Home / Romansa / Menikahi Musuhku / Chapter 6 SENYUM MAUDIVES

Share

Chapter 6 SENYUM MAUDIVES

last update Huling Na-update: 2021-11-29 17:49:55

Chapter 6

SENYUM MAUDIVES

Sepeninggal Marcel, Maudy memakan banyak kuliner khas Pulau Male sepuasnya. 'Kuliner Maldives memang luar biasa,' pikirnya. 

Dia berharap kegiatan memanjakan lidah ini akan mampu menelan sebagian rasa dongkolnya terhadap laki-laki angkuh itu.

"Dia pasti berpikir bahwa semua bisa diukur dengan uang. bukan? Dia tidak berubah," gerutu Maudy kesal. "Ugh, aku malah teringat masa lalu. Bodohnya aku sempat tergoda sedikit pada ketampanannya tadi pagi. Itu benar-benar penyamaran dari iblis yang tersembunyi. Iblis yang tersembunyi di balik wajah itu suatu saat mungkin akan menerkam ku. Hi...!" Maudy mengoceh dan bergidik sendirian.

Wanita itu tidak tahu mau apa lagi di sini. Semua yang pernah direncanakannya tentang perjalanan dan petualangan ke luar negeri sejak dia masih duduk di bangku sekolah terasa tidak menarik untuk dilakukan. Semua rusak dengan situasi yang benar-benar membuatnya merasa tertekan.

Setelah memesan minuman segar sebagai alasan berlama-lama, dia memutuskan untuk sementara menikmati kegiatan barunya. Kegiatan tidak melakukan apa-apa. Yah, meskipun dia kurang yakin bahwa tanpa melakukan apa pun layak disebut kegiatan.

Rasa geli mendera hati wanita itu dengan pikiran konyolnya. Wanita yang kerap dipanggil Maud itu menaikkan rambut dan mengikatnya tinggi-tinggi. Dipakainya sebuah ikat rambut tanpa hiasan dari tas mininya. Dia ingin merasakan angin hangat yang berhembus lewat lehernya. Hal itu juga akan membantunya terhindar dari rambut liar yang mengganggu pandangannya dari hal indah dan eksotis sejauh mata memandang.

Pemandangan di sini memang indah. Dari kaca tembus pandang ini, resor mewah yang berbaris tiada henti, pasir putih yang menggoda untuk ditapaki, air laut biru yang berkilauan dan sebening kristal, dan nuansa khas pantai tropis yang indah membuatnya berpikir apakah semua ini kenyataan atau mimpi.

Maudy melengos. Ada yang mengganggu pemandangannya yang indah. Di mana pun dia mengarahkan pandangan, ada pasangan yang sedang bermesraan. Sebenarnya, beberapa saja yang bertindak mesra. Yang lain hanya beraktivitas sewajarnya dengan pasangan.

'Ah, tetapi apa yang salah dengan itu? Bukankah aku menjadi terlalu risih dengan kegiatan orang lain yang tidak kukenal?'

Bagaimana pun ini salah satu resor paling dicari untuk honeymoon di seluruh dunia. Dia sangat menyadari hal itu. Akan tetapi, pikiran Maudy yang kesal dan iri ikut memanipulasi pandangannya sehingga semua pasangan itu terlihat sedang bercumbu dan bermesraan bahkan seolah-olah berusaha memamerkannya pada Maudy yang ditinggalkan sendirian oleh suaminya saat bulan madu di negeri orang.

"Ah, sial. Mengganggu sekali!" 

Dengan emosional, diminumnya lagi minuman segar yang ada di hadapannya. Sejak tadi dia makan dan minum sebanyak itu, kira-kira berapa bayarannya ya? Tapi, bagaimana kalau Marcel berbohong? 

Maudy menggelengkan kepalanya sambil menutup mata untuk menenangkan hati. Dia harusnya bisa berpikir jernih. Padahal, dia sudah bertekad untuk bersikap dewasa dan tidak menunjukkan emosi sebenarnya demi uang dua puluh miliar. 

Biar saja orang-orang menganggap dia perempuan matre jika suatu saat terbongkar. Maudy tidak peduli. Yang penting nyawa adiknya selamat dan dia tidak melacurkan diri. Dia juga tidak perlu kehilangan organ tubuhnya. Yah, yang hilang mungkin adalah kebebasannya. Dia juga harus bersiap hidup dalam sandiwara bersama musuhnya itu.  

