Chapter 36
SENI MEMBUNUH
Bety Nioma terduduk dalam ruangan tanpa cahaya sedikit pun. Matanya juga tertutup oleh seutas kain hitam tebal. Kedua tangannya terikat ke belakang, tersambung dengan sandaran kursi kayu yang didudukinya sejak tadi malam.
Mulutnya terkunci rapat. Dia sudah lelah berteriak minta tolong dan berusaha melepaskan diri hingga kehilangan seluruh tenaganya.
Awalnya, dia mengira bahwa semua ini hanyalah salah satu cara bercanda para senior padanya. Dia sempat tertidur. Setelah terbangun dan menyadari bahaya sebenarnya, barulah dia berteriak dan berusaha memberontak. Sayangnya, itu semua hal yang sia-sia.
Kini dia sadar telah diculik dan orang yang menculiknya tidak berniat melepaskan dirinya begitu saja. Apa yang harus dia lakukan?
Kali ini, dia ingin sekali ke kamar mandi. Dia terlihat gelisah dan terus menggerakkan tubuhnya.
 
Chapter 37ADA PENYUSUP LAIN"Kakek!"Marcel yang baru saja membuka pintu kamar segera berlari memeluk Hartono, kakeknya itu, yang sedang duduk di atas tempat tidur sambil membaca koran."Kamu baru tiba?" tanya Hartono gembira. Rambutnya yang memutih terlihat jauh lebih panjang daripada saat meninggalkan Indonesia."Tidak. Aku baru menyelesaikan pertemuan bisnis barulah datang ke sini," jawab Marcel.Kakek menatap Marcel penuh rasa rindu. Dia sungguh bangga karena cucunya ternyata mandiri meskipun tiba-tiba dijadikan CEO sementara."Untunglah Kakek sudah sembuh," kata Marcel. Ditariknya koran itu dari tangan kakeknya. "Kakek seharusnya istirahat dengan benar. Kakek masih dalam tahap pemulihan, bukan?"Kakek terkekeh."Iya. Kakek baru pegang koran ini. Kakek hanya melihat-lihat judulnya saja."
Chapter 38DONOR UNTUK ALYSAMaudy tidak di sini. Kenyataan itu membuat Marcel tidak puas. Mulutnya menghela napas berkali-kali.Sejak tadi, dia sudah membayangkan pelukan hangat wanita itu sat dia menjemputnya ke bandara, tetapi hal itu tidak akan terjadi hari ini.Marcel menatap jauh keluar jendela. Bayangan malam beradu dengan kelap-kelip lampu perkotaan. Di bawah sana, bayangan pohon-pohon hias meninggalkan area-area gelap nan misterius. Setelah mendengar Maudy tidak akan jadi datang malam hari ini, Marcel sudah memutuskan menikmati malam ini sendirian. Namun, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Semua hal terasa tidak menarik. Dalam pikiran hanya ada Maudy dan rindu yang menyesakkan dalam dadanya. Melihat semua hal yang berada di dalam kamar ini juga hanya mengingatkan dirinya saat Maudy membalas pelukannya. Dia ingin merengkuh wanita itu erat--erat, di sini, saat ini juga!"Argh! Aku bisa gila," kata Marcel, memutar badan tiba-tiba. Beberapa lembar file yang dipegangnya s
Chapter 39RAHASIA TERBONGKAR"Maksud Mama apa? Saya tidak paham," kata Maudy. "Marcel sudah menceritakan semuanya. Kamu tidak bisa mengelak lagi. Benar-benar penipu, kamu," maki Kirana. Tangan Maudy gemetar. Ponselnya hampir terjatuh. "Ma-Marcel mengatakan apa pada Mama?""Semuanya. Kalian benar menikah pura-pura, bukan? Dan kamu mau menikah dengan Marcel karena menginginkan uang dua puluh miliar. Wanita macam apa kamu? Selama ini kami sudah sangat percaya kepada kamu dan mau menerimamu apa adanya tanpa melihat latar belakangmu," kata Kirana, menyerang Maudy tiada habisnya.Hati Maudy terasa sakit seolah tertusuk pisau. Begitu teganya Marcel melakukan ini semua padanya. Baru saja dia ingin mempercayai laki-laki itu, tetapi pengkhianatan yang didapatnya kini. Air mata jatuh di wajah Maudy. Dia sungguh sedih dan terluka."Bisakah aku bicara dengannya, Ma? Setelah itu, aku akan menjelaskan semuanya," pinta Maudy. Sekuat mungkin dia menekan nada gemetar dalam suaranya. "Tidak perlu
Chapter 1ALYSA"Kak Maud! Ayo! Aku sudah siap, nih," ujar Alysa Angelika.Maudy tersenyum mendengar nada suara adiknya yang begitu ceria. 'Syukurlah! Sepertinya, kesehatannya semakin baik,' pikirnya.Perempuan bernama lengkap Maudy Angelia itu berharap adiknya akan segera pulih setelah demam tinggi kemarin. Dia sangat khawatir karena adiknya memang termasuk orang yang mudah sakit sejak kecil. Yang pasti, adiknya tidak boleh terlalu lelah.Nah, setelah gajian sekaligus merayakan bonus bulanan yang didapatkannya, hari ini Maudy ingin membelikan Alysa pakaian yang disukainya sebagai hadiah ulang tahun. Kemudian, tentu saja mereka akan jalan-jalan berdua."Bawa ini!" Maudy memberikan botol minum berwarna biru muda ke tangan adiknya yang usianya berjarak sangat jauh darinya. Bayangkan saja, adiknya lahir saat dia sudah duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.
