Share

Bab 6 : Berubah setelah menikah

Bab 6 : Berubah setelah menikah

Tira disekap di sebuah ruangan mewah. Hanya saja, Ia tak bisa menikmati kemewahan itu karena Ia tak lebih dari seorang tawanan. Ya, Tira diculik dan sepertinya akan dirudapaksa.

"Dia masih pingsan?" tanya seseorang di luar ruangan tempat Tira disekap.

"Iya, Bos. Dia masih pingsan akibat obat bius. Mungkin, besok pagi baru dia akan sadar kembali."

"Baiklah! Jaga dia baik-baik. Dan kabari aku jika ada hal yang dia butuhkan!"

Seorang pria berkharisma dengan rambut panjang di ikat rapih, memakai jas berwarna hitam yang Ia tenteng di tangan kanannya terlihat gagah. Pria itu juga lekas memakai kaca mata hitam kemudian pergi setelah memberikan anak buahnya perintah.

***

Sementara itu, matahari pagi sudah menerobos masuk melalui celah kecil kamar Tira. Ya, rumah mewah dan mertua baik adalah idaman setiap wanita. Namun, tidak dengan Tira karena sedari semalam Ia tak bisa tidur dengan nyenyak hingga dirinya malah tidur di sofa.

Alex membuka matanya karena ada sedikit celah yang membuat cayaha matahari masuk dan menyinari tepat pada manik mata alex dan seketika Alex membuka matanya.

Saat Ia membuka matanya, Ia melihat Tira tepat di hadapannya. Sangat cantik dan natural. Dan hal itu membuat Alex semakin tak tahan ingin melakukan sesuatu padanya. Namun, Alex menyadari sesuatu saat Ia memperhatikan kesekeliling.

"Ya ampun! Kenapa istriku malah tidur di Sofa? Apa ini gara-gara aku ya? Apa tidurku sangat mengganggunya?" Gumamnya, penuh pemikiran.

Alex merasa jika dirinya harus melakukan sesuatu yang Ia pikir akan disukai oleh Tira. Alex bangkit dari tidurnya, kemudian langsung melangkah mendekat pada Tira yang tertidur di sofa.

Perlahan sekali Alex melangkah hingga Ia tiba di hadapan Tira. Alex langsung memangku Tira perlahan, dan bermaksud akan memindahkan Tira ke atas ranjang. Langkah Alex penuh dengan kehati-hatian karena takut Tira akan bangun, namun sayang usahanya itu gagal karena Ia tak sengaja tersandung bantal yang ada di bawah lantai hingga Ia tak sengaja mengaduh dan membuat Tira jatuh dari atas pangkuannya.

"Aduh!" Teriak Tira langsung terbangun kemudian duduk, ia melihat Alex dengan tatapan bingung pada Alex.

"Aku dimana? Apa yang terjadi? Kok kamu?" Kata Tira yang memang masih belum mengingat semuanya. Sepertinya, nyawa Tira belum juga terkumpul.

"Apa jatuhmu terlalu keras hingga kau tak ingat apapun?" Tanya Alex pada Tira.

Tira mengingat- ingat lagi, untuk beberapa saat Ia terdiam dan otaknya mulai berjalan aktif. Ia menyadari jika dirinya sedang menjalankan misi menggantikan Tira. Ia pun berusaha kembali menjadi Tira.

"Aku ingat kok, Mas. Aku ke toilet dulu ya," izinnya pada Alex dengan melangkahkan kakinya menuju toilet.

"Tunggu," Alex lagi-lagi menarik pergelangan tangan Tira dengan erat, hingga Tira pun menoleh kembali pada Alex.

"Ya. Ada apa?" tanya Tira.

"Maaf ya, semalam tidurku pasti sangat mengganggumu," celetuk Alex yang membuat Tira bingung.

Tira yang bingung, tak mengatakan apapun hingga Alex kembali mengatakan sesuatu yang membuatnya tercengang.

"Aku kalo tidur emang suka ngelindur dan pasti itu yang membuatmu tidur di sofa. Maaf ya, sayang." Kata Alex pada Tira.

"Oh, soal itu. Tidak apa-apa. Cepat saja siap-siap, bukannya kamu mau ke kantor ya?" Jawab Tira yang dalam hatinya memang sedikitpun tak perduli dengan apa yang terjadi.

"Kamu memang sangat pengertian. Aku sungguh beruntung," ucap Alex.

Sekilas Tira hanya tersenyum dan pergi menuju toilet, meninggalakan Alex sendirian. Beberapa saat menunggu, Tira sudah selesai dari kamar mandi. Dan saat Ia keluar kamar mandi, Ia tak melihat Alex lagi di kamar namun tentu saja Ia tak memperdulikannya.

Tira masih memakai pakian yang kemarin, karena di rumah itu memang belum ada baju miliknya. Tak masalah bagi Tira yang cuek. Namun, Alex tiba-tiba saja datang dengan membawa beberapa pakaian untk Tira.

