Share

2. Kantor!

last update Last Updated: 2020-11-20 17:29:30

"Dengar-dengar, kantor kita di akusis sama perusahaan BOYA?"

"Benarkah?"

"Menurut rumor, hal itu benar. Hari ini Presdir baru akan datang sesuai jadwal yang aku tahu."

"Di akusis? Presdir baru? Perusahaan Boya yang mendunia itu? Bagaimana ya orangnya? Apa akan lebih galak dari Farhan?" batin Kaira setelah mendengar celotehan dari teman sekantornya yang sedari tadi asyik ngegosip.

    Kaira kembali fokus dengan pekerjaannya yang bergaji tidak seberapa. Jay, sejak malam itu tidak pernah kembali ke rumah mereka yang sangat besar. Jay sudah 2 minggu hidup di luar rumah tanpa Kaira.

   Kaira memahami status mereka hanyalah berakting semata jadi Kaira tidak berharap lebih atau menginginkan hal yang akan mengecewakannya. 

"Kaira, di panggil HRD!" seru Lily.

"Oke!" jawab Kaira.

   Kaira harus naik satu lantai untuk menemui HRD. Kaira menurut saja meskipun tidak tahu alasan apa sampai dirinya di panggil ke ruangan HRD.

"Apa aku bakalan di pecat?" batin Kaira dengan pikiran kacau. "Gimana ya kalau aku di pecat?" batinnya lagi.

   Setelah mondar mandir terlalu lama, Kaira memutuskan untuk masuk setelah semua pertimbangan yang di pikirkannya.

TOK... TOK... TOK...

"Masuk!"

"Permisi, Pak Juna!" sapa Kaira sesopan mungkin.

"Kamu kenapa, Kai?" tanya Juna.

"Pak Juna panggil saya kenapa ya?" bukannya menjawab pertanyaan Juna, Kaira malah memberikan pertanyaan yang berbeda.

"Untung aja, waktu acara pernikahan, orang kantor yang datang cuma Bu Direktur Winy dan Pak Manager Dirga yang datang. Aman deh," batin Kaira.

"Kamu sudah dengar, kalau perusahaan kita di Akusisi?"

"Sudah, Pak Juna!" jawab Kaira dengan cepat.

"Apa selama ini aku kerjanya lelet ya? Aku harus berusaha lebih cepat biar gak di pecat," batin Kaira.

"Presdir meminta saya untuk memberikan ini," Juna memberikan satu bag pada Kaira.

"Buat saya, Pak? Pak, saya jangan di pecat," pintanya dengan memelas.

"Siapa yang mau pecat kamu?" tanya Juna dengan bingung.

"Bukannya bingkisan ini untuk barang sogokan biar saya mau di pecat ya?" Kaira berbicara terlalu berterus terang. Juna memegang kepalanya yang berdenyut nyeri melihat tingkah Kaira yang sangat polos.

"Perusahaan ini, tidak menggunakan cara yang kotor. Apa kamu yakin, bisa kerja di sini kalau harus membayar sejumlah sogokan?" ujar Juna dengan santai.

"Iya juga sih! Saya mana punya uang," jawaban Kaira membuat Juna terkekeh.

"Buka dan pakai. Satu jam lagi, Presdir datang. Dia akan resmi menjadi atasan kamu."

"Tugas saya apa Pak Juna kalau sudah pakai ini?"

"Masa harus di jelasin? Tugas kamu, menyambut kedatangannya di barisan paling depan. Sudah jelas?"

"Sudah, Pak!" jawab Kaira. 

"Kenapa kamu masih di sini?" tegur Juna setelah Kaira tidak segera pergi dari ruangannya.

"Oh, Pak Juna belum meminta saya pergi, jadi saya belum pergi."

"Kaira, kalau kamu lama-lama di ruangan saya, saya bisa cepat gila. Keluar sekarang!" 

"Presdir kenapa juga mau berurusan dengan wanita polos seperti itu?" batin Juna.

   Kaira lari dengan cepat seperti di kejar-kejar setan di siang hari bolong. Kaira sudah masuk ke dalam toilet kantor. Kaira membuka bag yang di bawanya. Dress warna merah cerah, desainnya sangat lucu. Cocok di pakai oleh Kaira yang berkulit putih.

