Share

18. Ayo Kita Punya Bayi

  "Haahahahaha..."

"Berhenti menertawakanku!" sungut Kaira.

"Istriku begitu lucu. Aku sampai tidak bisa berhenti tertawa," jawab Jay.

BUKKKKK...

    Kaira melemparkan bantal pada wajah Jay. Sejak keluar dari ruang meeting, Jay tidak berhenti tertawa karena teringat ekspresi wajah Kaira yang seperti wanita bodoh.

    Kaira yang tidak panda berbahasa asing, hanya duduk diam dengan ekspresi wajah yang di buat setenang mungkin.

"Ap kau menganggapku bodoh?" Kiara mengeluarkan senjata yang paling ampuh, yaitu airmata.

"Aku bilang kalau Istriku lucu, bukan bodoh!"

"HUAAAAAAAA... Kau menindasku!" 

"Sayang, jangan menangis! Aku minta, oke. Aku yang bodoh! Aku, bukan Istriku!" Jay kelabakan karena Kaira menangis di depan matanya.

"Coba mengaku sekali lagi, kalau kau bodoh dan aku tidak," pinta Kaira.

"Baiklah! AKu yang bodoh dan Istriku pintar," jawab Jay.

"Serius?"

"Iya. Kau Istriku yang paling pintar karena itulah kau menikah denganku," ledek Jay

"Jadi? Kau bodoh, karena itulah menikah denganku? Jayyyyyyy..."

BUKKK... BUKKK... BUKKK...

    Kaira memukul tubuh Jay menggunakan bantal. Jay berlari mengitari kamar untuk menghindari pukulan mematikan dari Istri yang sedang mengamuk tanpa bisa di kendalikan.

"KYAAAAA..." 

    Jay menangkap tubuh Kiara, lalu memeluknya dan membaringkan Kaira di atas ranjang yang masih rapi.

"Hukum aku dengan cara ini!" bisik Jay.

    Jay melepaskan dasi yang di pakainya, dan membuka kancing atas kemejanya. Wajah Kaira memerah melihat wajah Jay yang bersinar di bawah sinar matahari yang terang.

"Kiara, ayo kita punya bayi," bisik Jay.

"Ap-apa tidak terlalu cepat?"

"Kalau begitu, kita buat saja dulu!" wajah Kaira semakin memerah.

    Jay tidak memiliki rasa malu didepan Kaira. Baginya, didepan seorang Istri, tidak ada yang perlu di tutupi.

"Hentikan! Jangan menggodaku lagi."

***

    Sudah dua hari Kaira mendapingi Jay dengan status Nyonya muda di keluarga Alrecha. Dua hari itu juga, Kaira mulai memahami dunia bisnis yang di selama ini di geluti oleh Jay.

   Kaira menilai semuanya rumit tapi hanya di awal saja, Setelah dua hari belajar, sedikit demi sedikit Kaira mulai paham.

   Kaira ikut meeting, menemui klien, ke kantor cabang, hingga Kaira merasa tubuhnya kelelahan. Vanka sama sekali tidak memiliki waktu untuk menggoda Jay.

   Kaira tidak pernah membiarkan Jay sendirian. Vanka merasa kesal karena Jay juga sama sekali tidak meliriknya yang memiliki tubuh molek.

"Aku pasti bisa mendapatkan apa yang aku incar!" batin Vanka.

"Sayang, apa hari ini sepadat kemarin?" tanya Kaira.

"Oh, sudah tentu. Pertanyaan macam apa itu?" sindir Jay.

"Ehem, jangan mulai meledekku. Ini masih pagi," seru Kaira.

"Ayo kita cari yang hangat karena di pagi hari sangatlah dingin," goda Jay.

"Nih, hangat!" Kaira memasukkan sesendok sup ke dalam mulut Jay.

"Hah... Hah... Hah... Sayang.. Aduhhh panas!" protes Jay.

"Itu namanya hot di pagi hari," ejek Kaira.

***

      Jay sangat ingin menghabiskan waktunya bersama Kaira, tapi pekerjaan harus segera selesai tanpa adanya hambatan.

     Kaira tertidur di atas sofa yang ada dalam ruangan kerja Jay. Jay menatap wajah Istrinya yang kelelahan.

"Kalau aku memintamu untuk tinggal di villa, kau akan kesepian. Membawamu seperti ini juga, membuatku tidak tega," batin Jay.

     Jay memerintahkan siapapun tidak di ijinkan untuk masuk ke dalam ruangannya selama Jay berada di ruang meeting karena ada Kaira yang masih tertidur.

     Pekerjaan menumpuk dan malam ini ada pertemuan dengan rekan bisnis penting. Jay tidak berniat mengajak Kaira karena pertemuan di adakan tengah malam.

