LOGIN"Putri Alena, Dewa Iblis sudah menunggu di Kastil Cendana," ucap dayang Istana Kerajaan Romana.
Alena menyisir rambutnya yang sangat indah dan lembut serta penuh dengan semerbak wangi Jasmine. Lalu, dia menatap dayang yang baru saja menyampaikan kabar tersebut melalui pantulan cermin riasnya,"apa dia membawa pasukan?" "Tidak, Tuan Putri. Dewa Iblis hanya sendiri." "Baik. Pergilah. Katakan padanya, aku akan segera menemuinya." "Baik, Tuan Putri. Hamba mohon pamit." Gemericik perhiasannya berbunyi ketika Alena berdiri dari kursi riasnya. Dia menatap kembali penampilannya. Manik-manik bunga Tulip terpasang indah di gaun birunya. Berlian blue fire di rambutnya juga terpasang begitu indah. Alena Caitlyna Meijer, adalah bidadari dalam wujud manusia yang tidak bisa dipungkiri lagi kecantikannya. Di antara ke-9 Putri Raja Antonio, Putri Alena adalah putri yang tercantik. Sehingga sang Raja sangat menyayanginya. "Apalah gunanya menjadi seindah ini? Jika harus menikah dengan iblis?" Dengan langkah gontai dia berjalan. Hendak menemui calon suaminya. Di sisi Arthur, dia melihat dari gelas kaca, mulai terlihat seorang perempuan yang didominasi dengan warna biru itu mendekat ke tempatnya saat ini duduk. Di Kastil Cendana milik Romana ini, Arthur menemui perempuan yang akan segera dia nikahi. "Berikan aku mahar sepuluh ribu kuda poni dari kahyangan jika memang benar-benar ingin menikahiku." Alena langsung duduk begitu saja di seberang meja di mana Arthur sudah menunggunya. Arthur diam saja. Dia hanya memandang Alena, yang saat ini juga sedang memandangnya. "Aku tidak menerima negosiasi mahar. Kau seorang Dewa Iblis, dan legenda mengatakan kau sudah menaklukan ribuan kerajaan dunia di 11 alam semesta. Tentu saja kuda poni ada di salah satu kerajaan itu kan?" "Dunia bukan dongeng karangan, Kuda Poni hanya dongeng," jawab Arthur. "Kuda poni bukan dongeng karangan," balas Alena. "Apa kau tidak tahu diri?" "Untuk apa aku tidak tahu diri di depanmu? Bukankah kau yang tidak tahu diri memilih aku untuk kau nikahi hanya karena aku putri yang tercantik?" Arthur memicingkan sebelah mata kanannya lalu mengedip perlahan. Apa yang sudah Alan katakan ketika melamar perempuan ini? Memilihnya karena dia putri yang tercantik? Bukankah kalimat itu begitu sangat percaya diri? "Romana sudah kalah. Menikahimu adalah pengampunan agar rakyat Romana tidak sengsara. Itu adalah maharmu. Jangan bermain denganku," Alena tertawa sinis. "Katanya kau Dewa Iblis yang perkasa." "Itu tidak salah." "Lantas mengapa sekedar kuda poni saja kau sebut itu dongeng?" Raff langsung melayang menuju kepala Alena, niatnya hendak memberi jitakan ringan kepada perempuan sombong ini. Namun tongkat itu terpental, tak bisa mengenai wajah Alena. Membuat Arthur tercengang. "Tameng Raja Surgawi?" tanya Arthur dalam hati. "Lihat. Aku adalah putri Raja Madrw Antonio, anak penguasa Hutan Romana selama beribu tahun. Aku juga memiliki kekuatan. Senjatamu itu hanyalah mainan di kepalaku. Menyerangku saja dia tak bisa," ejek Alena. Arthur diam menanggapi ejekan itu. Dia tak mau membuang energinya. Tujuannya kesini, adalah ingin melihat langsung bagaimana wujud dan karakter orang yang akan dia manfaatkan ini. Pepatah mengatakan, kenali dulu musuhmu untuk mencari tahu kelemahannya. Itu sebabnya dia ada di sini sekarang. "Kenapa? Apa kau benar-benar begitu terpesona dengan kecantikanku sampai tak bisa berkata-kata sedikitpun?" tuding Alena. Arthur menatap Alena. Lagi-lagi perempuan itu menyombongkan kecantikannya. Tetapi, terpesona dengan kecantikan Alena? Jujur saja, selama dia berpijak ke berbagai tempat, memang, perempuan di hadapannya ini adalah perempuan tercantik yang