"Pilihlah salah satu untuk kau pakai," kata Alex sembari meletakan setumpuk pakaian itu di atas kasur.

"Ini semua? Pu-punya siapa?" tanya Tira dengan ekspresi terkejut saat melihat setumpuk pakaian ada di atas ranjang.

"Iya, semua ini pakaian almarhumah kakakku. Ibu yang menyuruhku memberikannya padamu,"

"Bukannya kamu ini anak tunggal ya?" tanya Tira polos.

"Ya ampun, sayang. Ingatanmu separah itu? Bukannya aku sudah menceritakan semua rahasia keluargaku sebelum kita menikah? Kenapa kau sampai melupakannya?" Alex merasa aneh dengan Tira yang dinilai berubah.

"Aku ingat kok, aku ganti pakaian dulu ya," ucap Tira yang menyambar asal baju yang ada di atas ranjang. Ia membawa satu stel baju untuknya pakai di kamar mandi.

Sementara itu, Alex masih saja menatap Tira. Ia merasa ada yang janggal dari setiap tingakah Tira setelah dirinya menikah.

'Apa semua wanita menjadi pelupa setelah menikah? Ah, sudahlah. Lebih baik, aku tanyakan semua ini sama Ibu.' Batin Alex yang langsung pergi dan berusaha berpikir positif atas apa yang ditujukan oleh Tira.

Alex pun tiba di meja makan dan langsung duduk di tempatnya. Di sana sudah ada Bu Sani dan juga Pak Joni yang menunggu untuk sarapan bersama.

"Kok sendiri? Mana istri kamu?" Tanya Bu Sani saat Alex menggeserkan kursi kemudian Alex mulai duduk dengan tenang.

"Dia masih di kamar. Lagi ganti baju," jawab alex.

"Oh, kamu hari ini nggak usah ke kantor aja! Kamu bawa barang-barang istrimu kemari. Ibu nggak sabar nunggu dia secepatnya pindah kemari. Bisa kan?" tanya Bu Sani yang sedari kemarin memang antusias ingin segera Tira pindah ke rumahnya.

"Aku mau ngantor, Bu." Jelas Alex yang sengaja tak mengambil libur.

"Apa Ibu nggak salah dengar? Asal kau tau, kau cuti dan bawa istrimu untuk jalan-jalan! Apa salahnya itu?" Gumamnya sedikit kesal. Karena Ia mau Alex meratukan Tira dan tidak melulu ingin ke kantor.

"Lagian, aku baru aja diterima sama ayah. Masa udah ngambil libur?"

"Diam! Dan turuti saja apa yang Ibumu katakan!" Ucap Pak Joni pada Alex.

"Yah, baiklah. Aku akan segera membawa Tira pindah hari ini juga. Aku janji," kata Alex dengan sangat yakin.

Tak sengaja, obrolan itu terdengar oleh Tira yang saat itu tengah berdiri di daun puntu mwnuju ruang makan. Ia terkejut mendengarnya hingga Ia menganga dan tak tau apa yang harus Ia lakukan. Mengingat, Ia juga harus menemui seseorang hari ini. Sungguh, menjadi Tira membuatnya tersiksa. Belum lagi, Ia tak bisa bersikap lembut seperti Tira yang asli.

"Tira, kenapa berdiri saja di sana? Kemarilah, Nak!" Ajak Bu sani dan juga Pak Joni saat mendapati Tira ada di pojok rumahnya.

Tira melempar senyumnya kemudian melangkah langsung menuju ke meja makan. Alex menggeserkan kursi dan Tira pun duduk dengan tenang walaupun bertolak belakang dengan hatinya yang risau.

Bu Sani langsung menyiapkan makanan dan tentu saja membuat Tira tak enak hati, menerima kabaikan dari Bu Sani.

"Makanlah, Nak. Oh ya, besok temani Ibu ke acara teman ya," ajak Bu Sani pada Tira.

"Oh, baik." Jawab Tira mengangguk ragu.

Tira mengeluarkan sesuatu dari sakunya. Ya, perhiasan yang harusnya sejak kemarin Ia berikan pada Ibu mertuanya.

"Bu, ada hadiah untuk Ibu." Katanya dengan sopan sembari menyodorkan sesuatu pada Bu Sani.

"Ya ampun, apa ini?" Bu Sani meraihnya kemudian memebukanya.

"Ya ampun, Nak. Manis sekali, makasih ya," jawabnya antusias. Dipastikan Bu Sani suka dengan pemberian Tira walaupun sebenarnya itu adalah pilihan Alex.

Detik berikutnya dering ponsel Tira mengejutkan semua orang yang ada di meja itu hingga Tira memutuskan untuk mematikannya.

"Kenapa dimatikan? Angkat saja, siapa tau penting," ucap Bu Sani pada Tira.

Tira serba salah...

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status