"Haahahahaha..."
"Berhenti menertawakanku!" sungut Kaira.
"Istriku begitu lucu. Aku sampai tidak bisa berhenti tertawa," jawab Jay.
BUKKKKK...
Kaira melemparkan bantal pada wajah Jay. Sejak keluar dari ruang meeting, Jay tidak berhenti tertawa karena teringat ekspresi wajah Kaira yang seperti wanita bodoh.
Kaira yang tidak panda berbahasa asing, hanya duduk diam dengan ekspresi wajah yang di buat setenang mungkin.
"Ap kau menganggapku bodoh?" Kiara mengeluarkan senjata yang paling ampuh, yaitu airmata.
"Aku bilang kalau Istriku lucu, bukan bodoh!"
"HUAAAAAAAA... Kau menindasku!"
"Sayang, jangan menangis! Aku minta, oke. Aku yang bodoh! Aku, bukan Istriku!" Jay kelabakan karena Kaira menangis di depan matanya.
"Coba mengaku sekali lagi, kalau kau bodoh dan aku tidak," pinta Kaira.
"Baiklah! AKu yang bodoh dan Istriku pintar," jawab Jay.
"Serius?"
"Iya. Kau Istriku yang paling pintar karena itulah kau menikah denganku," ledek Jay
"Jadi? Kau bodoh, karena itulah menikah denganku? Jayyyyyyy..."
BUKKK... BUKKK... BUKKK...
Kaira memukul tubuh Jay menggunakan bantal. Jay berlari mengitari kamar untuk menghindari pukulan mematikan dari Istri yang sedang mengamuk tanpa bisa di kendalikan.
"KYAAAAA..."
Jay menangkap tubuh Kiara, lalu memeluknya dan membaringkan Kaira di atas ranjang yang masih rapi.
"Hukum aku dengan cara ini!" bisik Jay.
Jay melepaskan dasi yang di pakainya, dan membuka kancing atas kemejanya. Wajah Kaira memerah melihat wajah Jay yang bersinar di bawah sinar matahari yang terang.
"Kiara, ayo kita punya bayi," bisik Jay.
"Ap-apa tidak terlalu cepat?"
"Kalau begitu, kita buat saja dulu!" wajah Kaira semakin memerah.
Jay tidak memiliki rasa malu didepan Kaira. Baginya, didepan seorang Istri, tidak ada yang perlu di tutupi.
"Hentikan! Jangan menggodaku lagi."
***
Sudah dua hari Kaira mendapingi Jay dengan status Nyonya muda di keluarga Alrecha. Dua hari itu juga, Kaira mulai memahami dunia bisnis yang di selama ini di geluti oleh Jay.
Kaira menilai semuanya rumit tapi hanya di awal saja, Setelah dua hari belajar, sedikit demi sedikit Kaira mulai paham.
Kaira ikut meeting, menemui klien, ke kantor cabang, hingga Kaira merasa tubuhnya kelelahan. Vanka sama sekali tidak memiliki waktu untuk menggoda Jay.
Kaira tidak pernah membiarkan Jay sendirian. Vanka merasa kesal karena Jay juga sama sekali tidak meliriknya yang memiliki tubuh molek.
"Aku pasti bisa mendapatkan apa yang aku incar!" batin Vanka.
"Sayang, apa hari ini sepadat kemarin?" tanya Kaira.
"Oh, sudah tentu. Pertanyaan macam apa itu?" sindir Jay.
"Ehem, jangan mulai meledekku. Ini masih pagi," seru Kaira.
"Ayo kita cari yang hangat karena di pagi hari sangatlah dingin," goda Jay.
"Nih, hangat!" Kaira memasukkan sesendok sup ke dalam mulut Jay.
"Hah... Hah... Hah... Sayang.. Aduhhh panas!" protes Jay.
"Itu namanya hot di pagi hari," ejek Kaira.
***
Jay sangat ingin menghabiskan waktunya bersama Kaira, tapi pekerjaan harus segera selesai tanpa adanya hambatan.
Kaira tertidur di atas sofa yang ada dalam ruangan kerja Jay. Jay menatap wajah Istrinya yang kelelahan.
"Kalau aku memintamu untuk tinggal di villa, kau akan kesepian. Membawamu seperti ini juga, membuatku tidak tega," batin Jay.