"Gelas Anda sudah kosong. Apakah perlu saya isi lagi atau apakah masih ada yang Anda inginkan, Nona?"

Dipandangnya pelayan pria itu dalam diam. 

"Nah, pria ini juga tampan. Sudah kuduga semua pria pasti tampan pada waktunya. Aku pasti sangat salah karena sempat tertipu dengan wajahnya," celetuk Maudy.

"Maaf?" Pelayan itu menatapnya dalam tatapan bingung, tetapi berusaha tersenyum profesional.

"Nah, senyum seperti ini yang aku butuhkan. Aku akan menggunakan senyum profesional ala mas pelayan ini. Akan kunamakan senyum Maudives, gabungan dari Maudy dan Maldives. Hihihi!" Wajahnya terlihat sangat gembira.

Maudy diambil dari namanya dan Maldives adalah nama negara kepulauan ini. Dianggukkannya kepalanya tanda puas dengan keputusan itu. 

"Maaf, Nona! Saya kurang mengerti," kata pelayan itu lagi dengan sopan. 

'Tentu saja dia tidak mengerti! Aku dari tadi menggunakan bahasa Indonesia.' Maudy terus membatin.

"Ah, saya hanya mengatakan bahwa Anda tampan dan senyuman itu sangat menarik," puji Maudy.

Wajah pelayan itu sedikit memerah, tetapi dia cukup tangguh dalam menjaga sikap. Maudy menduga mungkin saja pelayan itu sudah salah menduga bahwa Maudy sedang mencoba menggoda dirinya sebagai lawan jenis. Itu buruk!

"Terima kasih atas pujian, Anda. Saya tersanjung." Ternyata, perkataan yang Maudy lontarkan dianggap sebagai bentuk kesopanan.

"Ah, sebentar!" Maudy memamerkan senyum Maudivesnya untuk pertama kali. "Panggil saya Nyonya bukan Nona. Saya perempuan yang sudah menikah," kata Maud.

"Oh, maafkan saya, Nyonya!" Pelayan itu menundukkan badan untuk meminta maaf. 

"Tidak apa-apa. Saya tidak terlalu mempermasalahkan hal ini. Oh, iya. Saya mau membayar makanan saya," kata Maudy. "Boleh saya membayar di sini saja?" Dipelankannya suaranya sambil melirik ke arah kasir.

"Boleh, Nyonya! Mohon tunggu sebentar!"

Maudy menghitung jumlah uang tunai dengan mata uang daerah setempat yang dimilikinya. Kalau kurang apakah di dekat sini ada tempat penukaran mata uang? 

"Nona, Anda tidak perlu membayar lagi. Bos Anda katanya sudah membayar semuanya hingga besok."

Bos? Siapa yang bos? Maudy berpikir keras. Apakah Marcel ingin membuat istrinya sendiri terlihat seperti selingkuhan? 

'Dasar brengsek!' maki wanita yang sudah menginjak usia kepala tiga itu dalam hati.

"Ah, semuanya? Bukankah saya sudah memesan banyak makanan dan minuman tambahan?" tanya Maudy memastikan.

"Makan fullboard. Itu sama dengan hitungan makan tiga kali sehari dengan sistem buffet dan gratis minuman sepanjang hari. Jadi, tidak masalah. Anda mau tambah lagi, Nyonya?" tanya si pelayan dengan nada agak kaku di bagian "Nyonya". 

Wajah Maudy terasa panas. Dia seperti terjebak dalam batasan sendiri. Kalau dia sudah menikah lalu pergi berlibur berdua dengan bosnya, bukankah itu malah lebih memalukan?

Tidak! Maudy tidak ingin kalah secepat ini.

"Hmm... sepertinya suami saya sudah sangat memperhatikan saya. Oh, iya. Pasti ada kesalahan di sini. Bagaimana bisa suami saya bisa menjadi bos saya? Mungkin salah saat penulisan. Itu bukan "boss". Pasti itu maksudnya "boush" yang artinya suami dalam bahasa daerah di negara kami," kata Maudy dengan wajah serius. Tetapi, bohong! celetuk Maudy dalam hati. 

"Ma...maafkan kami, Nyonya."

"Baik. Tidak masalah. Saya mau minta direkomendasikan tempat untuk jalan-jalan di sekitar sini. Di agenda perjalanan kami sudah ada, namun mungkin saja ada yang terlewat? Yang nyaman dinikmati dengan jalan kaki saja!"

