Home / Romansa / Menikahi Mantan Kekasihku / #5 Tinggal di apartemen baru & Kematian Charlos

Share

#5 Tinggal di apartemen baru & Kematian Charlos

Author: La Bella Rose
last update Last Updated: 2024-04-16 17:18:16

Edgar menaikan satu alisnya menunggu jawaban. Ia benar-benar bisa melihat Zura sangat ketakutan. 

Kemudian Zura menoleh ke belakang. "Di sana, di tempat itu ..." dia menunjuk. "Charlos menyiksaku." 

Rasanya sakit sekali mendengar Zura berbicara seperti itu. Mungkin Zura trauma melewati jalan yang mempunyai ingatan buruk tentang Charlos. 

Edgar tidak hanya ingin memegang tangan Zura. Ia pun memeluk gadis itu. "Jangan takut lagi, ada aku sekarang. Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu." Pria itu mengelus lembut punggung Zura.

Anhar yang sedang menyetir hanya pura-pura tidak punya mata dan telinga saja. 

***

Mereka sampai di sebuah apartemen yang mewah, kemewahannya memanjakan mata Zura, ia begitu takjub. "Aku benar-benar akan tinggal di sini?" tanya Zura pada Edgar yang duduk di sofa, tersenyum melihat kesenangan Zura. 

"Ya. Apartemen ini milikmu." 

"Tapi, aku tinggal sendirian?" tanya Zura, ia tahu Edgar harus pulang ke mansion, sebab Baila pasti curiga jika pria itu tinggal di apartemen. 

"Kenapa? Kamu takut?" 

"Engga sih, cuman berlebihan aja sebesar ini tinggal sendirian." Zura tersenyum kemudian duduk di samping Edgar dengan mata yang masih berkeliling melihat setiap sudut ruangan juga beberapa furniture yang kelihatannya mahal. 

"Aku akan sering datang ke sini." 

Zura menoleh. Ia menganggukan kepala, tidak mungkin juga melarang Edgar datang, toh apartemen ini ada karena uang Edgar. 

"Tapi selama aku belum datang, jangan buka pintu untuk siapapun, kalau ada apa-apa hubungi Anhar. Suruh Anhar yang membeli makanan atau apapun yang kamu mau. Mengerti?"

"Iya-iya. Bawel!" Cibir Zura membuat Edgar gemas dan langsung memeluk gadis itu. Zura yang kaget hendak mendorong Edgar tapi Edgar bersuara. 

"Sebentar saja ... aku merindukanmu, satu tahun rasanya seperti selamanya tidak bertemu denganmu. Kamu tidak pernah membalas pesanku juga, Zura." 

"Andai saja kamu tau, Edgar. Charlos menyita ponselku, setiap kali kamu menghubungiku, dia akan marah dan menyiksaku. Aku selalu berharap setiap harinya tidak pernah ada pesan darimu lagi atau aku akan mati ditangan Charlos." Zura membatin dalam hatinya. 

Sebelum Edgar pulang, pria itu memasak olahan daging dan beberapa sayuran untuk Zura. Zura yang ingin membantu selalu disuruh duduk oleh Edgar. Alhasil gadis itu pun menurut, duduk dan menunggu masakan Edgar. 

Zura ingat saat di UK justru dialah yang harus memasak setiap hari, menyiapkan makanan untuk Charlos, jika masakannnya tidak enak, piring pun melayang ke lantai dan tangan Charlos mendarat di pipinya. Zura merasa sehari saja sangat lama jika bersama Charlos. Berbagai kekerasan fisik dan verbal selalu ia terima. 

"Papahmu, dia ada menghubungimu?" tanya Edgar seraya memindahkan daging yang sudah matang ke piring. 

"Eum ... tidak ada." 

Edgar membawa piring itu ke meja. "Apa dia tidak khawatir?" 

"Jangan kasih tau Papah aku masuk Rumah Sakit. Aku memang tidak mau membuat Papah khawatir." 