pernah dia lihat. Naluriah pria yang ada di dalam dirinya juga tidak menampik fakta itu. Namun, terpesona? Dia adalah Arthur. Sang Dewa Iblis. Hal-hal seperti ini tidak mudah membuatnya goyah apalagi terpesona. "Ah, memang. Semua orang memujiku, mengagumiku, bahkan sampai membisu saking cantiknya aku. Kau tahu? Lama-lama hingga aku bosan," kata Alena lagi, dengan masih memandang Arthur. Arthur pun sekarang masih diam. Masih tetap meneliti karakter reinkarnasi Putri ke-11 ini. Sambil bertanya-tanya, di Surgawi apa benar wujud dan karakternya memang seperti sekarang? Sangat cantik, tetapi begitu sombong dan percaya diri. Di sisi Alena, dia pun meneliti bagaimana karakter pria dengan julukan Dewa Iblis ini. Kakaknya, Amanda Flora Meijer, pernah menceritakan bahwa dia mengagumi Arthur. Seingat Alena, selera flora akan pria begitu tinggi. Dan sebagai perempuan normal, memang Arthur bukan termasuk pria buruk rupa. Dia hanyalah pria buruk hati. Persekian detik kemudian, Alena beralih menatap lengan kanan Arthur, nampak jubah kulit berwarna merah gelap milik Arthur sedikit tersayat, hingga menampilkan luka dari sana. Luka itu mengalirkan darah berwarna putih. Alena tertegun, menurut cerita dari ibundanya, darah keturunan ras iblis itu berwarna hitam. Mengapa darah Arthur putih? Bukankah itu darah keturunan surgawi? "Setelah menikah kau akan mengetahui." Teralihkan dari lengan Arthur, Alena menatap wajah Arthur kembali. Dia sedikit terkaget karena pria itu tiba-tiba bersuara setelah sekian lama hanya diam. "Apa maksutmu?" "Kau kebingungan melihat darah putihku. Sedangkan kau kira darahku berwarna hitam?" "Apa kau memiliki kemampuan membaca pikiran? Dengar, kemampuan itu adalah kecurangan." Arthur menatap tajam kepada Alena, kata itu sangat sensitif di telinga Arthur. "Kecurangan adalah hal yang paling tidak kusukai." "Apa kau pikir pernikahan yang mendadak ini bukan kecurangan?" Alena balas menatap tajam Arthur. Arthur berdiri secara pelahan dari kursinya. Dia berjalan menuju belakang Alena. Dengan tegas, dia membungkuk, menyamaratakan posisi wajahnya tepat di sebelah wajah Alena. Arthur semakin membungkuk hingga kini telinga Alena tepat berada di depan bibir Arthur. Dengan posisi ini, Alena sedikit terkelu, ada perasaan takut yang menyelimuti hatinya. Namun, rasa takut itu tak lebih besar dari rasa bencinya, hingga ia tak gentar sedikitpun untuk terlihat lemah di hadapan Arthur. Arthur berbicara, tepat di depan telinga Alena. "Dengarkan baik-baik, Putri ke-5 Romana. Kau akan tahu, kehidupan yang sebenarnya di dunia ini. Kau akan tahu apa itu kecurangan. Selama ini kau hanya menikmati hidupmu di balik tirai kerajaan Romana. Sedangkan aku, sudah mengetahui berbagai kisah pahit manis di dunia ini. Dan menikahimu adalah bagian dari rencanaku. Kau cukup bekerja sama dengan baik, lalu kau akan memahami bahwa pernikahan ini bukan kecurangan. Aku memang sudah dikenal kejam atau mungkin kau menganggap aku iblis kejam. Tetapi, tanpa kau kenali dunia, kau tidak akan pernah tahu, siapa yang benar-benar kejam di dunia ini." Arthur lalu tersenyum, dia kembali menegakkan tubuhnya. Lalu, meniupkan serbuk penidur secara tiba tiba tepat dihadapan Alena. Alena seketika berbalik, dan tidak sengaja menghirup serbuk yang Arthur tiupkan. Putri kesayangan Raja Romana itu langsung terkulai lemas, tertidur begitu saja di atas meja emas Kastil Cendana. Arthur menatapnya beberapa saat, setelah akhirnya berpaling ketika Alan sudah tiba pula di Kastil Cendana. "Bawa dia ke Mansion Athlanta. Pernikahan dilakukan besok." Arthur langsung pergi begitu saja setelah memerintah Alan. Alan merangkul Alena yang meringkuk tertidur pulas, membawanya ke