“Rasya, jawab dengan jujur. Apa kau mencintai Adikku?” Delon tidak ingin trauma yang menimpa Keysana mulai bertambah. Ia ingin setelah kejadian ini, Keysana menikmati hidupnya tanpa beban.
“Aku mencintainya melebihi apapun yang aku miliki.”
Deg...
Pria tampan, mapan dan bijak seperti Rasya, ternyata menjawab hal itu tanpa ragu.
“Apa yang akan kau lakukan untuk selanjutnya?” tanya Delon. “Bisakah aku percayakan Keysana padamu?” imbuhnya.
Rasya tersenyum dan beranjak dari tempat duduknya. “Keadaan apapun, meski ia hilang ingatan dan melupakan aku sekalipun, aku tetap mencintainya. Kau bisa percayakan dia padaku,” jawab Rasya.
Tap... Tap... Tap...
Hahhhhhhhhhhh!
Delon menyisir ramburnya ke belakang. Ia tersenyum dan bernafas
Sudah beberapa hari waktu berlalu. Waktu yang terlewati cukup membuat keadaan menjadi lebih baik. Pikiran jernih, suasana hati juga membaik. Jay duduk menatap kertas bertuliskan SURAT PENGUNDURAN DIRI dari Rasya. Ia hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ziel sudah keluar dari rumah sakit. Saat ini, Kaira membuka pintu ruangan Jay sembari membawa Ziel dalam dekapannya.“Sayang, sudah siap?” tanya Kaira.“Ayo!” Jay mengambil alih Ziel dari dekapan Kaira. Ia merangkul pinggang Kaira dan melangkah bersama. Tidak ada lagi permasalahan yang harus dibesarkan. Masalah beberapa hari yang lalu timbul karena rasa takut dimasing-masing dari mereka semua tanpa terkecuali. Kali ini, Kaira tidak akan membiarkan waktu berlalu seperti beberapa tahun terakhir. Ia cukup kehilangan se
Keysana terlihat tegang. Ia tidak tahu apalagi yang mau Kaira katakan. Selain merasa diburu oleh waktu karena penerbangan tinggal 2 jam lagi, Keysana juga merasa takut. Ia tidak ingin mendengar sesuatu yang membuatnya kembali down.“Key, apa kau mau pergi lagi?” tanya Kaira. Sontak saja, Keysana langsung menatap Kaira dengan penuh tanda tanya. “Kai, apa maksudmu?” tanya Keysana.“Kau pernah pergi sekali. Apa kali ini, kau akan pergi lagi?” Kaira membuat pertanyaan yang jauh lebih jelas.“Kai, aku kembali bukan untuk merebut kebahagiaanmu tapi aku ingin meluruskan kesalahpahaman diantara kita. Meski aku belum menerima maaf darimu, setidaknya aku sudah sedikit lega tentang itu.”“Kalau aku menahanmu untuk tidak pergi, apa kau tetap pergi?”“Kai—“ Keysana sampai tidak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. “Kai, b
Jay memberikan sebuah dokumen pada Rasya. Rasya membukanya dan membaca dengan sangat teliti tanpa ada satu huruf atau angka yang terlewati. Rasya menaikkan sebelah alisnya.“Tuan, bukankah ini dokument proyek di New York yang telah Tuan siapkan? Kenapa meeting diadakan di London?” tanya Rasya.“Ini alasan, kenapa aku tidak menggubrisnya.”“Saya masih tidak mnegerti.”“Orthela!” seru Jay.“Siapa?” tanya Rasya. Nama itu terdengar tidak asing.“Selama ini aku melindungi istriku dengan caraku. Awalnya aku memang tidak mengerti kenapa keluarga Darkis selalu berusaha menembus pertahanan soal data Kaira tapi setelah aku mendengar dari penjelasan Keysana dan Delon, aku mulai menyelidi hal ini lagi.”“Maksud Tuan, Orthela yang dimaksud Keysana, pria yang seharusnya menjadi pengantin Nyonya mdua?” tanya
Tap... Bumi seakan menggema. Sepasang kaki jenjang mulai menapaki kaki di London. Celana hitam yang berpadu dengan kemeja ungu, dasi senada dan juga jas hitam. Ia pria tampan dengan kumis tipis yang menghiasi area bibirnya. Hidungnya mancung, matanya indah berwarna hijau muda. Kulitnya yang putih berlapis bulu-bulu halus. Dilihat dengan mata terbuka, aura yang terpancar sangat bersinar. Pria itu menjulurkan kakinya keluar dari pesawat pribadi dan ia disambut ramah oleh pengawalnya.“Tuan muda, ke mana tujuan pertama Anda?”“Hotel!” jawabnya singkat. Pria yang memiliki aura tidak biasa itu adalah Orthela Darkis. Pria yang selama ini bersembunyi dalam kesenangan bersama kisahnya yang tersembunyi dengan Delon. Orthela belum menemukan rumah yang cocok. Ia tentu saja memiliki rencana lebih dari