Edgar bergeming sejenak lalu menganggukan kepala. Ia rasa ada yang tidak beres, sebab saat di Rumah Sakit pun ponsel Zura tidak ada panggilan masuk sama sekali dari Ayahnya, bukankah seorang Ayah akan khawatir jika putrinya tidak ada kabar, apalagi mempunyai suami kasar seperti Charlos.

Nanti ia akan mencari tahu sendiri soal Ayahnya Zura. Sekarang Edgar memilih menemani Zura makan. 

***

Edgar keluar dari apartemen Zura. Ia menerima pesan dari Anhar. 

Charlos sudah bersamaku Tuan. 

Anhar mengirim lokasi kepada Edgar dan Edgar pun segera masuk ke dalam mobil, mengendarai mobilnya sendiri, melaju dengan cepat membelah jalanan kota yang padat. Tangannya begitu kuat mencengkram stir mobil, ia sudah tidak tahan untuk memukul si biadab Charlos. 

"Kamu harus merasakan apa yang Zura rasakan!" hardiknya dengan leher menegang marah. 

Ia sampai di sebuah gudang tua yang tidak terpakai, bangunannya kumuh dan atapnya sudah banyak yang bocor. Gudang tua itu dikelilingi ilalang yang tumbuh liar disekitarnya. 

Dengan langkah penuh amarah, Edgar segera masuk dan kemudian melihat Charlos duduk di kursi dengan tangan dan kaki yang terikat. Bukan hanya itu, mulutnya ditutup lakban agar tidak bisa berteriak. Charlos menatap nyalang pada kedatangan Edgar, seakan ia juga sama marahnya dengan pria itu. 

"Kenapa menatapku seperti itu? Bukankah kamu seharusnya senang karena tidak dipenjara!" 

Hari dimana Charlos hendak dibawa oleh polisi, Anhar mencabut tuntutan dan mengatakan masalah akan diselesaikan secara kekeluargaan. Padahal itu semua hanyalah alibi. Edgar ingin tangannya sendiri yang menghukum Charlos karena sudah memberikan trauma yang mendalam pada Zura. 

"Apa yang sudah kamu lakukan terhadap, Zura?!" Pria itu mencengkram kuat wajah Charlos dengan tangannya. "Kamu memukulnya? Menamparnya? Membatasi makanan untuknya hah?!"

Edgar mencabut lakban di mulut Charlos dengan kasar membuat Charlos merintih kesakitan, bulu-bulu halus di sekitar bibirnya juga tercabut kasar. 

"JAWAB!"

"Dia istriku," desis Charlos. "Aku bisa melakukan apapun terhadap tubuhnya. Semua yang ada pada Zura adalah milikku!" Jawaban itu seakan membangkitkan kobaran api kemarahan dalam diri Edgar. 

"BUKAN BERARTI KAMU BISA MENYIKSANYA SEPERTI BINATANG!"

"Seandainya dia mengikuti perintahku, aku tidak akan menyiksanya!" 

"Titahan seperti apa yang kamu suruh?!" geram Edgar. 

Charlos diam sejenak, dia tahu jawabannya akan membuat Edgar marah besar. Tapi jujur atau tidak, Charlos yakin Edgar akan menyiksanya. Jadilah dia akan membalas siksaan dari Edgar dengan jawaban yang akan melukai pria itu. 

"Aku menyuruhnya jadi pelacur!" 

Mata Edgar dan Anhar sontak melebar seketika. Anhar tak habis pikir Charlos berani jujur, dia seakan mengundang malaikat maut untuk datang segera menjemput ajalnya.

"Bedeb*h gila!" geram Edgar kemudian memukul wajah Charlos bertubi-tubi. Hingga kursi yang di dudukinya terguling bersama tubuhnya, Charlos terbatuk, tapi Edgar tidak memberi ampun. 