"Oh, Nyonya mau yang mana? Anda mau melihat atraksi lumba-lumba, museum, pusat-pusat perbelanjaan, pasar ikan, atau...."

"Maaf. Saya menerima panggilan dulu sebentar!" 

Maudy menekan salah satu tombol di ponselnya untuk membuka telepon masuk melalui akun W******p. Ternyata, itu dari Lira, teman satu kantornya yang cukup akrab.

Pelayan itu permisi dan meninggalkan Maudy. Dia juga berjanji akan kembali lagi.

"Maudy Angelia! Kamu di mana saja dua hari ini? Apakah kamu sakit?"

"Aduh, tolong suaranya dikecilkan, Non. Gendang telingaku bisa pecah."

"Kamu di mana sih? Kemarin kamu juga tidak mengangkat teleponku," keluh Lira marah-marah. "Kamu sakit? Atau adikmu...."

"Iya, Lira. Aku sakit." 

'Aku sakit hati dan sakit kantong. Mungkin sebentar lagi pun ikutan sakit mental gara-gara suamiku yang brengsek,' keluh Maudy dalam hati.

"Ya, ampun. Kamu sakit apa? Padahal, kita ada pekerjaan penting dan mendesak di kantor."

"Hanya flu. Sudah baikan kok. Dokter bilang istirahat satu Minggu, tetapi karena sudah jauh lebih baik, aku akan masuk kantor," kata Maudy setelah membuat keputusan kilat. "Sudah, ya. Aku mau istirahat. Sampai jumpa besok lusa, Lira!"

"Baiklah. Segera pulih, ya."

"Terima kasih." Maudy menutup panggilan dari Lira. 

Maudy tersenyum getir. Padahal, saat di pesawat menuju ke negara ini, Maudy sempat melihat gambar Pulau Vaadho 

yang memiliki julukan lain Sea of Star Island atau laut bercahaya. Dalam gambar itu, laut dan pantainya begitu indah dengan kilauan cahaya biru. 

"Mungkin lain kali, aku akan datang bersama adikku untuk berlibur di sana," kata Maudy pada dirinya sendiri. Ini adalah negara luar pertama yang didatanginya. Tidak disangka akan begitu singkat.

Dengan bantuan pihak hotel, Maudy segera memesan tiket kembali ke Indonesia. Dia harus segera pulang karena perjalanan menempuh waktu cukup lama. Bahkan, kemarin saja, Maudy dan Marcel tiba hampir tengah malam.

Rute yang akan dilewati olehnya nantinya harus transit di Colombo Sri Lanka. Jadi, perjalanan bisa mencapai tujuh jam. Artinya, jika berangkat pukul tiga sore, dia akan sampai di Indonesia kira-kira pukul sepuluh malam.

(Bersambung)

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Denny Lumban Gaol
Terima kasih
goodnovel comment avatar
Rista Lumban Gaol
lanjut thor...ceritanya menarik
goodnovel comment avatar
Christo POERBA
Ceritanya menarik
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Menikahi Musuhku   Chapter 39 RAHASIA TERBONGKAR

    Chapter 39RAHASIA TERBONGKAR"Maksud Mama apa? Saya tidak paham," kata Maudy. "Marcel sudah menceritakan semuanya. Kamu tidak bisa mengelak lagi. Benar-benar penipu, kamu," maki Kirana. Tangan Maudy gemetar. Ponselnya hampir terjatuh. "Ma-Marcel mengatakan apa pada Mama?""Semuanya. Kalian benar menikah pura-pura, bukan? Dan kamu mau menikah dengan Marcel karena menginginkan uang dua puluh miliar. Wanita macam apa kamu? Selama ini kami sudah sangat percaya kepada kamu dan mau menerimamu apa adanya tanpa melihat latar belakangmu," kata Kirana, menyerang Maudy tiada habisnya.Hati Maudy terasa sakit seolah tertusuk pisau. Begitu teganya Marcel melakukan ini semua padanya. Baru saja dia ingin mempercayai laki-laki itu, tetapi pengkhianatan yang didapatnya kini. Air mata jatuh di wajah Maudy. Dia sungguh sedih dan terluka."Bisakah aku bicara dengannya, Ma? Setelah itu, aku akan menjelaskan semuanya," pinta Maudy. Sekuat mungkin dia menekan nada gemetar dalam suaranya. "Tidak perlu

