlari tidak sabar ingin segera memeluk wanita yang be

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   94. Di mana Istriku?

    "Jangan mendekat!" teriak Kaira. Rasanya cukup mengerikan. Kaira menjadi ketakutan. Ia berusaha pergi meski cukup sulit, tapi Orthela sudah lebih dulu memegang kendali kursi rodanya."Kenapa kau tkut? Bukankah aku sudah cukup membuatmu tenang? Kau bahkan sudah melihat bagaimana aku sangat menyesal," kata Orthela. Ia bahkan tidak merubah ekspresinya. Tetap terlihat sangat menyedihkan."Pergi! Aku memiliki keluargaku sendiri, Orthela. Aku tidak akan pernah pergi denganmu. Tidak akan pernah!" teriak Kaira."Bagaimana kalau Ziel sudah bersamaku? Apa kau tetap akan menolakku?""Apa? Kau menyandera Ziel? Orthela, dia tidak tahu apapun. Ziel msih anak-anak." Pada dasarnya, Kaira bukan wanita yang pandai mengumpat atau berkata kasar. Ia hanya berteriak meluapkan emosinya dengan kata-kata yang masih tertata dengan lembut."Aku tahu kalau kau akan menolakku. Maafkan

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   93. Pergilah Bersamaku!

    Tiga hari Kaira menghilang. Orang yang paling tertekan dan hampir gila adalah Jay. Jay yang tidak pernah menggunakan kekuasaannya, sekarang menekan semua orang untuk mencari Kaira sampai Kaira ditemukan. Nyonya Luna membawa Ziel pergi. Ziel yang tidak tahu apa-apa, tidak boleh terkecoh dengan keadaan yang ada. Orthela tidak memiliki niatan buruk. Racun yang sudah masuk ke dalam tubuh Kaira adalah buatan dari orangnya. Meski sudah mendapatkan penawar, tapi masih ada satu penawaran lagi yang harus hati-hati dan perlahan disuntikan ke dalam tubuh Kaira."Ini di mana?" gumam Kaira. Kaira terbangun dari tidurnya yang cukup panjang. Kepalanya terasa berdenyut dan berkunang-kunang. Tempat itu sangat asing, apalagi seseorang yang menatapnya."Kau sudah sadar? Syukurlah. Aku bisa mengembalikanmu tanpa rasa bersalah," ucap Orthela."Kau!" pekik Kaira."Jangan terlalu banyak gerak dan bicar

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   92. Menebus Kesalahan

    Kaira belum sadar setelah pengobatan. Tapi, kondisinya berangsur-angsur membaik. Tuan Alrecha dan Nyonya Luna, akhirnya mengetahui kalau keadaan sedang kacau saat ini. Keysana menemani Kaira sembari mengasuh Ziel. Rasya sibuk mengurus gugatan untuk Orthela dan Jay sekeluarga, mengurus pemakaman Grace karena keluarga Grace, semuanya sudah mengakhiri hidupnya sendiri."Grace, sejauh ini..." Jay terdiam dengan kedua matanya yang sembab. "Sejauh ini, aku tidak membencimu. Kau menunjukkan perubahan yang sangat besar. Sebagai rasa terima kasihku, aku akan merawat rumah terakhirmu," lanjutnya. Nyonya Luna mengusap-usap punggung Jay. Jay yang sedang bersimpuh menaburkan bunga di atas gundukan tanah yang masih basah, tangannya terus saja gemetar. Tuan Alrecha tidak banyak bicara. Ia cukup paham dengan perasaa

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   91. Kematian

    Jay masuk ke dalam rumah Orthela. Dia menggendong Grace yang sudah tiada. Tidak hanya itu, Paul yang datang berniat membawa Grace tapi dia malah menjadi sasaran utama kemarahan Jay. Jay menarik kerah kemeja yang Paul kenakan. Jay sudah membuat wajah dan tubuh Paul memar, terluka, berdarah, kesakitan, merintih dan memohon.Srek! Srek! Srek! Suara tubuh Paul yang diseret paksa membuat Delon, Orthela dan Loreta terperanjat kaget. Mata mereka terbelalak lebar. Lantai yang Jay lewati, dibanjiri oleh darah yang mengalir dari Paul dan juga Grace. Wajah Jay suram. Sorot matanya begitu tajam. Delon menelan salivanya karena baru kali ini dia melihat ekspresi iblis dari aura Jay. Jay yang ia kenal sebagai suami yang sangat lembut dan hangat tapi kali ini, ekspresinya begitu kejam.“Menarik!” ujar Jay

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   90. Penyesalan

    “Key, Rasya, aku titip Kaira dan Ziel,” ujar Jay.“Kau mau ke mana? Bukankah pengobatan Kaira hampir selesai?” tanya Keysana.“Ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Setelah kembali nanti, aku sendiri yang akan menjelaskannya pada Kaira.” Rasya hanya diam saja. Jay meminta Rasya supaya tetap berada di rumah sakit untuk menjaga situasi di sana. Jay menggenggam erat surat dari Grace yang di dalamnya ternyata ada chip milik Orthela. Jay berfikir kalau ia tidak bisa sepenuhnya lepas tangan dalam masalah ini dan menyerahkannya pada Delon. Kenangan pahit Delon, tragedi, trauma, masih membekas jelas. Jay tidak ingin malah Delon yang terseret lebih dalam lagi. Langkah dan tindakan Jay cepat. Ia berharap kedatangannya jauh lebih dulu dibandingkan Delon di kediaman Orthela.“Delon, aku ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status