Share

19. Cepatlah Kembali

     Suasana semakin menegangkan setelah Kaira mendapatkan satu tamparan keras pada pipi kanannya. Kancing bajunya juga sudah berserakan di atas lantai.

    Kaira menutup dadanya menggunakan kedua tangannya karena Kaira sudah tidak menggunakan bra di saat malam hari tiba.

   Tenaga pria itu jauh lebih kuat dari bayangan Kaira. Kaira berusaha sebisa mungkin melepaskan diri supaya bisa lari. Lari sejauh yang dia bisa. 

  Berulang kali pria itu menampar Kaira hingga wajahnya penuh dengan lebam. Naura membalasnya dengan mencakar wajah pria itu dengan kukunya.

"Wanita sialan!" bentaknya.

    Pria itu menancapkan pisau kecil di leher Kaira, supaya membuat Kaira tidak melawannya. Namun, Kaira memilih mati dengan cara tidak hormat, dibandingkan dengan menyerahkan segala kehormatannya.

"Kau benar-benar ingin mati rupanya!" teriak pria itu.

    Pria yang sedang merasakan kegeraman di hatinya, menoleh kanan dan kiri mencari sesuatu yang bisa di gunakan untuk mengikat Kaira. 

   Kaira merasa ada kesempatan yang bisa di gunakannya untuk lari. Kaira mendorong pria asing itu, lalu mengambil heels yang ada di dekatnya.

BUAKKKK...

   Kaira merasa gemetaran setelah memukul kepala pria itu menggunakan heels dan menginjak perutnya. Darah mengucur dengan deras dari leher Kaira karena pisau itu merobek leher Kaira. Lukanya belum di ketahui dalam atau tidak. Kaira terus berlari hingga mendapatkan tempat yang sedikit ramai.

    Kaira duduk dengan memegang pakaiannya yang terbuka supaya tubuhnya tidak terlihat oleh mata pria asing lainnya.

    Rasa sakit, perih, ketakutan, membuat Kaira gemetaran. Kaira berteduh di sebuah halte. Hilir mudik orang masih berlalu lalang.

   Kaira menghubungi Jay beberapa kali, tapi Jay tidak menerima panggilannya. Kaira akhirnya menghubungi Rasya.

"Hallo, Nyonya!"

"Suruh Jay pulang!" teriak Kaira dengan tangis yang tersedu-sedu.

"Nyonya..."

"Suruh Jay pulang sekarang kalau dia tidak ingin aku mati."

    Sambungan terputus. Kaira mengirimkan lokasinya saat ini pada Rasya. Kaira hanya pasrah menunggu, apakah Jay akan menyusulnya dengan segera atau mementingkan pekerjaannya.

"Aku merasa semakin lemas. Darahnya juga kenapa tidak berhenti," gumam Kaira.

    Kaira menutup luka sayatan di lehernya dengan telapak tangan kiri, sedangkan tangan kanan, memegangi pakaiannya agar tidak terbuka oleh angin.

"Jay, cepatlah kembali!"

***

"Tuan!" panggil Rasya.

"Ada apa?"

"Sepertinya terjadi sesuatu pada Nyonya," bisik Rasya.

"Kau bisa handle urusan di sini, bukan?"

"Tenang saja. Aku sudah mengirimkan lokasi Nyonya."

    Jay bergegas menerima kunci mobil dari Rasya dan membiarkan Rasya yang menghandle pekerjaannya. 

   Mobil Jay meluncur dengan gesit, melewati jalanan yang sudah mulai sepi. Lokasi Kaira tidak jauh dari villa, sehingga Jay membutuhkan waktu sekitar 45 menit, itu juga dengan kecepatan tinggi.

   Berkali-kali Jay menghubungi ponsel Kaira, tapi ponselnya mati. Rasa khawatir semakin mencuat tinggi. Jay dengan sigap menambahkan kecepatan mobilnya. 

"Kaira, kau harus baik-baik saja," gumam Jay.

***

"Nona ini sepertinya bukan dari sini," batin seorang wanita yang tidak sengaja melewati Kaira. 

"Hai Nona!" wanita itu berbicara menggunakan bahasa inggris.

"Jangan mendekat!" teriak Kaira.

"Hai, Nona! Apa Nona sudah menghubungi keluarga? Apa yang bisa saya bantu?"

"Sudah. Anda boleh pergi!" Kaira menjadi ketakutan saat melihat orang asing.

"Jangan takut! Saya akan menemani Nona sampai keluarga Nona menjemput."

"Terimakasih! Tapi tidak perlu!" tolak Kaira.

"Pakaian berantakan, luka di leher, wajah lebam, tubuh gemetar seperti ketakutan, apa dia baru saja mengalami pelecehan seksual?" batinnya.