   Kaira sudah selesai mengganti pakaiannya. Rambutnya sudah tergerai dengan rapi. Kaira kembali ke ruangannya untuk membenahi make up yang sudah hampir luntur. 

  Waktu sangat cepat berlalu. Kulit kaki Kaira sangat sensitif, tapi Kaira tetap harus pakai heels yang ada di dalam bag, bersamaan dengan dress yang di pakainya. Baru saja memakai heels selama 5 menit, dan berjalan ke arah pintu masuk. Kaki Kaira sudah lecet, terasa sangat pedih.

"Tahan, Kai. Demi pekerjaan!" batin Kaira.

"Oke, Presdir sudah dekat. Pastikan tidak ada keributan sama sekali!" ucap Bu Direktur Winy. 

   Semuanya sudah siap dalam barisannya. Menyambut pimpinan perusahaan yang baru di perusahaan  mereka. Presdir datang dengan Asisten dan juga sekretarisnya.

   Mata Kaira mendelik, melihat sosok Presdir yang berjalan semakin dekat ke arahnya. Sosok pria yang berjalan dengan tegap, tegas, dan begitu berwibawa. Membuatnya semakin menawan dalam kegalakannya.

"Ha? Kenapa bisa dia?" batin Kaira nangis bombai,

"SELAMAT DATANG, PRESDIR!" ucap karyawan yang bertugas menyambutnya, sesuai intruksi.

"Suruh dia ke ruangan saya!" Presdir menunjuk ke arah Kaira.

"Sana, ikut!" Manager Dirga menyenggol Kaira.

"Iya, Pak!" Kaira berusaha menyusul rombongan atasannya tapi kakinya yang luka, membuatnya hanya bisa berjalan untuk lomba dengan seekor siput.

"Kalian tunggu saya di lift," pintanya.

"Baik, Presdir Jay."

  Jay berbalik, menghampiri Kaira. Kaira berusaha berjalan dengan cepat, supaya Jay tidak memarahinya di depan umum.

"Apa kamu memang selalu berjalan seperti seekor siput?" ledek Jay dengan memperlihatkan ketidaksukaannya pada Kaira.

"Kyaaaaaa..." teriak Kaira setelah Jay tiba-tiba menggendongnya ala bridal style di depan semua karyawan yang masih berdiri di tempatnya.

"Siapa yang membeli heels ini, ke ruangan saya 1 jam lagi!" ujarnya dengan tegas. Jay melempar heels yang di pakai Kaira dengan marah.

  Heels itu di beli oleh Direktur Winy, sesuai dengan perintah Jay untuk mencarikan dress dan heels yang cocok untuk Kaira. Dalam catatan, heels tidak boleh terlalu tinggi. Direktur Winy, membelikan heels dengan tinggi 10cm. Baginya, ukuran segitu tidaklah terlalu tinggi. 

  "Matilah aku!" batin Direktur Winy meratapi nasibnya yang sial.

***

"Sudah tahu tidak bisa pakai heels, kenapa masih di pakai?" omel Jay.

"Emmmm, saya..."

"Berhenti menjawabku!" bentak Jay. 

   Kaira hanya diam mendengar omelan Jay, karena Jay tidak memberinya waktu untuk menjelasankan. Kaira duduk di atas sofa, sedangkan Jay berlutut dan mengobati kakinya.

"Awhhhh..." pekik Kaira saat Jay sengaja menekan kakinya dengan keras.

"Sekarang kau tahu, kalau luka seperti ini sakit? Luka seperti ini mudah terinfeksi. Kalau aku tidak menyadarinya, apa kau akan membiarkannya?" omelnya lagi.

"Kau mengkhawatirkanku?" tanya Kaira.

"Jangan bermimpi! Jangan berfikir terlalu jauh," jawab Jay.

   Jay duduk di sebelah Kaira, setelah selesai mengobati luka kaki Istri yang sudah 2 minggu tidak di temuinya.

"APA..."

"Papa yang memintaku untuk mengakusisi perusahaan ini. Kau jangan berfikir kalau aku yang sengaja melakukannya demi dirimu!" ucap Jay. Jay memotong ucapan Kaira sebelum ucapan itu selesai.