  • Menikahi Musuhku   Chapter 38 DONOR UNTUK ALYSA

    Chapter 38DONOR UNTUK ALYSAMaudy tidak di sini. Kenyataan itu membuat Marcel tidak puas. Mulutnya menghela napas berkali-kali.Sejak tadi, dia sudah membayangkan pelukan hangat wanita itu sat dia menjemputnya ke bandara, tetapi hal itu tidak akan terjadi hari ini.Marcel menatap jauh keluar jendela. Bayangan malam beradu dengan kelap-kelip lampu perkotaan. Di bawah sana, bayangan pohon-pohon hias meninggalkan area-area gelap nan misterius. Setelah mendengar Maudy tidak akan jadi datang malam hari ini, Marcel sudah memutuskan menikmati malam ini sendirian. Namun, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Semua hal terasa tidak menarik. Dalam pikiran hanya ada Maudy dan rindu yang menyesakkan dalam dadanya. Melihat semua hal yang berada di dalam kamar ini juga hanya mengingatkan dirinya saat Maudy membalas pelukannya. Dia ingin merengkuh wanita itu erat--erat, di sini, saat ini juga!"Argh! Aku bisa gila," kata Marcel, memutar badan tiba-tiba. Beberapa lembar file yang dipegangnya s

  • Menikahi Musuhku   Chapter 37 ADA PENYUSUP LAIN

    Chapter 37ADA PENYUSUP LAIN"Kakek!"Marcel yang baru saja membuka pintu kamar segera berlari memeluk Hartono, kakeknya itu, yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil membaca koran."Kamu baru tiba?" tanya Hartono gembira. Rambutnya yang memutih terlihat jauh lebih panjang daripada saat meninggalkan Indonesia."Tidak. Aku baru menyelesaikan pertemuan bisnis barulah datang ke sini," jawab Marcel.Kakek menatap Marcel penuh rasa rindu. Dia sungguh bangga karena cucunya ternyata mandiri meskipun tiba-tiba dijadikan CEO sementara."Untunglah Kakek sudah sembuh," kata Marcel. Ditariknya koran itu dari tangan kakeknya. "Kakek seharusnya istirahat dengan benar. Kakek masih dalam tahap pemulihan, bukan?"Kakek terkekeh."Iya. Kakek baru pegang koran ini. Kakek hanya melihat-lihat judulnya saja."

  • Menikahi Musuhku   Chapter 36 SENI MEMBUNUH

    Chapter 36SENI MEMBUNUHBety Nioma terduduk dalam ruangan tanpa cahaya sedikit pun. Matanya juga tertutup oleh seutas kain hitam tebal. Kedua tangannya terikat ke belakang, tersambung dengan sandaran kursi kayu yang didudukinya sejak tadi malam.Mulutnya terkunci rapat. Dia sudah lelah berteriak minta tolong dan berusaha melepaskan diri hingga kehilangan seluruh tenaganya.Awalnya, dia mengira bahwa semua ini hanyalah salah satu cara bercanda para senior padanya. Dia sempat tertidur. Setelah terbangun dan menyadari bahaya sebenarnya, barulah dia berteriak dan berusaha memberontak. Sayangnya, itu semua hal yang sia-sia.Kini dia sadar telah diculik dan orang yang menculiknya tidak berniat melepaskan dirinya begitu saja. Apa yang harus dia lakukan?Kali ini, dia ingin sekali ke kamar mandi. Dia terlihat gelisah dan terus menggerakkan tubuhnya. 

  • Menikahi Musuhku   Chapter 35 PENYUSUP

    Chapter 35PENYUSUP"Apa tidak masalah bos pergi tanpa memberitahu apa-apa, pada Nyonya? Bukankah bos sedang berusaha memperbaiki hubungan dengannya?" tanya Kevin."Hubungan kami bisa dikatakan semakin membaik," jawab Marcel semringah.Kevin menatap Marcel dengan curiga."Oh, ada sesuatu yang terjadi rupanya kemarin? Berarti laporanku yang sudah melebihi tebal skripsi itu sudah berhasil menunjukkan manfaatnyakah?!" ucap Kevin."Aku mau mengucapkan terima kasih soal itu. Ada juga manfaat kemampuan detektifmu," kata Marcel sambil mengedipkan matanya."Apa-apaan itu? Aku masih normal," kata Kevin dengan menampilkan ekspresi jijik. "Jangan lupa janjimu. Bonus dan asisten...," kata Kevin."Asisten memangnya perlu asisten? Masa jeruk minum jeruk?" goda Marcel kepada sahabatnya sejak kecil itu.