Malam berikutnya, Kaira dinner bersama Jay. Kaira membuat mereka memiliki waktu bersama. Kaira tersenyum tanpa henti hingga Jay mengernyitkan keningnya.“Kenapa?” tanya Jay. “Apa ada sesuatu yang kau sukai hari ini?” imbuhnya. Terus terang saja, Jay malu karena Kaira terus saja memandangnya.“Apa yang aku sukai sedang aku tatap,” jawab Kaira.“Sejak kapan kau berani mengombal?” tanya Jay. Ia menyembunyikan wajahnya yang merona.“Sayang, apa kau tidak ingin memangku dan menyuapiku?”“Kemarilah!” Kaira yang manja seperti itu, mengingatkan keluguannya ketika mereka baru saja menikah. Ruangan VVIP yang sudah direservasi, membuat privasi mereka aman. Tidak ada kebisingan, suara-suara dari luar, tatapan dari orang-orang asing dan yang pasti Jay menginginkan hanya ada mereka berd
Jay membungkuk. Memungut satu pecahan kaca. Ia menggenggam erat kaca itu hingga melukai telapak tangannya. Dibelakang sudah berdiri beberapa orang yang harus bertanggungjawab atas kejadian yang sudah terjadi. Jay menggertakkan giginya. Ia menatap tajam ke arah jendela yang sudah rusak. Sebenarnya ia gusar. Khawatir sekaligus marah tapi Jay hanya menunjukkan kemarahannya.“Apa ini cara kerja dari keamanan ditempat ini?” pekik Jay. “Dalam 10 menit, kalian harus mengetahui di mana Istriku. Kalau tidak, leher kalian yang akan membayar akibatnya!” Semuanya terdiam. Mereka lalai padahal Jay sudah meminta pihak restoran untuk mengosongkan tempat dalam 2 jam. Perintahnya hanya dianggap sebagai lelucon. Uang mereka terima tapi bekerja tidak sesuai prosedur. Jay marah dan mengancam para
Sudah 2 hari sejak pertemuan Kaira dengan Orthela. Tidak ada apapun yang terjadi kecuali kesehatan Kaira yang mulai terganggu. Orthela tenggelam seperti ditelan oleh kegelapan. Kaira sering merasakan kesehatannya tidak stabil. Dimulai dari ia sering lupa bahkan hal-hal kecil seperti waktunya sarapan atau sekedar setelah mandi untuk berganti pakaian.‘Aku kenapa, ya? Apa aku terlalu lelah?’ batin Kaira. Waktu yang Kaira lewati dalam ingatannya terus berjalan mundur. Ia yang duduk santai menunggu Ziel keluar dari kelas tiba-tiba tampak bingung. Seingatnya, dia sedang duduk bersama Jay menikmati teh hangat dipagi hari.“Akkkkkkk!” rintih Kaira. Ia memegang kepalanya yang terasa nyeri. Kaira tidak menceritakan kondisinya. Ia hanya menghubungi Keysana untuk menemaninya periksa ke dokter. Saat Kaira terlihat pucat, Keysana yang sudah sampa
Lily menyampaikan sebuah kabar yang sama sekali tidak pernah Jay bayangkan sebelumnya. Ia langsung meraih kunci mobil dan melangkah dengan sangat cepat. Berlari. Iya. Seperti itulah keputusan yang Jay ambil tanpa memperdulikan ruangannya yang terbuka lebar dan banyak sekali file rahasia. Lily menutup pintu ruangan Jay dan menguncinya. Ia memberikan kunci itu pada Rasya.Hah... Hah... Hah... Jantungnya tidak berhenti berdebar. Bukan debaran cinta layaknya seseorang yang sedang mabuk asmara tapi kali ini adalah debaran kekhawatiran. Sepanjang jalan, kakinya terus menginjak pedal gas. Meluncur melewati beberapa kendara lain, Perasaannya berkecamuk melebihi kalah tender. Kaira adalah dunianya, nafasnya dan juga hidupnya. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya? Jay teru