"Aku tidak berfikir untuk menanyakan itu," batin Kaira.

"Apa kau punya ikat rambut?" tanya Jay.

"Punya. Nih!" jawab Kaira. 

"Kayanya lucu kalau rambutnya yang bagian atas itu di kuncir," batin Kaira.

"Aku lebih suka melihatmu dengan rambut yang tidak menutupi wajahmu sedikitpun. Memperlihatkan lehermu yang putih dan jenjang," bisik Jay sembari tangannya mengikat rambut Kaira dengan asal. Tanpa sadar, bibir Jay mengecup dan memberikan tanda merah di bagian yang sangat sulit di tutupi.

"Aduhhhhhhhh, Pak!" Kaira mendorong Jay. Tangannya menutupi leher yang baru saja di gigit oleh Jay.

"Kenapa kau hilang kendali lagi?" batin Jay.

"sini, aku lihat!" ucap Jay.

"Lihat apa?" tanya Kaira.

"Lehermu!"

"Dasar mesum!" Kaira memukul Jay lalu keluar dari ruangan Jay tanpa alas kaki.

"Dia kenapa? Aku hanya ingin mengecek lehernya saja."

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Nur Janah
kok mereka ngomong nya kayak udah akrab banget ya
goodnovel comment avatar
Wulan Ayu
seeruuuu bgt...
goodnovel comment avatar
S Rohmah
lucu lihat tingkah nya kaira yang salting😄😄😄
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   95. Keluarga Kecil (Tamat)

    Sebuah kesepakatan akhirnya terjalin setelah Jay dan Loreta saling berjabat tangan. Rasya bisa menghela napasnya sedikit lega membiarkan Tuannya itu pergi bersama Loreta.Perjanjian itu akan terpenuhi setelah Loreta mempertemukan Jay dan Kaira. Lalu, Jay melepaskan Orthela untuk kembali ke negara asalnya.Perseteruan sudah cukup membuat kacau. Loreta tidak ingin semuanya berlanjut semakin jauh karena banyak hal yang terbengkalai karena masalah yang tidak juga kunjung selesai.Loreta membawa Jay pergi ke tempat pemakaman. Pria tersebut menyipitkan matanya heran sembari melirik curiga ke arah Loreta.“Apa yang kau rencanakan dengan membawaku ke sini?” tanya Jay. Bariton suara yang tegas itu, membuat sekujur tubuh Loreta merinding.“Anda jangan salah paham, Tuan. Saya membawa Anda ke sini bukan tanpa sebab,” ujar Loreta.Dari pandangan yang cukup jauh, terlihat dua orang sedang menghadap ke salah satu makam yang tidak asing. Jay berlari tidak sabar ingin segera memeluk wanita yang be

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   94. Di mana Istriku?

    "Jangan mendekat!" teriak Kaira. Rasanya cukup mengerikan. Kaira menjadi ketakutan. Ia berusaha pergi meski cukup sulit, tapi Orthela sudah lebih dulu memegang kendali kursi rodanya."Kenapa kau tkut? Bukankah aku sudah cukup membuatmu tenang? Kau bahkan sudah melihat bagaimana aku sangat menyesal," kata Orthela. Ia bahkan tidak merubah ekspresinya. Tetap terlihat sangat menyedihkan."Pergi! Aku memiliki keluargaku sendiri, Orthela. Aku tidak akan pernah pergi denganmu. Tidak akan pernah!" teriak Kaira."Bagaimana kalau Ziel sudah bersamaku? Apa kau tetap akan menolakku?""Apa? Kau menyandera Ziel? Orthela, dia tidak tahu apapun. Ziel msih anak-anak." Pada dasarnya, Kaira bukan wanita yang pandai mengumpat atau berkata kasar. Ia hanya berteriak meluapkan emosinya dengan kata-kata yang masih tertata dengan lembut."Aku tahu kalau kau akan menolakku. Maafkan

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   93. Pergilah Bersamaku!