  • Menikahi Musuhku   Chapter 34 HATI DI ATAS RANJANG 2

    Chapter 34HATI DI ATAS RANJANG 2"Itu... Aku hanya mencoba untuk bersikap romantis," kata Marcel dengan malu-malu.'Ternyata Marcel bisa bersikap malu-malu juga,' pikir Maudy.Maudy menahan dirinya atas banyak pertanyaan yang timbul di benaknya dan mengizinkan Marcel memberikan perhatian yang diinginkan. Dia ingin menikmati saja makan malam ini dengan baik. Dia merasa lapar seharian ini. Dia bahkan tidak ingat untuk makan siang karena kasus di kantor tadi."Tambah lagi, ya. Aku memasak banyak," kata Marcel menawarkan.Sejujurnya, Maudy masih kurang yakin Marcel yang memasak makanan seenak ini. Namun, bagaimana pun ini semua tetaplah usahanya. Maudy tidak ingin menghancurkannya.Maudy mengambil sedikit makanan lagi ke piringnya lalu memakannya dengan lahap. Dia tidak berpikir untuk bersikap malu-malu karena itu bukan gayanya. Dia termasuk o

  • Menikahi Musuhku   Chapter 33 HATI DI ATAS RANJANG

    Chapter 33HATI DI ATAS RANJANG"Kamu sudah datang, Sayang," sambut Marcel di depan pintu.Maudy tidak bisa sembarangan bertindak di sini karena para pelayan sedang mengawasi. Inikah tujuan laki-laki ini meminta sopir menjemput Maudy untuk kembali ke rumah utama? Apakah supaya Maudy menuruti keinginannya?"Jangan sentuh. Aku kotor baru dari luar. Pasti banyak debu di pakaianku," kata Maudy untuk mengelak dari sentuhan Marcel.Maudy terpaksa memberikan seulas senyum di bibirnya."Tidak apa-apa. Aku juga belum mandi, Sayang. Aku hanya merindukanmu," kata Marcel yang tiba-tiba menarik tubuh Maudy ke dalam pelukannya.Mau tidak mau, Maudy terpaksa membalas pelukan itu. Sementara pelayan berbisik senang. Bagaimana tidak, mereka baru saja bersandiwara mengatakan baru pulang tadi pagi dari liburan bersama, tetapi sore hari ini sudah langsung

  • Menikahi Musuhku   Chapter 32 RAHASIA SANG CEO

    Chapter 32RAHASIA SANG CEOKayla baru saja meninggalkan ruangan karena ada hal penting yang harus dibicarakan dengan departemen lain. Semua orang sedang sibuk dengan pekerjaan masing-masing ketika Lira mendadak membuat keributan."Gila," teriak Lira tiba-tiba.Suara teriakan Lira membuat semua orang terkejut. Mereka ingin tahu apa yang membuatnya seribut itu."Buka ponsel kalian. Dah banyak keluar berita dan videonya. Di televisi juga," katanya. "Tentang CEO Ferrore Grup.""Ada apa?"Maudy membuka ponselnya dan mengetikkan kata kunci. Puluhan postingan tentang Marcel langsung muncul."Jadi...dia sudah menikah? Betulan?" seru Vivian.Maudy merasa panas dingin. Dia menonton video pengakuan Marcel di depan pers."Jangan ribut...aku mau dengar siapa istrinya," ucap Lira

  • Menikahi Musuhku   Chapter 31 RENCANA BESAR

    Chapter 31 RENCANA BESAR Mobil warna hitam baru saja memasuki pekarangan. Maudy yang sudah selesai bersiap-siap mau pergi ke kantor langsung meraih tasnya dan keluar. "Kevin? Mengapa kamu yang datang?" tanya Maudy. Dia terlihat bingung. "Aku yang memintanya. Sopir kamu sedang kurang enak badan." "Sopir bukan hanya satu orang, bukan?" tukas Maudy. "Mereka sedang ada pekerjaan lain. Jadi, Kevin yang akan membawa kita," kata Marcel lalu masuk ke mobil. Maudy bergeming. Dia tidak ada niat mengikuti permainan suaminya itu. "Bukankah mobilmu ada di garasi? Mengapa tidak bawa sendiri?" "Ah, mobilku sedang ada sedikit masalah. Kalau tidak aku akan meminta Kevin naik busway saja dan membawa kita pakai mobil yang itu," kata Marcel mencoba meyakinkan Maudy.

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status