Jay memerintahkan siapapun tidak di ijinkan untuk masuk ke dalam ruangannya selama Jay berada di ruang meeting karena ada Kaira yang masih tertidur.
Pekerjaan menumpuk dan malam ini ada pertemuan dengan rekan bisnis penting. Jay tidak berniat mengajak Kaira karena pertemuan di adakan tengah malam.
Dua jam meeting berlangsung, Kaira bangun dan mencari Jay namun tidak ada di dalam ruangannya. Jay menuliskan sebuah pesan kecil di atas mejanya.
"SAYANG, AKU MEETING DULU. KALAU SUDAH BANGUN, JANGAN MERINDUKANKU."
Kaira tersenyum seorang diri, membaca catatan sederhana namun mampu membuat hati berbunga-bunga.
CEKLEK...
Jay kembali dan di sambung hangat dengan senyum manis Kaira. Setiap hari bertemu dan bersama, tapi Jay selalu saja merindukan senyum yang membuat wajah Kaira berseri.
"Malam ini aku akan pulang subuh. Aku akan mengantarmu pulang. Vanka dan Rasya akan ikut bersamaku karena ini perihal pekerjaan. Apa tidak masalah kalau aku meninggalkanmu di rumah sendirian?" tanya Jay.
"Tidak masalah!" jawab Kaira.
Jay mengambil tas Kaira, lalu menggandeng tangannya dan keluar ruangan. Rasya dan juga Vanka sudah menunggu di mobil.
Jay merasa hatinya tidak tenang karena harus meninggalkan Kaira serang diri. Pekerja yang mengurus villa juga sedang mengambil cuty.
Jay berusaha menyembunyikan kekhawtairannya supaya Kaira tetap tenang melepaskan Jay pergi berbisnis.
"Aku harus yakin semuanya akan baik-baik saja. Tempat yang akan aku datangi lebih berbahaya dibandingkan di dalam villa," batin Jay
Mobil Jay sudah sampai di depan Villa. Sebelum itu, Jay sudah membelikan makan malam untul Kaira.
"Jangan lupa di makan ya. Jangan buka pintu kalau bukan suaraku. Satu lagi, kau harus selalu membawa ponsel kemana-mana," ucap Jay.
"Iya. Htai-hati ya! Cepatlah kembali."
BRUM... BRUM... BRUM...
Mobil Jay sudah pergi meninggalkan halaman villa. Kaira langsung masuk ke dalam dan menguncinya. Kaira meletakkan makanan di meja makan, lalu meletakkan barang-barang pribadinya di dalam kamar sembari mandi dan berganti pakaian.
Di jepang sedang musim hujan. Di luar villa hujan sudah mulai berintik-rintik berdatangan. Kaira duduk dengan damai. Ponsel berada di dalam saku bajunya. Makanan yang sedang di lahap Kaira sudah hampir hampir.
TOK... TOK... TOK...
"Hmmmm? Siapa ya tengah malam datang?" gumam Kaira.
"Sayang, ini aku!"
"Suara Jay? Tapi tidak terdengar suara mobil. Apa ada sesuatu yang tertinggal?" batin Kaira.
Kaira meninggalkan makan malamnya dan membuka pintu dengan segera karena khawatir Jay membutuhkan sesuatu dengan cepat.
"Siapa?" Kaira menutup kembali pintunya karena ternyata bukan Jay. Hanya suara saja yang di buat seperti Jay dengan sengaja.
BRAKKKK...
Kiara kalah tenaga. Pria itu menendang pintu yang berusaha Kaira tutup hingga tubuh Kiara terpental.
"EMMMM... EMMMMM... EMMMM..."
Pria itu membungkam bibir Kaira dengan telapak tangannya. Pria itu seperti pekerja profesional karena bisa mengetahui gerak-gerik targetnya.
"Diluar hujan dan dingin. Bagaimana kalau kita bersenang-senang?" Pria itu mengeluarkan belati kecil dari sakunya dan menodongkan ke leher Kaira.
"Emmmmmmm..." ingin rasanya Kaira memaki ketidaksopanan pria yang menjijikan di depan matanya.
"Aku bisa langsung menusuk lehermu, tapi melihatmu wangi dan segar, sangat di sayangkan kalau langsung aku bunuh."