kereta kuda. Sambil terheran-heran. "Bukankah sebelumnya sudah berencana akan menikah satu tahun lagi?" ***** Rosey menatap bayi-bayi yang terluka di Kastil Kesehatan kerajaan Romana. Sebagai seorang ibu, dia tidak rela putri semata wayangnya, Alena harus menikah dengan Dewa Iblis. Tetapi, bayi-bayi itu tidak bersalah. Seluruh rakyat juga tidak bersalah. Dan dia harus belajar mengikhlaskan Alena untuk mengambil tindakan ini. Pengorbanan memang harus dilakukan. "Ibu." Rosey terkesiap. "Bagaimana bisa kau di sini, Alena?" Alena tersenyum. Dia memeluk sang ibu. "Hari ini aku akan menikah. Aku tidak melihat ibu di Istana. Jadi, aku datang kemari." Rosey meneteskan air matanya, dan membalas pelukan sang putri. "Ibu tidak mau berada di istana jika kau tidak di sana. Ibu juga tidak bisa menghadiri pernikahanmu, Alena. Maafkan ibu." "Alena sudah memahami perasaan Ibu. Alena hanya rindu. Setelah menikah, mungkin Alena tidak begitu punya waktu untuk menemui ibu. Alena juga ingin meminta, Ibu mendukung dan selalu mendoakan Alena. Agar Alena bisa menjalani ini semua dengan kuat." Rosey melepaskan pelukan Alena. Mengusap lembut rambut halus dan membelai wajah cantik putrinya. "Kamu adalah anak kandung ibu. Anak yang ibu lahirkan dengan darah dan perjuangan. Ibu selalu memimpikan kehidupan yang indah untukmu. Ibu harap, kau selalu bisa mendapatkan kebahagiaan dan perlindungan dari Tuhan." "Alena sangat menyayangi ibu."Sedang, di Kerajaan Surgawi, Handryc sudah menyadari bahwa putrinya ternyata hidup dalam tubuh reinkarnasi dari Putri Rosey dan Madrw Antonio di Kerajaan Romana. "Ragna, cepat bawakan utusan Kerajaan. Untuk melindungi Hutan Romana dengan baik. Jangan biarkan, Cathryna terluka di sana," titah Raja, pada Kasim Kerajaan Surgawi. Kasim bernama Ragna itu membungkuk, "hormat Yang Mulia Raja. Tetapi, saat ini Tubuh Reinkarnasi Cathryna tidak berada di sana," terang kasim Ragna. Lantas, Handryc berdiri dari singgasana emasnya, "apa surat dari Tamtama itu benar? Bahwa, putrikj menikah dengan anaknya Bertodo?" tanyanya dengan wajah tanpa ekspresi. Ragna mengangguk, dia menegakkan tubuhnya yang semula terduduk bersimpuh, "benar Yang Mulia. Untuk kabar terbaru, hamba belum mendapatkan informasi lagi. Apakah, Yang Mulia Raja berkehendak untuk mendatangi bumi?" Handryc terdiam. Dia merenungkan beberapa ingatan masalalu, yang membawanya pada masa itu. Saat, pertama kali melihat wujud
Arthur mendatangi penjara di bawah tanahnya. Dua orang terdiam di sana. Sangat terlihat begitu jelas bagaimana keadaan mereka. Sempat iba, tapi dia buang perasaan itu dengan seketika. Kedatangannya pun, tampak mengundang atensi orang yang ada di dalam penjara. Salah satunya Alena, dia masih tertunduk tanpa bergerak sama sekali. Fokus melihat pada jeruji rantainya. Walaupun memang, dia mendengar bahwa Dewa Iblis itu datang. Enggan rasanya untuk melihat. Karena penganiayaan darinya, masih teringat jelas di kepala Alena. "Tuan Arthur, apa kau baik-baik saja?" Suara Alan mengudara, pertama kali ketika ruangan itu sudah berisi tiga orang. "Kau tidak berhak bertanya ataupun berbicara," balas Arthur, akan suara Alan yang menyapa. Alan menoleh sebentar, "ergh," erangnya, karena merasakan rantai itu melukai kulit di lehernya, "hamba benar-benar mengkhawatirkan keadaan Tuan. Sudah lama hamba tak mendampingi Tuan. Tidak tahu apa yang dilakukan oleh Tuan selama hamba tidak mendampingi." A