Anhar membantunya dengan membenarkan kursi Charlos dan seketika Edgar menendang perut pria itu, hingga Charlos muntah, tak berhenti sampai disitu dadanya ditendang lagi dan muntahannya kini adalah darah yang keluar. 

Anhar tidak bisa menghentikan amarah Tuan-nya yang membabi buta. Sesekali Anhar memalingkan pandangannya melihat Edgar menyiksa Charlos tanpa ampun.

Edgar berjalan keluar dari gudang dengan tubuh lemah, selain menghabiskan seluruh energinya untuk menghajar Charlos, tubuhnya melemah ketika mendengar Charlos hendak menjadikan Zura pelacur. Ia mengingat hari dimana Zura mengatakan harus menikah dengan pria lain. 

#Flashback On

"Maafkan aku Edgar, aku tidak bisa menikah denganmu. Aku harus menikah dengan pria pilihan Papah." 

"Apa maksudmu, Zura? Kamu gila hah? Berani-beraninya kamu mengatakan itu! Siapa pria itu? Kamu menyukainya?" 

"Ya, aku menyukainya. Aku menyukai dia karena dia anak sahabat Papahku dan kami pernah mengobrol satu tahun lalu. Kami juga sudah foto prewedding minggu lalu. Dia ---" 

"Cukup! Aku kecewa kepadamu, Zura!" 

"Maafkan aku, Edgar." lirih gadis itu. 

"Aku ingin bertemu dengan pria itu. Suruh dia datang kesini." 

Zura menurut dan menelpon Charlos meminta dia datang ke taman. Tidak sampai setengah jam menunggu, akhirnya Charlos pun datang. 

"Sayang ..." panggil Charlos. 

Edgar langsung mendelik ketika mendengar pria itu memanggil Zura sayang. Dia duduk di samping Zura. Zura hanya menunduk sementara Edgar berusaha mati-matian untuk tidak menghajar Charlos, ia sangat kecewa pada Zura. 

"Edgar." Dia berseru seraya menaikkan satu alisnya dengan senyuman miring di wajahnya.

"Aku mengizinkanmu menikahi Zura." 

Zura spontan menoleh ke arah Edgar. 

"Tapi jaga dia dengan baik." 

"Tentu saja, aku tidak mungkin tidak menjaga istriku." Ia merangkul Zura membuat Edgar menggertakkan giginya marah. 

#Flashback off

Pria itu kini berada di dalam mobil di halaman mansionnya, ia menghela nafas panjang sebelum keluar dari mobil dan saat masuk ke mansionnya ia sudah disambut oleh Baila yang duduk di ruang keluarga. 

"By, kamu sudah pulang." Baila menghampiri Edgar tapi Edgar mengacuhkannya dan dengan langkah cepat menaiki anak tangga membuat Baila kesal. 

Edgar sendiri masih dalam amarah yang besar, ia ingin menenangkan pikirannya dengan mandi. Saat di Rumah Sakit, ia ingat pernah bertanya pada Zura keinginan Charlos seperti apa yang tidak dituruti Zura sampai Charlos menyiksanya. Tapi sebelum Zura menjawab ada panggilan masuk dari Baila membuat mantan kekasihnya tidak melanjutkan jawabannya. 

Dan Edgar sangat marah ketika mendengarnya langsung dari mulut Charlos. 

Baila masuk ke kamar dan mendengar suara shower. "Dia sedang mandi, apa aku bereaksi sekarang saja ya," gumamnya. 

Baila segera mengambil sesuatu di dalam tas dan memasukan sesuatu itu ke dalam orange jus yang ada di meja. Rencananya ia akan memberikan orange jus itu setelah Edgar mandi. 

Baila menunggu dan menunggu dengan tidak sabar, duduk di sofa seraya menggerak-gerakan jarinya, gelisah menunggu Edgar keluar dan apa rencananya akan berhasil. 