"Kalau begitu, saya akan tunggu Nona di sana kalau Nona merasa takut dengan saya."

    Kaira melihat wanita paruh baya itu berdiri tidak jauh dari tempatnya. Wanita itu benar-benar menunggu Naura. Malam yang semakin larut, membuat wanita itu khawatir kalau keadaan Kaira yang sedang lemah, di manfaatkan oleh orang lain.

    Sebuah mobil berhenti di depan Kaira. Jay keluar dan lompat begitu saja setelah melihat kondisi Kaira yang menyedihkan.

    Ketika melihat orang wanita yang di cintainya terluka, hati Jay ikut teriris melihatnya. Dendam di hati menggumpal dan mengeras.

"Kaira!" Jay memeluk Kaira yang hanya duduk dengan ketakutan yang menguasai dirinya. 

 "Kenapa baru datang sekarang?" tangis Naura semakin pecah setelah menyadari pria yang memeluknya adalah Jay.

    Jay tidak banyak bertanya. Jay menggendong Kaira dan membawanya masuk ke dalam mobil untuk segera ke Rumah Sakit supaya cepat mendapatkan penanganan.

***

THE UNIVERSITY OF TOKYO HOSPITAL

    Kaira sudah berada di dalam ruang perawatan. Dokter terbaik sedang menanganinya. Jay tidak bisa duduk dengan tenang. Meskipun hanya operasi kecil karena luka sayatan terdapat pada leher, Jay tetap berjalan bolak balik di depan pintu ruang operasi supaya kegundahan hati tidak melahap habis sedikit ketenangan yang tersisa.

   Nyonya dan Tuan Alrecha segera menyusul Jay menggunakan jet pribadi setelah mendapatkan kabar musibah yang menimpa Kaira.

"Sudah 5 jam, tapi kenapa belum juga selesai?" batin Jay.

    Operasi berjalan 7 jam lamanya, karena sebelum tersayat, leher Kaira tertusuk cukup dalam. Kaira sudah di pindahkan di ruang rawat. Jay menunggu Kaira dengan sabar meskipun sudah berjam-jam tapi Kaira tidak juga kunjung bangun.

"Kiara, ayo bangun sayang! Jangan membuatku semakin khawatir," gumam Jay.

    Jay bergumam dan terus bergumam supaya Kaira cepat cepat sadar dan membuka matanya yang indah. Jay ingin menatap lagi mata Kaira, mendengar omelannya, merasakan kemarahan Kaira. Semuanya tentang Kaira. 

"Aku sudah bangun!" ucap Kaira sembari mengelus ujung kepala Jay.

"Aku minta maaf!"

"Iya, bukan salahmu."

"Kai, aku seharusnya bertanggungjawab sepenuhnya atas dirimu. Keselamatanmu, dan semua hal. Aku mencintaimu tapi aku tidak bisa menjagamu," ucap Jay.

     Ada sebuah kata yang terbesit luka. Melihat wajah memar Kaira, Jay semakin ingin memaki dirinya sendiri. Betapa Jay merasa, menjadi Suami yang tidak berguna karena tidak bisa menjaga satu-satunya wanita yang di cintainya. 

     Penyesalan Jay bukan hanya sebatas luka memar di wajah Kaira, ataupun bekas sayatan yang masih basah lukanya. Penyesalan terdalam Jay karena kejadian ini membekas lekat di ingatan Kaira, menjadikan Kaira seperti memiliki sebuah trauma.

"Aku minta maaf!" ucap Jay lagi.

"Bukan salahmu!" jawab Kaira.

"Ayo, menangislah dan pukul aku. Aku tidak mau melihatmu pura-pura kuat," pinta Jay.

"Aku kuat karena ada kamu!"

***

    Keesokan harinya, Tuan dan Nyonya Alrecha sudah sampai di Rumah Sakit sekitar pukul 2 siang. Dengan langkah cepat Tuan dan Nyonya Alrecha menemui Jay setelah bertanya pada perawat yang bertugas.

   Kaira baru saja makan dan minum obat, sehingga setelah Tuan dan Nyonya Alrecha masuk, Kaira tengah tertidur pulas.

"Mama!" pekik Jay.

   Jay tidak mengetahui rencana orangtuanya yang menyusulnya hingga ke Jepang. Jay terkejut melihat Nyonya Luna menatapnya dengan amarah yang tinggi.

"Jay, bagaimana kondisi Kaira?" tanya Tuan Alrecha.

"Sudah membaik, Pa!"

PLAKKKKKK

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Nur Kasih
naura? jangan lupa tukar nama thor klu pn ciplak
goodnovel comment avatar
Fareez AkuMu
Coin mahal
goodnovel comment avatar
Herman Herman
Kok naura...yang disebut.hihihi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status