    Tiga hari Kaira menghilang. Orang yang paling tertekan dan hampir gila adalah Jay. Jay yang tidak pernah menggunakan kekuasaannya, sekarang menekan semua orang untuk mencari Kaira sampai Kaira ditemukan. Nyonya Luna membawa Ziel pergi. Ziel yang tidak tahu apa-apa, tidak boleh terkecoh dengan keadaan yang ada. Orthela tidak memiliki niatan buruk. Racun yang sudah masuk ke dalam tubuh Kaira adalah buatan dari orangnya. Meski sudah mendapatkan penawar, tapi masih ada satu penawaran lagi yang harus hati-hati dan perlahan disuntikan ke dalam tubuh Kaira."Ini di mana?" gumam Kaira. Kaira terbangun dari tidurnya yang cukup panjang. Kepalanya terasa berdenyut dan berkunang-kunang. Tempat itu sangat asing, apalagi seseorang yang menatapnya."Kau sudah sadar? Syukurlah. Aku bisa mengembalikanmu tanpa rasa bersalah," ucap Orthela."Kau!" pekik Kaira."Jangan terlalu banyak gerak dan bicar

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   92. Menebus Kesalahan

    Kaira belum sadar setelah pengobatan. Tapi, kondisinya berangsur-angsur membaik. Tuan Alrecha dan Nyonya Luna, akhirnya mengetahui kalau keadaan sedang kacau saat ini. Keysana menemani Kaira sembari mengasuh Ziel. Rasya sibuk mengurus gugatan untuk Orthela dan Jay sekeluarga, mengurus pemakaman Grace karena keluarga Grace, semuanya sudah mengakhiri hidupnya sendiri."Grace, sejauh ini..." Jay terdiam dengan kedua matanya yang sembab. "Sejauh ini, aku tidak membencimu. Kau menunjukkan perubahan yang sangat besar. Sebagai rasa terima kasihku, aku akan merawat rumah terakhirmu," lanjutnya. Nyonya Luna mengusap-usap punggung Jay. Jay yang sedang bersimpuh menaburkan bunga di atas gundukan tanah yang masih basah, tangannya terus saja gemetar. Tuan Alrecha tidak banyak bicara. Ia cukup paham dengan perasaa

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   91. Kematian

    Jay masuk ke dalam rumah Orthela. Dia menggendong Grace yang sudah tiada. Tidak hanya itu, Paul yang datang berniat membawa Grace tapi dia malah menjadi sasaran utama kemarahan Jay. Jay menarik kerah kemeja yang Paul kenakan. Jay sudah membuat wajah dan tubuh Paul memar, terluka, berdarah, kesakitan, merintih dan memohon.Srek! Srek! Srek! Suara tubuh Paul yang diseret paksa membuat Delon, Orthela dan Loreta terperanjat kaget. Mata mereka terbelalak lebar. Lantai yang Jay lewati, dibanjiri oleh darah yang mengalir dari Paul dan juga Grace. Wajah Jay suram. Sorot matanya begitu tajam. Delon menelan salivanya karena baru kali ini dia melihat ekspresi iblis dari aura Jay. Jay yang ia kenal sebagai suami yang sangat lembut dan hangat tapi kali ini, ekspresinya begitu kejam.“Menarik!” ujar Jay

  • Menikahi CEO (INDONESIA)   90. Penyesalan

    “Key, Rasya, aku titip Kaira dan Ziel,” ujar Jay.“Kau mau ke mana? Bukankah pengobatan Kaira hampir selesai?” tanya Keysana.“Ada sesuatu yang harus aku kerjakan. Setelah kembali nanti, aku sendiri yang akan menjelaskannya pada Kaira.” Rasya hanya diam saja. Jay meminta Rasya supaya tetap berada di rumah sakit untuk menjaga situasi di sana. Jay menggenggam erat surat dari Grace yang di dalamnya ternyata ada chip milik Orthela. Jay berfikir kalau ia tidak bisa sepenuhnya lepas tangan dalam masalah ini dan menyerahkannya pada Delon. Kenangan pahit Delon, tragedi, trauma, masih membekas jelas. Jay tidak ingin malah Delon yang terseret lebih dalam lagi. Langkah dan tindakan Jay cepat. Ia berharap kedatangannya jauh lebih dulu dibandingkan Delon di kediaman Orthela.“Delon, aku ber

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status