Ketika pintu kamar mandi terbuka, seketika Baila beranjak dari duduknya, berdiri seraya tersenyum tapi Edgar mengacuhkannya lagi. Pria itu mendekati lemari pakaiannya dan memilih baju disana. 

"By, aku bawa orange jus untukmu. Aku liat kamu lagi banyak pikiran, minum ini dulu biar tubuhmu lebih segar."

"Kamu saja yang minum," sahut Edgar lalu memakai kaos putih polos. 

"Ini untuk kamu, By. Aku membuatnya khusus untukmu." 

"Minggir!" ketika hendak keluar dari kamar, Baila menghalangi langkahnya. Edgar bergerak ke samping, lagi-lagi Baila menghalangi Edgar.

"Minum dulu, aku susah payah membuat ini untukmu."

Edgar berdecak dan dengan kesal dia mengambil orange jus di tangan Baila, membuat ujung bibir Baila tertarik ke atas saat melihat Edgar meminum orange jus tersebut. 

Senyum puas terlukis di bibir Baila. Baila membatin dalam hatinya. 

"Akhirnya... kita akan menyatu selamanya, By."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #23

    "Cari siapa, Nona?" tanya seorang pria pada Baila yang masih bergeming sebab yang keluar ternyata bukan Edgar atau pun Zura. "I-ini apartemen siapa ya?" tanya Baila. Informasi yang diberikan suruhannya semalam tidak salah, tapi kenapa bukan suaminya yang keluar, Baila heran. "Ini apartemen milikku." "Sayang, siapa?" Baila menoleh pada perempuan yang menghampiri mereka. Perempuan itu datang dengan kemeja putih pendek dan rambut berantakan yang basah seperti habis mandi. "Tidak tau, Nona ini aku juga tidak mengenalnya." "Siapa yang kamu cari?" tanya perempuan itu sinis sebab berpikir Baila adalah selingkuhan kekasihnya. "M-maaf, saya salah kamar. Permisi ..." Baila segera pergi dari sana membuat pasangan tersebut saling menoleh heran. *** Baila berjalan pelan di lorong dengan kebingungan, apakah suruhannya salah mengikuti Edgar. Ia mendengus kasar.

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #22

    Edgar tengah mengeringkan rambut Zura yang baru saja selesai mandi. Moment seperti ini sering dilakukan Edgar ketika masih berpacaran dengan Zura, ia sering membantu Zura mengeringkan rambut panjangnya. Apalagi hampir setiap hari Zura berada di mansion Maria, bercanda dengan Maria dan juga Elia. "Lain kali, jangan mandi terlalu malam, Zura." "Aku ketiduran tadi," sahut gadis itu. "Kamu engga mau ke luar lagi? Engga mau jalan-jalan?" "Mau, sih. Tapi ...""Aku akan mengajakmu jalan-jalan besok sore. Gimana?" "Kerjaan kamu bakalan selesai sore, bukannya baru selesai malam hari." "Tidak ada yang mengaturku, Zura. Aku pemilik perusahaan, kapanpun aku bisa pulang." Zura hanya tersenyum mendengar jawaban Edgar. "Gimana kabar Mama dan Elia?" tanya Zura tiba-tiba. "Mereka baik, si calon Dokter itu juga rajin belajar." Zura tersenyum getir. "Mereka pasti sangat membenciku ya, Edgar."

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #21

    Hubungan mereka saat di UK dulu tidak terlalu baik juga tidak terlalu buruk. Jika bertemu mereka saling tidak perduli satu sama lain, tapi bagi Zura, sikap mereka lebih baik dibanding Charlos. Calvin dan Theo merasa bosan, ia menghabiskan waktu di klab sampai malam hari, Calvin mabuk parah dan main wanita sementara Theo hanya menikmati musik dan minum sedikit. Beberapa wanita klab berusaha menggoda Theo, tapi Theo tidak merasa tertarik sama sekali. Ketika ia mulai merasa bosan, ia mencoba mengajak Calvin pulang. Tapi sayangnya karena dia mabuk parah, Calvin tidak bisa diajak berbicara, malah meracau tidak jelas sambil memeluk wanita penghibur. "Tinggalkan saja dia, aku tidak keberatan," ucap si wanita penghibur itu. Theo berdecak. "Pesankan kamar untuknya, aku yang membayarnya besok." "Oke," sahut si wanita penghibur itu dengan tersenyum. Sementara Baila, dia menunggu kepulangan suaminya di