Chapter 2MUSUH LAMA"Kamu tidak berubah, ya?" Suara itu memecah konsentrasi Maudy yang duduk di taman rumah sakit. Dia sedang berusaha menghubungi orang-orang yang belum sempat dihubungi sejak kemarin malam. Sayangnya, dana yang terkumpul hanya lima juta rupiah padahal rencananya operasi akan dilaksanakan besok."Siapa?" Maudy menjawab dengan ogah-ogahan. Setelah menoleh sekilas, dia langsung mengarahkan pandangannya kembali ke layar ponsel. Ada hal lain yang jauh lebih penting baginya."Sesibuk itukah sampai-sampai aku tidak dipedulikan? Adikmu bagaimana?" tanya orang itu lagi. Pria dengan pakaian kerja itu mendekat dan duduk di depan Maudy.Mau tidak mau, gadis itu akhirnya memberikan sedikit perhatian kepada pria yang telah terang-terangan mengusiknya itu."Oh, sopir, eh, maksudku Anda yang kemarin membantu kami, ya?" Maudy berdiri dan menundukkan k
Chapter 3LAMARAN EKSTRIMMaudy merasa sangat lega. Operasi adiknya berjalan lancar. Adiknya sudah keluar dari kamar bedah, meskipun belum siuman. Kata dokter, semua baik-baik saja dan akan selalu dipantau dua puluh empat jam.Maudy meluncur ke rumah sakit setiap ada kesempatan. Meskipun dia masih kebingungan mencari pinjaman untuk melunasi biaya operasi adiknya.Hati Maudy sakit sekali. Bagaimana bisa adiknya yang tidak tahu apa-apa harus menderita penyakit seperti itu. Dia yang miskin juga harus memikirkan biaya operasi yang angka-angkanya fantastis seolah bukan uang sesungguhnya. Ini masih operasi kecil. Dokter bilang, selama transplantasi jantung belum dilakukan, bisa saja operasi-operasi akan dilakukan setiap keadaan adiknya memburuk."Tetapi, kamu tenang saja! Biasanya, jika berjalan dengan baik, operasi ini akan mempertahankan kondisi adikmu tetap sehat d
Chapter 4HARI PERNIKAHANTaksi online itu melaju dengan kecepatan sedang. Maudy duduk di kursi belakang dengan airmata berderai. Sebanyak dua kali, supir taksi itu melirik prihatin kepada Maudy. Akhirnya, dia memutar musik untuk menyamarkan isak tangis perempuan itu.Lagu yang baru saja diputar itu bercerita tentang hidup bahagia bersama orang yang dicintai, tetapi perasaan gadis itu malah semakin terluka dan tangisannya semakin hebat. Sebenarnya, musik atau lagu jenis apa pun yang didengarnya sekarang akan berubah menjadi lagu kesedihan setelah tiba di tentakel otaknya.Sebenarnya, sudah lama sekali, dia pernah memimpikan pernikahan. Setelah diingat-ingat lagi, ya, dia pernah menjadi perempuan normal yang memimpikan pernikahan.Impiannya sangat sederhana. Dia ingin menjadi wanita yang sempurna dengan menikah dengan pria yang mencintai serta dicintainya dengan mengun
Chapter 5HONEYMOONMaudy terbangun dan menyadari dirinya berada di tempat yang tidak dikenal. Ini bukan kamarnya! Ini juga bukan rumah sakit. Namun, mengapa dia terbaring di lantai dan hanya beralaskan sehelai selimut?Kamar ini terlihat acak-acakan dan sepasang gelas wine serta gelas wine yang kosong tergeletak tidak beraturan di atas meja.Perempuan itu berdiri dengan sedikit terhuyung lalu melihat ke arah tempat tidur yang kosong. Pakaian pria tergeletak rapi di sana. Pakaian Marcel?Ugh, kepala Maudy sedikit pusing. Dia mencari cermin di sekeliling ruangan dan ternyata menemukan sebuah cermin besar di dinding. Cermin itu hampir menutupi satu sisi dinding ruangan ini. 'Wah, ini sih cermin sultan!' Maudy membatin."Mataku bengkak sekali? Pantas aku sulit untuk membukanya!" gerutu perempuan itu sambil mengamati matanya yang sembab.