Tangan Kiara di pegang dengan kuat. Kaira yang terpental ke atas lantai, membuat tubuhnya berbaring. pria asing itu duduk di atas perut Kaira.
"Pergi! Jangan menggangguku!" teriak Kaira.
Pria itu menggunakan tenaganya membuka piyama yang di pakai Kaira dengan paksa hingga seluruh kancing terlepas dan berpencar di atas lantai.
"Siapa kamu? Jangan menyentuhku!" teriak Kaira.
PLAKKKKKKK
Suasana semakin menegangkan setelah Kaira mendapatkan satu tamparan keras pada pipi kanannya. Kancing bajunya juga sudah berserakan di atas lantai. Kaira menutup dadanya menggunakan kedua tangannya karena Kaira sudah tidak menggunakan bra di saat malam hari tiba. Tenaga pria itu jauh lebih kuat dari bayangan Kaira. Kaira berusaha sebisa mungkin melepaskan diri supaya bisa lari. Lari sejauh yang dia bisa. Berulang kali pria itu menampar Kaira hingga wajahnya penuh dengan lebam. Naura membalasnya dengan mencakar wajah pria itu dengan kukunya."Wanita sialan!" bentaknya. Pria itu menancapkan pisau kecil di leher Kaira, supaya membuat Kaira tidak melawannya. Namun, Kaira memilih mati dengan cara tidak hormat, dibandingkan dengan menyerahkan segala kehormatannya."Kau benar-benar ingin mati ru
PLAKKK! Jay menyentuh pipinya yang terkena tamparan begitu keras oleh tangan lembut Nyonya Luna. Sorot mata kemarahan dan kecewa tak bisa lagi Jay hindari."Ma...""Mama mendatangkan Istrimu untuk menjagamu dari godaan, tapi kau menjaga Istrimu saja tidak becus. Jay, kau sama sekali tidak berguna menjadi seorang suami!" teriak Nyonya Luna. Jay terdiam. Jay tidak bisa membantah karena apa yang di katakan oleh Nyonya Luna adalah sebuah kenyataan."Mama benar. Aku seorang Suami yang tidak berguna," jawab Jay sembari menundukkan kepalanya."Sebelum Kaira bangun, Mama ingin kau sudah menemukan siapa orang yang ingin melukai Menantu Mama!""Jay tititp Kaira," ucap Jay. Jay meninggalkan Rumah Sakit dan langsung menuju villa, tempat dimana Kaira mendapatkan perlakuan yang sangat tidak
"Ma, Kaira istriku, tentu saja aku mencintainya!" jawab Jay."Menggunakan hatimu yang telah lama kosong?" Nyonya Luna terus mendesak Jay."Ma...""Jawab Jay!" ucap Nyonya Luna dengan nada yang cukup keras."Aku tidak tahu. Aku hanya tahu kalau aku mencintainya karena Kaira adalah istriku!""Lebih baik kau jangan menemui Kaira. Kaira biar Mama yang jaga. Aku sangat tidak rela, Kaira tersentuh oleh tangan tanpa cinta!" ucap Nyonya Luna dengan amarah yang di tahannya."Ma, Kaira istriku! Bagaimana bisa Mama menjauhkannya dariku?" tolak Jay."Jay, menjadi istri tanpa cinta, akan sulit. Kau hanya mencintainya karena statusmu suaminya, bukan?""Apa aku salah?""Jay, kalau kau mencintai Kaira dengan status, bagaimana jadinya kalau ada orang ketiga masuk yang akan membuatmu jatuh cinta dalam setiap hal?" jelas Nyonya L
Satu bulan telah berlalu sejak kejadian itu. Hubungan Jay dan Kaira juga baik-baik saja. Tapi, Kaira sedikit menjaga jarak bahkan sedikit sekali bicara. Kaira sudah kembali bekerja untuk mengisi waktu luangnya agar tidak terlalu memikirkan kejadian yang masih saja membuatnya ketakutan."Kaira!" teriak Lily."Bisakah kau kecilkan suaramu?" Luka di leher Kaira sudah sembuh tapi bekasnya tidak akan hilang. Sama halnya dengan perasaan. Kasus selesai, tapi trauma masih berjalan. Pernikahan Kaira dan Jay masih menjadi sebuah rahasia. Entah kapan, Jay akan mengungkapkan siapa sebenarnya Istrinya di depan publik."Kau, apa kau baik-baik saja?" tanya Lily khawatir. Sejak masuk kembali bekerja, Kaira bersikap dingin, banyak diam, tidak seperti dulu. A