Alan terkekeh, "tidak apa, Tuan Putri. Hamba mengerti mengapa Tuan Putri mengakuinya." Alena terdiam. Dia melihat kembali pada rantai yang mengikat di tubuhnya. Lalu, terbayang akan segala kejadian silam. Saat dirinya pertama kali bertemu Arthur. Laki-laki yang disebut Dewa Iblis itu tampak samar dan belum Alena ketahui. Namun, sekarang Alena benar-benar mengetahui siapa lelaki itu. Benar-benar cerminan sosok Dewa Iblis. "Sejak kapan kau menjadi pelayannya?" tanya Alena, menghalau segala pikirannya. "Sudah tiga tahun, Tuan Putri. Sejak pertama kali bergabung di tentara prajurit Tuan Arthur." "Tentara prajurit?" ulang Alena. "Hamba dulu sebelum menjadi tangan kanan langsung Tuan Arthur, lebih dulu bekerja sebagai prajurit." Alena mangut-mangut. Dalam pikirnya kembali mengudara. Tentara prajurit? Benar juga, saat masih di Romana banyak sekali tentara prajurit Arthur yang membuat kerusuhan. Itu yang menjadi salah satu penyebab Alena mau menyetujui pernikahan ini. Tapi,
"DIAM ALENA!" Arthur meninju dinding tempat Alena terpojokkan. Dinding itu hancur berkeping. Bersamaan dengan hati Arthur yang terluka. Bersamaan pula dengan hati Alena yang sama terlukanya. Alena memejamkan mata, akibat merasakan pusig yang mendadak menghampiri kepalanya. Perlahan-lahan, pandangannya mengabur. Terus gelap hingga dirinya kehilangan kesadaran. Setelah dinding itu hancur, Arthur memutar arah untuk mencari letak Alan. Orang yang selalu dia anggap sebagai orang terdekatnya itu, kini tengah menatapnya dengan bingung. Arthur langsung saja menyambarnya dengan hantaman tangannya. Membuat Alan lagi-lagi tersungkur jatuh tengkurap. Sudut bibirnya sudah robek, sehingga darah segar mulai menetes dari sana. Alan mendongak, "tuan. Hamba yakin kau sedang diadu-domba. Kau paling mengenal hamba, Tuan. Hamba tidak mungkin menghianatimu," terang Alan mencoba untuk menenangkan tuannya. Namun gagal, kini Arthur sudah menerjangnya lagi. Kaki Dewa Iblis itu menendang kepala
Arthur yang sudah dikuasai oleh kemarahannya tak lagi dapat membendung niat untuk segera kembali ke Athlana. "Kurang ajar kau Alan! Berani-beraninya kau menghianatiku!" rutuk Arthur dari dalam hatinya. DIa segera pergi dari rumah penyihir itu. Tidak memperdulikan Arlin yang berteriak memanggilnya. Bagaimana bisa? Alan melakukan hal ini kepadanya? Dia? Kaki tangan ter-ahlinya? Sudah menusuknya dari belakang? Dari hasil ramalan Audygta, Arthur melihat di meja ramal. Terlihat jelas Alan dan Alena sedang berhubungan badan. Mengakibatkan jantung Arthur tertohok begitu dalam. Dia tidak menyangka, Alan akan melakukan hal seperti ini padanya, setelah selama ini mereka beriringan dalam berbagai misi. Rasanya sakit. Apalagi, jika itu perihal Alena. "Alena?" "Kenapa kau melakukan ini padaku di saat aku mulai mencintaimu?" "Kenapa kau benar-benar berselingkuh dengan Alan?" Langkah kakinya kemudian semakin tegap. Sekarang, kalut di pikirannya semakin penuh. Semua terisi atas k
Di belahan Dunia Iblis, kini Arthur masih bersama Arlin. Belum usai teka-teki dari Arlin untuk membuat Arthur mendapatkan jawabannya. Arlin malah terus mengulur waktu. Hingga hari ini, Arthur sama sekali belum bertemu peramal itu. Merasa konyol dengan kegiatan di rumah Arlin ini, mulai membuat Arthur jengah. "ARLIN!" teriak Arthur memanggil wanita itu. Dengan tergopoh, Arlin mendatangi, "ada apa, Arthur kenapa berteriak?" "Sudah cukup kau mengulur waktuku?" tajam Arthur, "cepat sekarang pertemukan aku dengan peramal yang kau katakan!" Arlin merendahkan diri, terduduk bersandar pada kaki Arthut, "tunggulah dulu, Arthur,' katanya melembut, "kau sudah berjanji untuk menemui anak kita dulu. Dia sedang perjalanan kemari, setelah itu aku benar-benar akan membawamu pada peramal itu." Arthur menyibak tubuh Arlin yang bersandar di kakinya, "aku tidak peduli! Cepat pertemukan aku, atau aku akan membuka dinding persembunyian tongkat Raff dan Alan bisa menemukanku. Lebih baik aku memer