     Dua jam meeting berlangsung, Kaira bangun dan mencari Jay namun tidak ada di dalam ruangannya. Jay menuliskan sebuah pesan kecil di atas mejanya.

"SAYANG, AKU MEETING DULU. KALAU SUDAH BANGUN, JANGAN MERINDUKANKU."

    Kaira tersenyum seorang diri, membaca catatan sederhana namun mampu membuat hati berbunga-bunga.

CEKLEK...

    Jay kembali dan di sambung hangat dengan senyum manis Kaira. Setiap hari bertemu dan bersama, tapi Jay selalu saja merindukan senyum yang membuat wajah Kaira berseri.

"Malam ini aku akan pulang subuh. Aku akan mengantarmu pulang. Vanka dan Rasya akan ikut bersamaku karena ini perihal pekerjaan. Apa tidak masalah kalau aku meninggalkanmu di rumah sendirian?" tanya Jay.

"Tidak masalah!" jawab Kaira.

     Jay mengambil tas Kaira, lalu menggandeng tangannya dan keluar ruangan. Rasya dan juga Vanka sudah menunggu di mobil.

    Jay merasa hatinya tidak tenang karena harus meninggalkan Kaira serang diri. Pekerja yang mengurus villa juga sedang mengambil cuty.

    Jay berusaha menyembunyikan kekhawtairannya supaya Kaira tetap tenang melepaskan Jay pergi berbisnis.

"Aku harus yakin semuanya akan baik-baik saja. Tempat yang akan aku datangi lebih berbahaya dibandingkan di dalam villa," batin Jay

    Mobil Jay sudah sampai di depan Villa. Sebelum itu, Jay sudah membelikan makan malam untul Kaira.

"Jangan lupa di makan ya. Jangan buka pintu kalau bukan suaraku. Satu lagi, kau harus selalu membawa ponsel kemana-mana," ucap Jay.

"Iya. Htai-hati ya! Cepatlah kembali."

BRUM... BRUM... BRUM...

     Mobil Jay sudah pergi meninggalkan halaman villa. Kaira langsung masuk ke dalam dan menguncinya. Kaira meletakkan makanan di meja makan, lalu meletakkan barang-barang pribadinya di dalam kamar sembari mandi dan berganti pakaian.

     Di jepang sedang musim hujan. Di luar villa hujan sudah mulai berintik-rintik berdatangan. Kaira duduk dengan damai. Ponsel berada di dalam saku bajunya. Makanan yang sedang di lahap Kaira sudah hampir hampir.

TOK... TOK... TOK...

"Hmmmm? Siapa ya tengah malam datang?" gumam Kaira.

"Sayang, ini aku!" 

"Suara Jay? Tapi tidak terdengar suara mobil. Apa ada sesuatu yang tertinggal?" batin Kaira.

      Kaira meninggalkan makan malamnya dan membuka pintu dengan segera karena khawatir Jay membutuhkan sesuatu dengan cepat.

"Siapa?" Kaira menutup kembali pintunya karena ternyata bukan Jay. Hanya suara saja yang di buat seperti Jay dengan sengaja.

BRAKKKK...

    Kiara kalah tenaga. Pria itu menendang pintu yang berusaha Kaira tutup hingga tubuh Kiara terpental.

"EMMMM... EMMMMM... EMMMM..."

    Pria itu membungkam bibir Kaira dengan telapak tangannya. Pria itu seperti pekerja profesional karena bisa mengetahui gerak-gerik targetnya.

"Diluar hujan dan dingin. Bagaimana kalau kita bersenang-senang?" Pria itu mengeluarkan belati kecil dari sakunya dan menodongkan ke leher Kaira.

"Emmmmmmm..." ingin rasanya Kaira memaki ketidaksopanan pria yang menjijikan di depan matanya.

"Aku bisa langsung menusuk lehermu, tapi melihatmu wangi dan segar, sangat di sayangkan kalau langsung aku bunuh."

      Tangan Kiara di pegang dengan kuat. Kaira yang terpental ke atas lantai, membuat tubuhnya berbaring. pria asing itu duduk di atas perut Kaira.

"Pergi! Jangan menggangguku!" teriak Kaira.

   Pria itu menggunakan tenaganya membuka piyama yang di pakai Kaira dengan paksa hingga seluruh kancing terlepas dan berpencar di atas lantai.

"Siapa kamu? Jangan menyentuhku!" teriak Kaira.

PLAKKKKKKK

    

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Veni Sinaga
Kiara atau Kaira dan Meisya atau Olivia?jangan typo soal nama Thor, susah memahami nya
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Yaa Allah semoga ada yg Menolongnya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status