Kaira tertidur dalam pelukan Jay di atas ranjang hotel yang sudah Jay siapkan untuk memperbaiki hubungan mereka. Sayangnya, semuanya tidak berjalan dengan lancar karena Kaira tiba-tiba ketakutan tanpa sebab."Sebenarnya, apa yang kau takutkan?" gumam Jay sembari memandangi wajah Kaira yang pucat.(TIGA JAM SEBELUMNYA)"Kaira, kau kenapa sayang?" tanya Jay panik."Jangan mendekat!" teriak Kaira bahkan tangan Jay di tepis begitu saja. Jay tahu sejak kejadian di Jepang Kaira menjadi takut dengan orang baru sehingga ketika menyiapkan makan malam, Jay meminta pelayan di rumahnya untuk menyiapkan semua tanpa adanya orang baru."Sayang, tenang! Ini aku," ucap Jay lembut. Dengan tangis pilu, mata yang memerah, Kaira menatap Jay yang berlutut di hadapan
Tidak ada yang aneh dengan pertanyaan Nyonya Luna. Jay juga bisa menjawab dengan tegas. Respon Nyonya Luna yang membuat Jay sedikit heran atau lebih tepatnya tidak menyangka kalau Nyonya Luna begitu peduli dengan Kaira."Mama berharap, kau tidak berubah bagaimanapun keadaan Kaira. Bagi Mama, Kaira adalah pilihan sempurna," ucap Nyonya Luna tanpa ragu."Ma, aku bukan pria yang berfikiran sempit," jelas Jay."Kalau begitu, kalian tinggal di rumah Mama untuk sementara waktu.""Kenapa?" tolak Jay."Jay, kamu tidak bisa mendampingi Kaira. Apa kamu tidak ingat, jadwal dinas 2 tahun yang sudah kamu setujui?""Bisakah di batalkan? Aku ingin membawanya bersamamu," ucap Jay lesu."Tidak! Mama tidak akan membiarkanmu mengabaikan Kaira dan terjadi lagi insiden seperti kemarin," tolak Nyonya Luna dengan tegas.
"Tuan, apakah harus seperti ini? Baru saja 3 hari lalu bertemu dan sekarang ingin bertemu dengan Nona Grace?" tanya Rasya."Rencana harus di jalankan sesuai dengan baik. Full dan tidak setengah-setengah, bukan?""Benar, tapi Nyonya...""Kau jalani saja tugasmu. Nyonya akan menjadi urusanku," jawab Jay. Tidak ada yang bisa menerka ataupun mengira-ira isi kepala Jay. Semuanya seperti sebuah misteri. Jay begitu sensitif, dingin bahkan sangat tidak ramah setelah kondisi mental Kaira tergoncang. Jay terus menerus menyalahkan dirinya karena lalai. Wanita satu-satunya yang Jay cintai, harus menderita akibat sebuah trauma yang mendalam dalam hidupnya.BRUMMM... BRUMMM... BRUMMM... Mobil yang di kendarai Rasya untuk mengantar Jay menemui Grace sudah masuk ke dalam padatnya jalanan.
Gemericik air dari dalam kamar mandi membangunkan Kaira. Kaira kemudian keluar dari kamar untuk membuatkan teh hangat."Aku ketiduran lumayan lama. Mungkin Mama keluar kamar setelah Jay kembali," batin Kaira. Kaira merebus sedikit air sehingga tidak memakan waktu yang lama. Dua cangkir teh sudah siap di nampan dan juga sepiring makanan ringan. Ketika Kaira membuka pintu dari luar, bersamaan dengan Jay yang hendak membuka pintu dari dalam, sehingga tubuh Kaira seakan tertarik lebih dari tenaganya."Akkkhhh!" pekik Kaira yang hampir saja terjatuh."Apa kau baik-baik saja?" tanya Jay. Jay sigap, menangkap tubuh Kaira hingga jatuh ke pelukannya dan juga nampan yang terselamatkan. Sayangnya, Jay tidak memperhatikan tubuhnya sendiri. Handuk yang menut