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #20

    Edgar kembali membalikkan badan dengan wajah datarnya. "Dimana, Zura? Dia kembali lagi ke sini, kan? Kamu bertemu lagi dengannya. Iya kan, Edgar?" "Tanya pada matamu sendiri, jika kamu tidak pernah melihatnya, dia tidak ada di sini," jawab Edgar santai. Anhar sedari tadi hanya mematung di belakang Edgar. "Aku tau kamu menyembunyikannya!" desis Baila. "Kamu harus ingat Edgar, Ibumu tidak akan pernah setuju kamu kembali kepada wanita itu!""Dia Ibuku, bukan urusanmu!" tukas Edgar. Edgar sudah tidak mau mendengar apa-apa lagi, ia melangkahkan kakinya dengan cepat diikuti Anhar. Mengabaikan teriakan Baila di telinganya. Baila berteriak frustasi, dalam hatinya ia ingin sekali menjambak rambut Zura, melampiaskan kebenciannya terhadap gadis itu. ***Seorang pria berdiri depan istana buckingham. Rambutnya yang kecoklatan tertiup angin, ia memakai mantel tebal coklat dengan syal hitan di lehernya. Musim dingin lebi

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #19

    Ponselnya Charlos yang berada di kamarnya di UK terus berdering. Nomor itu hanya Baila yang tahu dan ketika Charlos kembali ke Indonesia, dia lupa tidak memberitahu Baila, juga tidak membawa ponsel tersebut. "Firasatku benar-benar tidak enak, aku merasa Edgar bertemu kembali dengan Zura ... tapi kenapa Charlos tidak mengangkat telponku." Ia bermonolog sendirian, menghela nafas kasar, frustasi dan ketakutan, apa yang sebenarnya terjadi. Mengapa Edgar tadi pagi mengatakan kepada Maria jika Maria tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Apa aku harus pergi ke UK saja? Tapi aku juga tidak tau dimana alamat rumahnya ... aaarrggh!" dia mengacak-ngacak rambutnya frustasi. Baila juga tidak mengenal orang tua Charlos. Hari itu ia hanya bekerjasama dengan Charlos untuk memisahkan Edgar dan membawa Zura jauh dari pria itu. Baila keluar dari kamar, ia meminta kunci mobil pada supir yang selalu mengantarnya kemanapun ia pergi. "Tapi Nyonya, Tuan

  • Menikahi Mantan Kekasihku   #18

    "Aku tidak berbicara denganmu!" hardik Edgar menunjuk wajah Baila. Baila terus menatap Edgar, ia mengkhawatirkan sesuatu, bagaimana jika Zura ternyata ada di sini, bertemu dengan Edgar kembali dan menjadi alasan pria itu jarang pulang ke mansion. "Edgar, apapun alasannya, Mama sudah tidak menyukai Zura lagi!" "Ma ---" "Lupakan dia, Edgar!" bentak Maria membuat Edgar terdiam seketika. "Sekalipun dia merengek ingin kembali kepadamu, Mama tidak akan pernah setuju sampai kapanpun!!" Edgar mendelik pada Baila dan akhirnya memilih pergi karena tidak mau bertengkar lebih lama dengan Ibunya. "Edgar! Edgar!" teriak Maria. Tapi langkah Edgar sedikit pun tidak berhenti. "Maa ..." Baila merengek pada Maria dengan memeluk lengan mertuanya itu, seakan ia tengah menjadi istri yang menyedihkan karena tidak dicintai oleh suaminya sendiri.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status